Upaya untuk memalsukan sejarah Perang Dunia II akan merusak fondasi tata dunia modern, demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov dalam artikel berjudul "Lessons of History and New Milestones" (Pelajaran dari Sejarah dan Tonggak Baru) yang dipublikasikan pada Minggu (23/8) oleh harian Rossiyskaya Gazeta dan harian Renmin Ribao Tiongkok.
"Tahun ini kita memperingati 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Bagi Rusia dan Tiongkok, perayaan ini memiliki signifikansi khusus," tulis Lavrov. "Negara kita telah bersektu melawan Nazisme dan militerisme Jepang. Warga kami berhasil melalui peperangan yang mematikan dan menang berkat keberanian yang luar biasa, pengorbanan, dan pengerahan seluruh pasukan," tuturnya.
Lavrov memaparkan, puluhan ribu tentara Soviet mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan Tiongkok. "Kami bangga Beijing masih mengenang jasa para patriot kami," kata Lavrov. Salah satu contoh kerja sama di lingkup sejarah militer, lanjut Lavrov, adalah ekspedisi pencarian gabungan yang dilakukan tahun ini di provinsi Heilongjiang, dan berhasil menemukan beberapa jenazah tentara Soviet.
"Kini, kita menghadapi upaya terang-terangna untuk memalsukan sejarah perang, untuk menyamakan korban dengan pelaku. Semua itu bukan hanya menyakiti hati warga kami, tapi juga merusak fondasi tata dunia modern yang tertera di Piagam PBB," terangnya.
Menurut Lavrov, penting bagi Rusia dan Tiongkok untuk bahu-membahu melindungi kebenaran sejarah. "Tak sulit melihat seberapa penting partisipasi Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam perayaan Hari Kemenangan di Moskow, bahkan unit pasukan bersenjata Tionogkok ikut berparade di Lapangan Merah," kata Lavrov menyimpulkan.
Baca lebih banyak mengenai Hubungan Rusia dan Tiongkok >>>
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda