Bersama Malaysia, Rusia Berkomitmen Tangkap Otak Tragedi MH-17

Dubes Rusia untuk Malaysia Valery Yermolov meminta pemimpin Malaysia berhenti menyalahkan Rusia.

Dubes Rusia untuk Malaysia Valery Yermolov menyebutkan Rusia akan melanjutkan kerja sama dengan Malaysia melalui Organisasi Aviasi Sipil Internasional untuk mencari keadilan bagi korban pesawat MH-17.

Rusia berkomitmen bekerja sama dengan Malaysia untuk menangkap otak di balik tragedi yang terjadi Juli tahun lalu tersebut, tutur Yermolov dalam konferensi pers di Kuala Lumpur, Kamis (15/10).

Pesawat Malaysia Airlines MH-17 jatuh pada 17 Juli 2014 di Ukraina bagian timur saat terbang dari Amsterdam menunju Kuala Lumpur, menewaskan seluruh kru dan penumpang yang berjumlah 298 orang.

Pakar Belanda melakukan analisis mendetil terhadap puing-puing pesawat, dan menyebutkan bahwa pesawat tersebut jatuh karena ditembak oleh misil BUK 9M38M1 buatan Rusia.

Dalam konferensi pers di Kuala Lumpur, Yermolov menyebutkan bahwa Moskow telah mengajukan banding pada Organisasi Aviasi Sipil Internasional untuk menyelidiki ulang penembakan tersebut, karena laporan Belanda dianggap bias.

Yeromov menambahkan, Rusia tak lagi punya misil tipe tersebut dan hulu ledaknya telah dinon-aktifkan sejak 2011. Misil yang disebutkan dalam laporan Belanda dikembangkan pada 1986 dan memiliki garansi 25 tahun.

"Pada 2011, misil tersebut dinon-aktifkan oleh tentara Rusia, namun kami tahu tentara Ukraina masih punya 520 misil jenis tersebut hingga kini," kata Yermolov. Ia menambahkan bahwa banyak bekas negara Soviet lain, termasuk anggota NATO seperti Yunani, masih memiliki misil tersebut.

Namun, Yermolov menyebutkan bahwa Rusia tak mendapat akses terhadap semua materi investigasi pemerintah Belanda. "Laporan mengenai tragedi tersebut yang disusun oleh pakar dari Almaz-Antey, pengembang misil BUK, juga diabaikan," terang sang diplomat.

Lebih lanjut, sang duta besar juga mendorong Malaysia untuk berhenti menyalahkan Rusia. "Saya sedikit terkejut dan kecewa saat pemimpin Malaysia menyatakan bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh misil BUK buatan Rusia," tutur Yermolov.

 

Ia juga menegaskan bahwa Rusia dan Malaysia harus melanjutkan kerja sama mereka dalam melakukan investigasi.

"Melanjutkan investigasi dengan penyesuaian yang diperlukan dan menjamin keterlibatan semua negara yang menyediakan material dapat memberi titik terang dalam kasus kecelakaan ini," kata Yermolov.

Ia menegaskan, Rusia tak ragu untuk membangun kerja sama semacam itu.

Baca lebih banyak mengenai Malaysia Airlines >>>

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki