Tujuh Kerja Sama Asing Kelas Kakap di Forum Ekonomi Sankt Peterburg

Ekonomi
KSENIA ZUBACHEVA
Dari pasokan energi hingga barang-barang konsumsi, inilah adalah daftar perjanjian paling signifikan yang ditandatangani oleh perusahaan-perusahaan asing di Rusia selama SPIEF.

Pada 6 -- 8 Juni, ibukota utara Rusia menjadi tuan rumah acara tahunan Forum Ekonomi Sankt Peterburg (SPIEF), salah satu perhelatan bisnis utama Rusia. Menurut penyelenggara, tahun ini lebih dari 19.000 orang dari 145 negara yang hadir, termasuk 1.300 pejabat tinggi pemerintah dan tujuh kepala negara.

"Delegasi terbesar tahun ini adalah Cina --- dengan 1.072 orang, diikuti oleh orang Amerika dengan 520 orang," ujar Sekretaris Komite Penyelenggara SPIEF Anton Kobyakov. Ada juga beberapa delegasi terkenal dari Perancis, Jepang, Jerman, Swiss, dan Inggris.

Secara keseluruhan, tahun ini sebanyak 650 perjanjian ditandatangani dengan nilai 3,1 triliun rubel (Rp689,39 triliun) yang merupakan "jumlah rekor", menurut Kobyakov.

Berikut daftar singkat penawaran paling menarik yang melibatkan perusahaan asing.

1. Perusahaan energi Tiongkok PowerChina menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan pembangkit listrik tenaga air Rusia RusHydro, di mana kedua pihak akan melakukan analisis bersama tentang kemungkinan solusi desain untuk menentukan parameter teknis optimal dari proyek percontohan untuk pembangunan penyimpanan pembangkit listrik yang dipompa di wilayah Rusia Barat Laut.

2. Perusahaan energi Jerman VNG AG dan Gazprom Rusia menandatangani kesepakatan tentang pasokan gas ke VNG Handel & Vertrieb (anak perusahaan VNG AG). Menurut perjanjian tersebut, pada 2021 -- 2022, Gazprom akan memasok gas hingga 3,5 miliar meter kubik ke VNG Handel & Vertrieb setiap tahun. Ruang lingkup kegiatan VNG AG meliputi impor gas alam, penyimpanan bawah tanahnya, dan pasokan konsumen di negara bagian timur Jerman dan Berlin.

3. Operator infrastruktur Finlandia Cinia Oy dan penyedia telekomunikasi Rusia MegaFon menandatangani perjanjian untuk membentuk konsorsium internasional untuk pembangunan saluran serat optik kecepatan tinggi bawah laut baru dari Helsinki ke Tokyo. Jalur baru akan berjalan di sepanjang bagian bawah Samudra Arktik dan akan menjadi rute Eropa-Asia yang unik dengan tingkat transfer sinyal terbaik.

4. Pengembangan Terapi Proton, pusat klinis pengobatan kanker dan pencitraan diagnostik Ceko  akan bekerja sama dengan mitra Rusia untuk membuka pusat klinis pengobatan kanker, di wilayah Kaluga Rusia. Perusahaan Ceko akan berinvestasi bersama dalam proyek yang akan membutuhkan sekitar 12 miliar rubel (Rp2.669 miliar). Menurut perjanjian, pusat ini akan dibuat pada 2024 dan akan dilengkapi dengan standar teknologi tertinggi.

5. Perusahaan barang-barang konsumen transnasional Inggris-Belanda Unilever dan Russian X5 Retail Group setuju untuk memasang mesin otomatis untuk menerima kontainer plastik bekas di toko bahan makanan Moskow. Menurut kontrak, perusahaan akan mulai dengan melakukan uji coba, dan, jika berhasil, akan menyetujui ruang lingkup proyek.

6. Perusahaan transnasional Amerika, Procter & Gamble berencana untuk berinvestasi 2,4 miliar rubel (Rp533,7 miliar) untuk memperluas pabriknya dan membuat pusat distribusi baru di Novomoskovsk, Oblast Tula. Sebagian dari dana akan digunakan untuk pelokalan produksi produk-produk kesehatan wanita (merek Always, Tampax, dll.). Keputusan itu dibuat untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar di pasar lokal, mengurangi rantai pasokan dan biaya produksi.

7. Produsen rokok global Japan Tobacco International juga menandatangani kesepakatan dengan Oblast Rostov untuk menginvestasikan sekitar $ 12 juta (Rp171,9 miliar) di pabrik tembakau “Donskoy Tabak” pada 2019 -- 2020. Salah satu poin dari perjanjian akan memungkinkan perluasan paket sosial untuk 700 karyawan pabrik yang berlokasi di Oblast Rostov. Perusahaan juga siap mendukung kawasan di bidang ekologi dan penerapan langkah-langkah untuk memerangi pasar produk tembakau palsu.

Investasi asing tahun ini menunjukkan tren yang positif, namun tahun lalu terjadi perlambatan investasi asing langsung (FDI) di Rusia. Di tengah kondisi pasar yang sedang lesu, perusahaan-perusahaan asing ini tetap berinvestasi di Rusia.