Lockheed SR-71A Blackbird, California, 1988.
Legion MediaPesawat itu adalah pesawat nirawak (drone) pengintai Lockheed D-21 yang dibangun berdasarkan Blackbird, baik dalam konstruksi maupun fungsinya. Keduanya bertugas memata-matai penerbangan dengan kecepatan supersonik pada ketinggian yang tinggi. Akan tetapi, perbedaannya adalah SR-71 kembali ke pangkalan setelah menjalankan misi, sedangkan D-21 dirancang untuk mengeluarkan kaset berisi rekaman, dan kemudian menghacurkan dirinya sendiri. D-21 juga lepas landas dari model Blackbird yang dilengkapi secara khusus. Kemudian, versi yang lain dibuat untuk lepas landas dari pesawat pengebom B-52.
Penerbangan tempur pertama pesawat ini tidak berjalan sesuai rencana. Pesawat D-21B (varian dengan akselerator roket) yang dilepaskan dari pesawat pengintai ketinggian tinggi AS Lockheed A-12 "Black Thrush" terbang di atas Tiongkok dan memotret lokasi uji coba nuklir di dekat Danau Lob Nor. Namun, tanpa alasan yang jelas drone itu tidak kembali tetapi melanjutkan penerbangan. Ketika kehabisan bahan bakar, drone itu mendarat di sekitar Baikonur. Insinyur Soviet pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu dan membedahnya secara rinci.
"Pabrikan pesawat Soviet sangat tertarik dengan drone itu karena memiliki mesin yang cukup kompak, dilengkapi dengan peralatan mata-mata modern, dan dirancang untuk penerbangan pengintaian jangka panjang dengan kecepatan tinggi, serta kondisi pemanasan kinetik yang kuat," ujar sejarawan penerbangan Rusia Jefim Gordon dan Vladimir Rigmant, sebagaimana dikutip media AS The National Interest.
Dengan keputusan Dewan Menteri Uni Soviet, pekerjaan pembangunan drone strategis "Voron" atau “Gagak”, yang mirip dengan model D-21 dimulai pada 19 Maret 1971. Drone ini rencananya akan diangkut oleh adalah pesawat pengangkut roket Tu-160.
Namun, drone AS dan Soviet sama-sama "jatuh" terhantam kemajuan satelit mata-mata. Kedua negara menyatakan bahwa pengintaian dari luar angkasa merupakan arah pembangunan yang lebih menjanjikan sehingga proyek drone pengintai pun ditinggalkan. Sang "Gagak" tak pernah lahir ke dunia, sementara sekitar 20 bangkai D-21 membusuk di "pemakaman pesawat", di Pangkalan Udara American Davis Mountain.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda