Lancarkan Aksi Brutal, Gereja Ortodoks Rusia Minta Umat Patuhi Aturan Hukum

Beberapa aktivis Gereja Ortodoks menyerbu Pusat Pameran Manezh yang berada di seberang Kremlin.

Aktivis religius Ortodoks Rusia tak boleh melanggar aturan hukum saat melancarkan protes terhadap acara kebudayaan atau karya seni, demikian disampaikan juru bicara Departemen Informasi Gereja Rusia Synod, Jumat (15/8), mengomentari aksi yang dilakukan oleh gerakan Bozhya Volya (Kehendak Tuhan).

Sebelumnya, pada hari yang sama, beberapa aktivis gerakan menyerbu Pusat Pameran Manezh yang berada di seberang Kremlin dan mencoba menghancurkan beberapa patung yang dipamerkan dalam pameran 'The Sculpture that We Do Not See’ (Patung yang Tak Kita Lihat), menyebutkan bahwa karya seni yang dipamerkan tersebut menyinggung pemeluk Ortodoks.

"Kekerasan tak bisa dibenarkan oleh kepentingan kelompok sosial manapun," kata Vakhtang Kipshidze, Kepala Departemen Analisis dan Informasi Gereja Rusia Synod pada TASS.

"Namun, hal ini bukan membatasi hak masyarakat untuk protes, termasuk protes terhadap hinaan pada simbol religius," katanya.

Kipshidze mengaku, ia tak familiar dengan pameran yang digelar di Manezh, namun mengingat banyak patung dibuat pada 1960-an, masa ketika Nikita Khrushchev berjanji akan mendemonstrasikan pendeta terakhir Rusia di televisi, mereka tentu sejalan dengan persepsi politik seniman di kala itu.

"Beberapa patung terlihat sangat ofensif bagi pemeluk Ortodoks, namun protes tetap harus dilakukan dalam bentuk yang beradab dan beralasan," kata Kipshidze.

Layanan pers Departemen Dalam Negeri Moskow menyebutkan bahwa penyelidikan kasus di Manezh telah dimulai dan semua aktivis Bozhya Volya telah ditahan oleh pihak kepolisian.

Pertama kali dipublikasikan di TASS.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki