Wawancara Bashar Assad: Delapan Poin Utama

Sebuah gambar yang dirilis oleh Agensi Berita Arab Suriah (SANA) pada 15 Januari 2015 menunjukkan Presiden Suriah Bashar al-Assad memberikan wawancara kepada koran Eterarna Novina dari Ceko di Damaskus. Serangan koalisi terhadap ISIS tidak memberikan dampak, demikian dikatakan Assad dalam sebuah wawancara, sementara pihak penyerang yang dipimpin AS mengaku akan menang.

Sebuah gambar yang dirilis oleh Agensi Berita Arab Suriah (SANA) pada 15 Januari 2015 menunjukkan Presiden Suriah Bashar al-Assad memberikan wawancara kepada koran Eterarna Novina dari Ceko di Damaskus. Serangan koalisi terhadap ISIS tidak memberikan dampak, demikian dikatakan Assad dalam sebuah wawancara, sementara pihak penyerang yang dipimpin AS mengaku akan menang.

AFP/East News
Media Rusia mewawancarai Presiden Suriah Bashar Al-Assad terkait dengan kondisi Suriah saat ini, para pengungsi, dan juga organisasi teroris ISIS yang menjadi ancaman dunia saat ini. Berikut delapan poin penting dari wawancara tersebut.

Pengungsi

Negara-negara Barat meratapi pengungsi dengan satu mata, sedangkan mata lainnya membidik senjata. Faktanya adalah bahwa sebenarnya orang-orang ini telah membiarkan Suriah, terutama dikarenakan rasa takut akan kematian, serta pengaruh terorisme. Jika Eropa prihatin dengan nasib pengungsi, seharusnya mereka berhenti mendukung para teroris.

Dialog dengan oposisi

Kekuatan politik, pemerintah, atau kelompok-kelompok bersenjata ilegal yang berperang melawan pemerintah harus disatukan demi melawan terorisme. Sebelumnya ini sudah pernah terjadi saat ada beberapa kelompok yang sebelumnya berperang melawan Pemerintah Suriah kini justru berada di pihak kami dan menentang terorisme.

Jenewa III

Ada perbedaan mendasar terkait dengan poin mengenai pemerintahan transisi dalam deklarasi Jenewa. Moskow-3 memerlukan strategi untuk menanggulangi berbagai perbedaan antara pasukan Suriah untuk mencapai Jenewa III dengan posisi konsolidasi. Ini akan menciptakan kondisi untuk mencapai keberhasilan negosiasi di Swiss. Kami percaya bahwa Jenewa III tidak mungkin berhasil jika tidak ada kesuksesan dalam kerangka Moskow-3.

Peran Iran

Iran mendukung Pemerintah Suriah dalam bidang politik, ekonomi, dan militer. Di bawah dukungan militer dapat dimengerti bahwa beberapa media Barat berusaha untuk hadir, seperti mengirimkan unit militer Iran ke Suriah, hal ini tidak benar. Teheran memasok kami dengan peralatan militer. Tentu ada pertukaran personil militer antara Suriah dan Iran, tetapi pertukaran itu memang selalu dilakukan. Tentu saja kerja sama bilateral ini diaktifkan dalam kondisi perang. Dan bantuan Teheran adalah elemen utama yang berkontribusi terhadap stabilitas Suriah di tengah perang barbar ini.

Peran Jihadis

Kita semua tahu bahwa persenjataan, uang, dan relawan Jhabhat Al-Nusra dan ISIS dipasok oleh Turki yang memiliki hubungan erat dengan Barat. Recep Erdogan dan Ahmet Davutoglu tidak akan melangkah tanpa persetujuan AS dan negara-negara Barat lainnya. Tumbuhnya kekuatan Jhabhat Al-Nusra dan ISIS di wilayah ini jelas dikarenakan perlindungan pihak Barat. Mereka melihat terorisme sebagai “kartu trump” yang dapat secara berkala menyingsingkan lengan bajunya. Saat ini, Amerika ingin menggunakan Jhabat Al-Nusra untuk melawan ISIS. Hal ini kemungkinan karena fakta bahwa ISIS terkadang bertindak di luar kendali mereka. Namun, ini tidak berarti bahwa mereka ingin menghancurkan ISIS. Jika mereka ingin, mereka dapat melakukannya.

Federalisasi Suriah

Ketika orang-orang Suriah telah sepakat untuk mengambil langkah yang sama terkait dengan federalisasi, desentralisasi, pengenalan kontrol otonom, atau perubahan kompleks rezim politik, diperlukan konsensus universal dengan penyesuaian pada konstitusi dan referendum. Oleh karena itu, kelompok-kelompok ini harus meyakinkan rakyat Suriah dalam mendukung proposal, seperti inisiatif mereka bahwa dialog dilakukan tidak dengan pemerintah, tetapi dengan rakyat-rakyatnya.

Hubungan dengan Wilayah Tetangga

Dalam situasi ini, mustahil bahwa beberapa pihak yang mendukung terorisme tetapi di lain sisi juga bertempur melawannya. Namun, ada pihak yang yang terlibat dalam proses tersebut, yaitu Turki, Yordania, dan Arab Saudi. Mereka berpura-pura bahwa mereka adalah bagian dari koalisi antiteroris yang beroperasi di Suriah Utara. Meski begitu, mereka juga mendukung terorisme di wilayah yang sama, serta bagian selatan dan timur laut. Saya menekankan sekali lagi, jika negara-negara ini memutuskan untuk kembali ke posisi yang benar, mereka seharusnya akan berjuang melawan terorisme demi kebaikan bersama. Kami tentu saja akan menerima hal ini dan kami akan bekerja sama dengan mereka dan negara-negara lain.

Asal-Usul Krisis

Asal-usul krisis ini terletak dalam perang yang menyebabkan perpecahan Irak berdasarkan agama. Sebagian dari konflik tersebut mempengaruhi situasi di Suriah dan menyederhanakan masalah hasutan konflik antaragama di Suriah.

Yang kedua, titik balik yang sama pentingnya adalah dukungan yang secara resmi diberikan oleh Barat kepada teroris di Afghanistan pada awal tahun 1980. Barat menyebut mereka sebagai 'pejuang kemerdekaan'. Kemudian, pada tahun 2006 di Irak, di bawah naungan Amerika Serikat muncullah ISIS. Namun, Washington tidak berjuang menentang kelompok ini. Semua faktor ini bersama-sama telah menciptakan kondisi awal kerusuhan, dengan dukungan Barat, pembiayaan negara-negara Teluk Persia, khususnya Qatar, Arab Saudi, dan bantuan logistik Turki.

 

Artikel wawancara selengkapnya dapat dibaca dalam bahasa Rusia di situs Rossiyskaya Gazeta.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki