Kenapa Bahasa Rusia Masih Digunakan di Negara-Negara Pecahan Soviet?

Patung Vladimir Lenin di wilayah Brest, Belarus, dengan sebuah poster tak jauh di sebelahnya yang berbunyi "Pakaian seharga lima rubel" dalam bahasa Rusia.

Patung Vladimir Lenin di wilayah Brest, Belarus, dengan sebuah poster tak jauh di sebelahnya yang berbunyi "Pakaian seharga lima rubel" dalam bahasa Rusia.

Viktor Drachev/TASS
Latar belakang sejarah dan hubungan ekonomi menjadi faktor kunci yang membuat bahasa Rusia masih digunakan di negara-negara pecahan Uni Soviet hingga kini.

Uni Soviet memang telah runtuh lebih dari dua dekade lalu, tapi bahasa Rusia masih digunakan secara luas di banyak negara pecahannya. Meskipun di negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lituania) dan Ukraina terdapat peraturan yang membatasi penggunaan bahasa Rusia, bahasa ini ternyata masih banyak digunakan baik secara formal maupun informal oleh para pejabat publik.

Misalnya, Pusat Bahasa Bahasa Latvia pada April lalu mendenda wali kota Riga karena berbicara dalam bahasa Rusia selama pertemuannya dengan para siswa sekolah. Belum lama ini, masih di bulan Mei, masalah pencetakan tiket pertunjukan kontes Eurovision dalam bahasa Rusia menjadi perdebatan hangat di tengah masyarakat Ukraina.

Kenapa bahasa Rusia tetap digunakan bahkan di negara-negara yang berusaha menjadi “lebih Eropa”? Kenapa hukum dan peraturan yang membatasi penggunaan bahasa Rusia tidak selalu berjalan?

Warisan Bersejarah

Setelah runtuhnya Uni Soviet, jumlah penutur bahasa Rusia di bekas negara-negara pecahannya tetap terbilang tinggi sepanjang tahun 1990-an dan 2000-an. Meskipun pemerintah dari banyak negara pecahan Soviet berencana menurunkan status bahasa Rusia, mereka tetap khawatir bahwa keputusan semacam itu berpotensi menimbulkan ketidakpuasan publik.

Di negara-negara yang secara resmi mengakui penggunaan bahasa Rusia, seperti Belarus atau Kazakhstan, bahasa ini digunakan hampir di mana-mana, mulai dalam kegiatan bisnis, pemerintahan, media, pendidikan, hingga budaya. Bahasa Rusia digunakan oleh elite-elite politik dan di kalangan anak muda yang ingin melanjutkan studi di universitas-universitas Rusia.

Selain itu, selalu ada sekolah dan universitas yang mengajarkan bahasa Rusia. Bagi mereka bukan keturunan etnis Rusia, bahasa Rusia tetap merupakan bahasa asli mereka, yaitu bahasa yang digunakan dalam keluarga mereka. “Bahasa Rusia adalah suatu state of mind dan bahasa komunikasi antarsuku,” kata Galiya Ibragimova, seorang warga Rusia keturunan suku Tatar Kazan yang lahir di Uzbekistan, kepada RBTH.

Ainur dari Kazakhstan juga sependapat. “Kami membutuhkan bahasa Rusia untuk berkomunikasi. Akan selalu ada orang yang mengerti Anda di Georgia atau bekas republik Soviet lainnya.”

Hubungan Ekonomi

Bahasa Rusia masih mengakar kuat di negara-negara Asia Tengah. Jumlah orang yang berbicara dan mengerti bahasa Rusia dasar pun telah jauh berkembang bahkan jika dibandingkan pada zaman Soviet.

Rafael Sattarov, seorang yang memiliki darah etnis Azeri (Azerbaijan), Yahudi, dan Uzbek, yang menganggap bahasa Rusia sebagai bahasa ibunya, percaya bahwa sebagian hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat migrasi buruh dari negara-negara seperti Uzbekistan, Tajikistan, dan Kyrgyzstan ke Rusia.

Mencari pekerjaan di Rusia menjadi motivasi bagi anak-anak muda dari Asia Tengah untuk belajar bahasa Rusia. Menurut Badan Federal untuk Persemakmuran Negara-negara Merdeka (Rossotrudnichestvo), jumlah siswa yang mengikuti kursus bahasa Rusia di Azerbaijan, Uzbekistan, dan Tajikistan terus meningkat.

Di Latvia, bahasa Rusia tidak dianggap sebagai bahasa resmi, tapi secara informal disebut sebagai “bahasa bisnis”, kata Boris Egorov, seorang warga Rusia kelahiran Latvia kepada RBTH. Ada lebih dari 6.000 perusahaan dengan modal Rusia di negara itu dan industri pariwisatanya masih didominasi oleh pengunjung dari Rusia.

Situasi serupa juga terjadi di Estonia. Negara ini memiliki populasi penutur bahasa Rusia yang besar (sekitar 30 persen dari total populasi pada 2011). Pada 2016, wisatawan Rusia menduduki peringkat kedua setelah wisatawan Finlandia sebagai turis asing yang paling banyak mengunjungi Estonia.

Bahasa Rusia juga digunakan di Moldova, terutama di wilayah Transnistria dan Gagaúzia, yang telah mempertahankan hubungan yang kuat dengan Rusia sejak 1991. Menurut sensus 2014, lebih dari 263 ribu (9,4 persen dari populasi) penutur asli bahasa Rusia tinggal di Moldova.

Bahasa Rusia secara tradisional diajarkan di sekolah-sekolah Moldova sebagai bahasa kedua dan kemungkinan akan tetap digunakan, terutama karena Moldova memutuskan untuk memulihkan hubungan ekonomi dengan Rusia setelah kunjungan Presiden Moldova Igor Dodon ke Moskow pada Januari tahun ini.

 

Bagaimana dengan Ukraina dan Georgia?

Di tengah ketegangan politik dengan Rusia dan sejumlah upaya untuk melemahkan posisi bahasa Rusia di Ukraina dan Georgia, kedua negara tersebut masih memiliki sejumlah besar penutur bahasa Rusia. Menurut sensus tahun 2001, ada sekitar 8,3 juta orang di Ukraina yang menganggap bahasa Rusia sebagai bahasa ibu mereka. Di Georgia, jumlah ini tidak setinggi di Ukraina, hanya 45.920 orang pada 2014.

Ukraina, yang dianggap sebagai “saudara kandung” bersejarah Rusia, secara tradisional telah menjadi salah satu negara kunci berbahasa Rusia. Pada 2008, menurut Gallup, 83 persen warga Ukraina memilih bahasa Rusia sebagai bahasa percakapan utama. Sekarang, secara tak resmi, setidaknya 70 persen penduduk mengerti bahasa Rusia dan bahasa ini tetap populer digunakan di dunia maya.

Pada 2014, misalnya, sekitar 90 persen permintaan pencarian di Google dari Ukraina dibuat dalam bahasa Rusia. Bahasa Rusia juga cukup populer di kalangan media Ukraina, baik media televisi maupun cetak. BBC melaporkan, hanya sekitar 35 persen surat kabar dan 25 persen majalah yang diterbitkan dalam bahasa Ukraina pada 2016.

Baru-baru ini, pemerintah Ukraina telah mengambil langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahasa Rusia di tengah masyarakat. Kini, hanya ada sedikit sekolah dan taman kanak-kanak yang dapat memfasilitasi anak-anak penutur asli bahasa Rusia. Bahasa-bahasa Eropa kini menjadi lebih populer di negara ini.

Menurut Zlata Simonenko, seorang pengacara dari Ukraina, generasi muda Ukraina di masa depan kemungkinan tidak akan berbicara bahasa Rusia. “Anak-anak belajar Bahasa Ukraina mulai dari taman kanak-kanak dan kemudian pergi ke sekolah menengah Ukraina. Hanya ada sedikit sekolah menengah Rusia,” katanya.

Sementara Georgia, setelah promosi bahasa Inggris besar-besaran, pemerintahan yang baru tampaknya memilih untuk menghidupkan kembali penggunaan bahasa Rusia di negara ini. Presiden Georgia Giorgi Margvelashvili baru-baru ini menyatakan bahwa melupakan bahasa Rusia adalah “suatu kesalahan mendasar” karena ini adalah alat yang efektif untuk mengomunikasikan posisi Georgia ke tetangganya.

Bahasa Rusia masih banyak digunakan di Georgia karena eratnya hubungan parwisata dan kontak antarmasyarakat antara kedua negara. “Banyak orang di Georgia yang memiliki teman dekat dan kerabat di Rusia dan menyuruh anak-anak mereka belajar Bahasa Rusia juga,” kata Tamta Utiashvili dari Tbilisi kepada RBTH. “Apalagi, bahasa Rusia juga dibutuhkan untuk para pelamar kerja, terutama bagi mereka yang berkecimpung di bidang pariwisata.”

Sebelumnya, Financial Times melaporkan bahwa bahasa Rusia semakin banyak ditinggalkan selama dua dekade terakhir. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks dari itu. Bahasa Rusia sebagian besar tetap digunakan karena latar belakang sejarah yang tetap dihormati, dan kemungkinan akan terus menjadi bahasa pergaulan antaretnis di antara negara-negara pecahan Uni Soviet di masa yang akan datang, setidaknya selama hubungan ekonomi tetap terjalin erat.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki