Mahasiswa pertukaran pelajar dari Republik Demokratik Jerman di Moskow, 1979.
Aleksandr ChumichevPendidikan tinggi di Uni Soviet gratis untuk semua orang. Namun, calon mahasiswa harus lolos ujian masuk untuk bisa berkuliah. Pendidikan tinggi yang sangat mudah diakses menciptakan persaingan yang ekstra ketat. Komisi pendaftaran universitas terbaik Soviet (biasanya berlokasi di Moskow) acap kali menghancurkan harapan banyak anak muda yang berharap bisa mendaftar di universitas-universitas unggulan dan "menaklukkan" ibu kota.
Para mahasiswa mengikuti kuliah di auditorium, 1967.
Arsip Yuri Abramochkin/russiainphoto.ruPara mahasiswa sebelum mengikuti hari pertama kuliah di Institut Elektronik dan Matematika Moskow, 1976.
Arsip Pavel Sukharev/russiainphoto.ruPara mahasiswa menerima tunjangan bulanan yang bervariasi, tergantung pada prestasi akademiknya. Semakin baik catatan akademik, semakin besar tunjangan yang mereka terima. Uang itu dialokasikan dari anggaran universitas yang disponsori negara.
Meskipun bervariasi antara satu universitas dengan universitas lainnya, dan dari satu siswa ke siswa lainnya, biasanya jumlahnya cukup untuk membayar asrama (yang sangat murah), ongkos angkutan umum, dan menikmati beberapa hiburan, seperti bioskop atau olahraga.
Siswa bercengkrama di asrama Universitas Negeri Moskow, 1963 – 1964.
Vladimir Lagrange/МАММ/MDFMeskipun demikian, banyak mahasiswa yang tetap bekerja sambilan untuk mendapatkan uang lebih. Biasanya, mereka bekerja sebagai asisten kampus mereka, memberi les kepada sesama mahasiswa, berdagang barang-barang buatan luar negeri, seperti rokok, celana jin, dan barang kapitalis langka lainnya, atau bekerja sebagai petugas kebersihan.
Para mahasiswa melakukan eksperimen di laboratorium Institut Baja Moskow Joseph Stalin, 1942.
Ivan Shagin/МАММ/MDF“Saya suka membuang-buang uang. Jadi, saya bekerja sebagai asisten lab. Saya menerima 55 rubel sebulan untuk bekerja selama 2 – 3 jam per hari. Sementara, saya juga menerima tunjangan bulanan sebesar 50 rubel dari universitas. Setiap bulan, setelah dikurangi biaya kebutuhan sehari-hari, saya masih memiliki sisa uang sebanyak 70 rubel. Tahukah Anda apa yang bisa Anda dapatkan dengan uang sebanyak itu? Liburan di Krimea selama seminggu!” tulis jurnalis Yuri Alekseyev, menceritakan masa-masa kuliahnya pada akhir 1970-an dan awal 1980-an.
Para mahasiswa bersantai di kafe klub setelah bekerja seharian, Moskow, 1978.
Arsip Pavel Sukharev /russiainphoto.ruMungkin ciri yang paling menarik dari pendidikan tinggi di Soviet adalah jaminan pekerjaan setelah tamat kuliah. Pemerintah berusaha menciptakan pekerjaan sebanyak yang dibutuhkan untuk semua lulusan baru setiap tahun. Praktik yang tampak tidak praktis dalam kondisi modern itu nyatanya dapat dilakukan, karena ekonomi yang terencana dan pesatnya industrialisasi serta urbanisasi di Negeri Tirai Besi pada abad ke-20.
Mahasisiswa senior beraktivitas di laboratorium analisis spektral, Chelyabinsk, 1954.
Museum Sejarah Negara Ural SelatanSebagian besar jurusan yang ditawarkan universitas Soviet adalah di bidang ilmu alam dan teknik. Dalam kata lain, negara lebih memprioritaskan keterampilan teknis daripada humaniora, walaupun jurusan-jurusan di bidang humaniora di berbagai sekolah seni, teater, dan sejarah juga banyak tersedia.
Para mahasiswa tengah melukis di studio seni, 1935 – 1940.
Ivan Shagin/МАММ/MDFDelegasi Korea di Sekolah Koreografi teater Bolshoi Moskow, 1949.
Semen Mishin-Morgenshtern/МАММ/MDFPara mahasiswa tahun pertama tengah melakukan praktik di bengkel patung, Moskow, 1969.
Vsevolod Tarasevich/МАММ/MDFPada puncak industrialisasi di Soviet, pemerintah memandang mahasiswa sebagai angkatan kerja yang tangguh dan dapat digunakan dalam skala massal. Pada 1959, Perkumpulan Komunis Muda Leninis Seluruh Soviet yang dikenal sebagai Komsomol dibentuk untuk mengorganisasi mahasiswa menjadi 'brigade konstruksi mahasiswa'. Anggota brigade melakukan perjalanan ke seluruh Soviet untuk bekerja di lokasi konstruksi selama libur akademik. Meskipun kegiatan ekstrakurikuler ini sering kali melibatkan kerja fisik dan pikiran yang berat, banyak mahasiswa melihatnya sebagai kesempatan untuk bepergian dan memajukan prospek karier mereka.
Anggota brigade konstruksi mahasiswa Universitas Negeri Moskow, 1967.
Vsevolod Tarasevich/МАММ/MDFBanyak juga mahasiswa yang direkrut untuk bekerja di ladang untuk memetik kentang, anggur, atau kapas, tergantung pada republik Soviet tempat mereka bekerja. Pekerjaan ini tidak dibayar dan mahasiswa terkadang dipaksa untuk berpartisipasi dengan ancaman pengusiran dari Komsomol, yang tidak hanya dapat merusak kedudukan mereka di universitas, tetapi juga karier mereka di masa depan. Setelah seharian bekerja, para mahasiswa akan beristirahat di asrama terdekat, memainkan alat musik, membaca buku, bersosialisasi, dan kadang-kadang jatuh cinta, yang membuat hari-hari kerja paksa menjadi pengalaman yang lebih menyenangkan.
Para mahasiswa melakukan perjalanan untuk bekerja di ladang, Kazakhstan, 1952.
Arkady Shaikhet/МАММ/MDFPara mahasiswa saat berada di ladang, Kazakhstan, 1952.
Arkady Shaikhet/МАММ/MDFPara mahasiswa bekerja di ladang jagung di Tambovskaya Oblast, 1957.
Vsevolod Tarasevich/МАММ/MDFSelama satu tahun akademik, para mahasiswa dihibur dengan kegiatan kemahasiswaan yang serupa dengan yang diterapkan di semua lembaga akademik lainnya. Mereka bernyanyi dan bermain musik, atau menggelar pertunjukan teater dan komedi yang dikenal sebagai 'KVN' - "Klub Lucu dan Inventif". Kelompok mahasiswa kreatif pada umumnya mengisi kekosongan dalam bisnis pertunjukan Soviet yang terbelakang. Pada akhirnya, banyak dari mahasiswa yang berprestasi membangun karir yang hebat di TV Rusia setelah jatuhnya Soviet.
Para mahasiswa tampil di atas panggung, Moskow, 1955.
Sokolniki ParkPara mahasiswa bermain musik di dekat api unggun. Altai, 1957–1963.
Sigismund Kropiwnicki/МАММ/MDFOlahraga juga merupakan aktivitas populer di kalangan mahasiswa. Di bawah ini adalah foto para mahasiswa Institut Budaya Fisik di stadion Dynamo, Moskow, pada 1936.
Pelatih tim voli putri bersama murid-muridnya di kota Kurgan, Rusia, 1952.
Yeltsin CenterRadio dan buku juga merupakan bentuk hiburan populer bagi pelajar Soviet. Klub buku memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bersosialisasi dan berburu buku-buku langka, sementara radio sebagai sumber informasi tentang musik. Namun, keduanya juga memberikan ruang bagi siswa untuk terlibat secara politik. Beberapa siswa mencoba mendengarkan saluran radio Barat seperti Voice of America dan diam-diam memperdebatkan masalah politik di klub buku.
Para mahasiswa membawa buku, Yerevan, Armenian Soviet, 1959.
Vsevolod Tarasevich/МАММ/MDFPendistribusian buku, 1960 – 1965.
МАММ/MDFSeorang mahasiswi tengah membawa banyak buku, 1963 – 1964.
Seorang siswa dengan buku, 1963–1964.Festival Pemuda dan Pelajar Sedunia keenam yang diadakan di Moskow pada 1957.
Mikhail Trakhman/МАММ/MDFBanyak sekali pelajar dari negara lain yang mengunjungi Soviet selama festival musim panas 1957.
Sergei Vasin/МАММ/MDFSeorang mahasiswi tertidur di kelas, 1972.
Vsevolod Tarasevich/МАММ/MDFKetika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda