Sebagaimana yang ditunjukkan poster di bawah ini, kewaspadaan adalah karakteristik masyarakat Soviet. Seperti yang Anda bayangkan, selama Perang Dunia II, orang-orang yang tinggal di Uni Soviet harus tetap waspada selama invasi Adolf Hitler.
Namun, imbauan untuk waspada sebetulnya bergaung sebelum, selama, dan setelah Perang Dunia II. Sebuah artikel berjudul “Kewaspadaan adalah kualitas yang melekat pada masyarakat Soviet” yang dipublikasikan sebuah surat kabar Soviet terkemuka pada 1953 menjelaskan gagasan tersebut dengan mengaitkannya pada konteks geopolitik negatif.
“Dalam keseluruhan sejarah negara Soviet, para penguasa negara kapitalis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyabotase pembangunan rakyat kita. Kaum imperialis Amerika bertindak seolah-olah sebagai polisi dunia ... berusaha mati-matian untuk menghalangi kemajuan kita. Mereka mengalokasikan dana besar untuk memata-matai dan menyabotase misi di negara-negara yang memilih jalan kebebasan pembangunan.”
Kedua, perjuangan kelas dalam Uni Soviet tidak melambat terlepas dari terpaan ideologi sosialisme. Sebaliknya, perjuangan itu semakin kuat. “Kita masih mewarisi peninggalan ideologi dan moral borjuis serta peninggalan psikologi dan moral kepemilikan pribadi. Kita masih memiliki pengusung pandangan dan moral borjuis, yaitu orang-orang yang masih hidup, musuh dalam selimut bagi bangsa kita.” Setelah kematian Josef Stalin pada 1953, sistem Soviet diliberalisasi, tetapi penekanan akan kewaspadaan, sekalipun tak seintens sebelumnya, tetap subur, apa lagi ketika Perang Dingin bergejolak.
Kekaisaran Rusia berharap dapat memenangkan peperangan dengan Jepang dengan mudah. Setidaknya hal itu tecermin pada poster-poster yang tersebar luas selama masa peperangan.