Pada Desember lalu, sekolah di desa Belozerye — sebuah desa di Republik Mordovia (562 km di tenggara Moskow) yang sebagian besar penduduknya adalah muslim Tatar — melarang para guru mengenakan jilbab saat mengajar. Namun, larangan itu akhirnya berhasil dicabut setelah para guru mengajukan banding ke pengadilan. Kepala sekolah pun telah membatalkan perintah sebelumnya. Kini, baik guru maupun para siswa bisa dengan bebas mengenakan jilbab selama proses belajar mengajar.
Pada Februari lalu, Menteri Pendidikan Rusia Olga Vasiliyeva — saat mengomentari kasus terbaru di Belozerye — menyuarakan dukungannya terhadap larangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah.
Vasilyeva mengatakan bahwa seorang “penganut agama sejati”, menurutnya, tidak akan berusaha “menonjolkan bukti keimanannya dengan mengenakan atribut tertentu”. Pernyataan itu ia lontarkan saat mengomentari larangan penggunaan jilbab di sekolah di sebuah desa di Mordovia. Dia menambahkan, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa “penggunaan jilbab, seperti halnya menekankan identitas kesukuan, tidak diperbolehkan di sekolah.”
Pernyataan sang menteri segera dikritik oleh Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov, yang mengatakan bahwa “tiga anak perempuannya tak akan pernah melepas jilbab mereka”.
Sebelumnya, Mahkamah Agung Rusia telah dua kali mengesahkan beberapa peraturan daerah yang melarang penggunaan jilbab di sekolah. Namun demikian, keputusan itu belum ditetapkan sebagai hukum yang berlaku secara nasional.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.