Kenapa Orang Rusia Tak Takut pada Bangsa Viking?

Sejarah
ALEXÉI TIMOFÉICHEV
Para penguasa Rus dari zaman kuno hingga abad pertengahan selalu mencari bantuan keamanan dengan membayar sejumlah tentara bayaran, entah dari suku bangsa Skandinavia atau dari suku bangsa nomaden dari wilayah stepa. Hubungan antara pemerintah dengan tentara bayaran sering bersitegang. Meski demikian, tentara bayaran pada umumnya memiliki status tersendiri dalam stuktur sosial masyarakat Rusia.

"(Selamatkan kami) dari amukan bangsa Utara yang datang kepada kami, wahai Tuhan kami." Potongan doa tersebut sangat menggambarkan ketakutan yang dirasakan oleh bangsa Eropa pada umumnya dari serangan bangsa Viking di awal Abad Pertengahan (di akhir milenium pertama). Selama beberapa abad, bangsa Viking meneror Inggris, Skotlandia, Irlandia dan beberapa negara lainnya. Namun, di Eropa Timur situasinya sangat berbeda. Suku bangsa Slavia Timur tak hanya tidak takut pada bangsa Viking, atau bangsa "Varyag", begitulah sebutan yang lebih populer di kalangan mereka. Bangsa Slavia malah mengundang mereka untuk datang. Orang-orang dari Skandinavia ini dipekerjakan sebagai tentara bayaran, bahkan beberapa pangeran di tanah Slavia berasal dari kelompok mereka.

Bagaimana Bangsa Varyag dan Slavia Bisa Bercampur?

Perang saudara demi menguasai ibukota Kiev terjadi tanpa henti. Pangeran Vladimir yang di kemudian hari menjadikan Kristen sebagai agama resmi di tanah Rus pernah mendapatkan dukungan dari orang-orang Varyag saat merebut kekuasaan di Kiev pada tahun 979. Berdasarkan catatan sejarah bangsa Rus, ketika keberadaan mereka telah dianggap memberatkan (karena jumlahnya yang terlalu besar hanya untuk melakukan tugas di Kiev), maka sebagian dari mereka dikirim ke Kaisaran Byzantium. Sebelum mengirim mereka, Pangeran Vladimir memperingatkan Sang Kaisar agar tidak menyatukan orang-orang Varyag ini dalam satu kesatuan militer di ibukota karena keberadaan mereka bisa sangat berbahaya.

Menurut beberapa sejarawan, setidaknya ada semacam detasemen tertentu yang terdiri dari orang-orang Varyag di istana Kaisar Byzantium saat itu. Meskipun tidak jelas, apakah orang-orang dari Skandinavia ini adalah orang Varyag yang sama sebagaimana yang dikirim oleh Pangeran Vladimir atau bukan.

Pada saat yang sama, hubungan antara bangsa Slavia dan Varyag juga tidak selalu harmonis. Hal in dapat dibuktikan dari sebuah cerita tentang pembentukan Kekaisaran Rusia, misalnya. Berdasarkan catatan-catatan awal, disebutkan bahwa bangsa Slavia di Novgorod pernah mengundang Pangeran Varyag, Ryurik, bersama para pengiringnya. Beberapa sejarawan Rusia berpendapat bahwa Ryurik diundang awalnya sebagai tentara bayaran dan untuk memimpin satuan mliiter, tapi pada akhirnya mereka mengadakan kudeta, menggulingkan para pemimpin setempat dan menjadi penguasa di wilayah Slavia Utara. Kemudian wangsa yang didirikannya menguasai wilayah kuno Rusia. Dalam penjelasannya tentang bagaimana hal ini bisa terjadi, seorang sejarawan Rusia, Vasiliy Klyuchevskiy, merujuk catatan seorang pelancong Yahudi pada awal abad ke-10 yang menulis bahwa beberapa suku Utara "memerintah orang-orang Slavia yang tinggal di antara mereka, mengadopsi bahasa mereka dan bercampur dengan mereka".

Orang-Orang Stepa

Kurang lebih, masih pada masa yang sama, ada sumber yang menyebutkan bahwa pernah ada tentara bayaran lainnya yang jumlahnya nyaris tak terbatas di wilayah Rus sebelah tenggara yang wilayahnya merupakan daerah stepa. Di wilayah ini muncul gelombang-gelombang kekuatan dari beragam etnis nomaden yang berbeda yang digunakan hingga ke jantung wilayah Rusia satu demi satu. Awalnya mereka muncul sebagai penyerang di perbatasan, tapi setelah adanya pendekatan dengan orang-orang Rus kuno, sikap mereka berubah. Mereka pada akhirnya menjadi sekutu, bahkan menjadi tentara bayaran.

Sebuah serangan yang dilancarkan oleh bangsa Pecheneg, salah satu bangsa Tyurk yang nomaden, sempat mengganggu Kepangerangan Rus-Kiev di masa-masa awal pemerintahan mereka. Pada abad ke-11, Uskup Agung Theofilkt dari Bulgaria pernah menulis catatan tentang mereka:

"Serangan mereka sangat kuat, bagaikan petir, adapun penarikan pasukannya begitu cukup menyulitkan, namun juga cepat: menyulitkan, karena mereka mendapatkan kemenangan dalam peperangan, dan cepat karena mereka dapat melakukannya dengan sangat cepat. [...] Mereka merampok negara lain karena mereka tidak memiliki negara sendiri. Hidup dalam kedamaian adalah nasib buruk bagi mereka, karena kebahagiaan bagi mereka adalah saat memiliki alasan untuk berperang. [...] Adapun jumlah mereka, tak terkira."

Namun, catatan sejarah juga menunjukkan bahwa pada abad berikutnya, bangsa Pecheneg ini juga dipekerjakan oleh para pangeran Rus, bahkan bertugas sebagai tentara yang melindungi perbatasan. Cerita serupa juga terjadi pada gelombang dari bangsa pengembara selanjutnya yang menggantikan keberadaan bangsa Pecheneg, yakni bangsa Kipchak.

Bangsa Tatar yang Dahsyat

Pola yang mirip tentang tentara bayaran dari bangsa nomaden terulang sekali lagi pada abad ke-13, meski ada beberapa perbedaan. Kali ini adalah bangsa Tatar. Mereka hadir pertama kali sebagai penyerbu paling dahsyat dalam sejarah Rusia. Namun sebagaimana pendahulunya, mereka akhirnya menjadi alat politik untuk urusan dalam negeri bangsa Rus. Misalnya, pada 1293, salah satu pangeran Rus, yakni Andrey dari Gorodets, pernah melawan saudaranya, Adipati Agung yang memimpin kota Vladimir. Ia mendapatkan dukungan kekuatan besar dari bangsa Tatar dan berhasil menghancurkan empat belas kota di wilayah Rus kuno. Disebutkan bahwa pada abad ke-19 masih ditemukan bukti peperangan di wilayah yang menjadi korban serangan tersebut.

Film garapan Tarkovsky yang berjudul "Andrey Rublyov" merupakan salah satu karya yang memberikan gambaran paling kuat saat bangsa Tatar menjadi tentara bayaran di wilayah Rus pada Abad Pertengahan. Film ini juga menggambarkan adegan saat orang-orang Tatar diundang oleh seorang pangeran bangsa Rus untuk menyerbu dan menjarah gereja tersebut dengan kejamnya.

Seiring dengan meningkatnya kekuatan Kekaisaran Moskow, beberapa wilayah Tatar akhirnya masuk ke dalam wilayah kekuasaan Rusia. Orang-orang Tatar kemudian menjadi pengabdi di tanah Rus dengan status khusus, mirip dengan apa yang terjadi dengan bangsa Kosak di kemudian hari.