Sejarah yang Tak Dikenang: Jasa AS Menyelamatkan Jutaan Orang Soviet Rusia dari Kelaparan

Vernon Kellogg, seorang ilmuwan Amerika dan pejabat ARA, saat di jalan di Moskow untuk misi kemanusiaan.

Vernon Kellogg, seorang ilmuwan Amerika dan pejabat ARA, saat di jalan di Moskow untuk misi kemanusiaan.

Domain publik
Inisiatif bantuan kemanusiaan oleh AS setelah Perang Dunia I awalnya bertujuan untuk menangkal pengaruh Bolshevik di Eropa. Namun, hal tersebut menyelamatkan jutaan nyawa di Soviet Rusia saat periode kelaparan besar tahun 1921 – 1922. Russia Beyond mempersembahkan Anda fakta-fakta mencengangkan dari kisah yang hampir dilupakan ini.

Bencana Terbesar Setelah Abad Pertengahan

Kelaparan yang mendorong AS mengirim bantuan kemanusiaan ke Soviet Rusia dianggap salah satu tragedi terbesar di Eropa setelah Maut Hitam pada pertengahan abad ke-15. Karena Perang Dunia I, Perang Saudara, dan kebijakan ekonomi Bolshevik yang ketat, banyak daerah di Rusia yang mengalami kelaparan yang tak pernah terjadi sebelumnya pada 1921 – 1922.

Puluhan juta orang kena imbasnya, dan dipercaya bahwa sekitar lima juta orang meninggal. Bencana ini memaksa rezim Soviet Rusia untuk meminta bantuan dari “negara kapitalis”.

Melawan Kelaparan dan ‘Penyakit Bolshevik’

Sementara itu, Kongres AS mengesahkan Undang-Undang Pemulihan Kelaparan Eropa pada April 1919 – dua tahun sebelum kelaparan mematikan itu menyebar di Rusia – dengan dana sebesar 100 juta dolar AS demi membantu negara-negara Eropa yang mengalami kekurangan makanan setelah Perang Dunia I. Upaya memberantas kelaparan ini dipimpin oleh Administrasi Pemulihan Kelaparan (ARA) yang dipimpin Herbert Hoover, orang yang nantinya menjadi Presiden AS.

Diestimasikan ada lima hingga 10 juta orang yang meninggal pada saat bencana kelaparan di Rusia.

Soviet Rusia awalnya tak masuk daftar negara penerima bantuan AS. Saat itu, AS dan kekuatan Barat lainnya telah mengadakan intervensi militer di Perang Saudara Rusia untuk mendukung gerakan anti-Bolshevik di beberapa wilayah.

Kenyataannya, program penyediaan makanan dari AS ini memang bertentangan dengan Soviet Rusia, sebagai bagian dari upaya menangkal persebaran radikalisme garis kiri ke negara-negara Eropa yang standard keidupannya semakin buruk. Seperti yang diungkapkan sejarawan Bertrand Patenaude, “Instabilitas ekonomi dan politik negara-negara tersebut – yang kebanyakan terbentuk dari puing-puing kekuasaan lama – membuat mereka rawan terinfeksi apa yang disebut sebagai ‘penyakit Bolshevik’ dari Timur.” Ada asumsi umum dari para negarawan Eropa dan Amerika bahwa ‘penyakit’ ini disebabkan kelaparan; Bolshevisme akan terjadi ketika orang-orang baik kelaparan.

Peran Cendekiawan Rusia dan Permohonan Bantuan dari Kremlin

Namun begitu, situasinya berubah drastis pada pertengahan 1921. Bolshevik menangkal intervensi asing dan mengalahkan musuh-musuhnya. Inilah fakta yang harus diterima negara-negara Barat. Selain itu, kelaparan menjadi semakin tersebar sehingga ia tak mungkin lagi dibiarkan. Seratus ribu orang meninggal setiap pekan.

Penulis Rusia Maxim Gorky meminta bantuan ke masyarakat internasional. Selanjutnya, Vladimir Lenin juga meminta bantuan ke proletariat internasional. Pada bulan September, penjelajah ternama Norwegia Fridtijof Nansen mengatakan di atas podium Liga Bangsa-Bangsa (badan sebelum PBB) bahwa adalah tidak benar untuk “membiarkan berjuta-juta orang mati karena rezim Soviet.”

Tidak lama kemudian, sebuah kesepakatan diraih pemerintah Soviet dan ARA. Namun, ini bukan berarti agenda politik AS dilupakan begitu saja.

“Hoover percaya bahwa jika ia bisa melepaskan orang-orang Rusia dari kelaparan, mereka akan sadar secara mental dan punya cukup kekuatan untuk menggulingkan para penindas dari Bolshevik,” ujar Patenaude.

Memberi Makan 10 Juta Orang Tiap Hari

Pada akhirnya, Hoover tak meraih tujuan politiknya. Sebaliknya, dengan menyelamatkan jutaan jiwa ia membantu stabilisasi situasi di Rusia dan berkontribusi untuk legitimisasi Bolshevik di pikiran rakyat Rusia.

Menu umum di dapur yang didirikan ARA adalah bubur jagung, susu kental, kakao, roti tawar, dan gula

Situasinya langsung berubah drastis. Seperti yang ditulis jurnalis Cynthia Heaven, orang di titik-titik kelaparan terpaksa makan “rumput dicampur tulang-tulang sisa makanan jalanan, kulit pohon dan tanah, juga kuda, anjing, kuncing, tikus, hingga jerami genteng. Pemerintah berupa menghentikan penjualan daging manusia dan menempatkan penjaga di kuburan untuk mencegah penggalian jenazah.”

Heaven juga mengutip kisah yang diingat salah satu pekerja ARA di Rusia: “Saya melihat setumpuk mayat setengah telanjang dan beku dengan posisi yang menunjukkan bahwa ia telah dimakan anjing. Itu adalah sesuatu yang tak bisa saya lupakan.”

Pemerintah Soviet membuka tujuh ribu dapur untuk memberi makan yang membutuhkan, tapi itu masih tak cukup. Per Agustus 1921, ARA membantu dengan mendirikan sebanyak 19 ribu dapur, sehingga 10 juta orang bisa makan setiap harinya. Menu umumnya adalah bubur jagung, susu kental, kakao, roti tawar, dan gula – semuanya diimpor. Selain dapur, ARA juga membangun pos untuk tunawisma dan yatim piatu, serta menjalankan kampanye terhadap wabah tifus.

“Bantuan Anda akan tercatat dalam sejarah sebagai pencapaian spesial dan besar, yang akan selalu dikenang jutaan orang Rusia yang Anda selamatkan dari kematian,” tulis Gorky kepada Hoover, memuji bantuannya.

 

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki