Dari Aceh hingga Alaska: Daerah-Daerah yang Hampir Jadi Kekuasaan Rusia

Penjelajah dan pedagang Rusia menginjakkan kaki mereka di Pulau Kauai, Kepulauan Hawaii, pada abad ke-19.

Penjelajah dan pedagang Rusia menginjakkan kaki mereka di Pulau Kauai, Kepulauan Hawaii, pada abad ke-19.

Getty Images
Kekaisaran Rusia memiliki banyak peluang untuk mendapatkan banyak wilayah di berbagai penjuru dunia, mulai dari Indonesia hingga Argentina. Namun, pertimbangan praktis kerap memainkan peran penting dalam penolakan Rusia untuk menerima beberapa tawaran untuk memperluas wilayah kekuasaannya.

Wilayah Kekaisaran Rusia, yang berdiri sejak 1721 sampai 1917, terbentang luas dari Pasifik hingga Laut Baltik dan Laut Hitam. Namun demikian, kekaisaran gagal menjadi penguasa kolonial maritim.

Jika dibandingkan dengan Spanyol, Inggris, dan Prancis, Rusia — sebagai kerajaan berbasis daratan — hanya memiliki sedikit pesaing kolonial di luar negeri. Namun demikian, pada beberapa masa kepemimpinan tsar yang berbeda, Rusia memiliki sejumlah peluang untuk menjadi penguasa kolonial maritim.

Laut Tengah

Selama Perang Revolusi Amerika, ketika Tiga Belas Koloni Kerajaan Inggris di Amerika Utara berjuang meraih kemerdekaan, Rusia memiliki peluang untuk mendapatkan Pulau Menorca di Kepulauan Balearic, yang saat itu merupakan milik Inggris.

Inggris menawarkan pulau tersebut sebagai imbalan atas dukungan Rusia dalam perang dengan koloni-koloni itu. Rusia, pada saat itu, merupakan bagian dari aliansi anti-Inggris yang dibentuk oleh negara-negara Eropa untuk membantu apa yang pada akhirnya akan menjadi Amerika Serikat.

Penguasa Kekaisaran Rusia, Yekaterina II, menolak tawaran Inggris tersebut dengan mengatakan, “Sang mempelai perempuan terlalu bermartabat untuk patuh.” Maksudnya, Rusia (sang pengantin wanita) memiliki harga diri yang terlalu tinggi untuk terpikat oleh tawaran Inggris.

Pada 1783, Inggris menyerahkan Menorca ke Spanyol, yang hingga kini masih mengelola pulau tersebut.

Penyerahan Malta ke Jenderal Bonaparte (1800). Sumber: Gottfried Baumann & CoPenyerahan Malta ke Jenderal Bonaparte (1800). Sumber: Gottfried Baumann & Co

Lebih dari satu setengah dekade kemudian, ketika Prancis menguasai Malta, Inggris mengundang Rusia untuk bersama-sama membebaskan dan membagi pulau tersebut.

Pulau ini berada di bawah kekuasaan Prancis ketika Ordo Santo Yohanes, yang memerintah Malta, menyerahkan diri kepada Napoleon Bonaparte pada 1798.

Kaisar Rusia Pavel I, yang merupakan penguasa berdaulat paruh waktu ordo tersebut, menganggap kependudukan Napoleon di pulau itu sebagai suatu penghinaan.

Sang kaisar pun menyetujui permintaan Inggris dan meminta angkatan bersenjata Kekaisaran Rusia untuk bersiap menghadapi invasi dan mencaplok pulau itu ke dalam wilayah kekaisaran. Namun, rencana tersebut gagal dan koalisi hancur berantakan. Pavel I dibunuh oleh anggota bangsawan Rusia pada 1801. Sementara, Inggris berhasil menduduki Malta di tahun yang sama tanpa bantuan Rusia.

Potret Kasiar Pavel I (1800). Sumber Vladimir BorovikovskyPotret Kasiar Pavel I (1800). Sumber Vladimir Borovikovsky

Samudra Pasifik

Meski singkat, Kekaisaran Rusia sempat hadir di Hawaii. Pada tahun 1815, Kaumualii, raja Pulau Kauai dan Niihau di utara Kepulauan Hawaii, meminta Rusia untuk memberikan kerajaannya status protektorat (tanah atau negara yang di bawah perlindungan negara lain -red.) dan membantunya dalam perang melawan Kamehameha I, raja pulau-pulau lain di Kepulauan Hawaii.

Kaumualii menjanjikan Rusia tanah untuk pos-pos perdagangan dan permukiman. Rusia membangun tiga benteng militer dan mulai menjelajahi Lembah Hanalei di Kauai.

Namun, pada 1817, di bawah tekanan Amerika, para pemukim Rusia diusir dari pulau-pulau itu. Benteng Elizabeth, yang reruntuhannya dinyatakan sebagai Situs Bersejarah Nasional AS pada tahun 1966, merupakan pengingat akan kehadiran Rusia di Hawaii.


Baca juga: ‘Jejak kaki’ Rusia di Kepulauan Hawaii >>>


Alaska

Proyek Amerika Rusia juga berakhir menyedihkan. Mulai abad ke-18, kaum industrialis dan perusahaan-perusahaan dagang Rusia mulai menjelajahi wilayah Alaska.

Kekaisaran Rusia akhirnya mendukung kaum industrialis dan perusahaan-perusahaan ini yang telah mendirikan permukiman dan pos-pos perdagangan di wilayah tersebut.

Pada tahun 1812, penjelajah Rusia Ivan Kuskov juga membeli beberapa tanah dari penduduk asli Amerika di California dan mendirikan Benteng Ross.

Pelabuhan St. Paul di Pulau Cadiack, dengan kapal perang Rusia, Neva. Dilukis tahun 1814.Pelabuhan St. Paul di Pulau Cadiack, dengan kapal perang Rusia, Neva. Dilukis tahun 1814.

Bertahun-tahun kemudian, pihak berwenang Rusia memutuskan bahwa biaya pemeliharaan wilayah di Amerika Utara lebih besar daripada keuntungan yang mereka peroleh. Apalagi, kekaisaran merasa bahwa memiliki wilayah ini sangat tidak praktis.

Benteng Ross kemudian dijual kepada pengusaha Amerika John Sutter pada 1841 dan Alaska dibeli oleh Amerika Serikat pada 1867.

Pada 1861, Rusia memiliki peluang untuk memiliki wilayah di sekitar di Selat Korea. Kepangeranan feodal Jepang di Tsushima memberi Rusia hak untuk mendirikan permukiman dan pangkalan angkatan laut di Pulau Tsushima. Ini jelas akan memberi Angkatan Laut Rusia posisi yang sangat menguntungkan di wilayah yang secara strategis sangat penting.

Namun, rencana tersebut mendapat tekanan dari Inggris dan pemerintah pusat Jepang.


Baca juga: Kenapa Rusia menjual Alaska pada Amerika? >>>


Aceh

Pada tahun 1875, ilmuwan dan penjelajah terkenal berkebangsaan Rusia Nikolay Miklukho-Maklay meminta pemerintah Rusia untuk memberikan status protektorat untuk wilayah timur laut Guinea Baru (Pulau Papua) dan Kepulauan Palau, yang telah ia periksa sejak lama.

Dia ingin Rusia melindungi rakyat Papua dari kolonialisasi Eropa.

Desa Koiapu, Port Moresby, Guinea Baru Inggris (1885). Sumber: WikipediaDesa Koiapu, Port Moresby, Guinea Baru Inggris (1885). Sumber: Wikipedia

Miklukho-Maklay secara konsisten mengajukan banding ke penguasa Rusia kala itu, Aleksandr II dan Aleksandr III, untuk mendukung inisiatif ini. Namun, keduanya tidak mendukung gagasan tersebut. Akhirnya, pada tahun 1885, wilayah timur Guinea Baru terbagi antara Kerajaan Inggris dan Jerman.

Pada 1879 dan 1898, Kekaisaran Rusia memiliki peluang untuk menguasai Aceh yang berada di utara Pulau Sumatra di Indonesia. Penguasa Aceh kala itu, Muhammad Daud Syah II, meminta Rusia untuk memberikan status protektorat kepada Kesultanan Aceh dan membantunya melawan pemerintah Hindia Belanda.

Sayangnya, permintaan sang sultan ditolak. Aceh akhirnya harus menyerah kepada Belanda pada 1904.


Baca juga: Kisah Miklukho-Maklay yang menolak teori ilmiah rasisme >>>


Samudra Atlantik

Pada tahun 1892, Pemerintah Republik Argentina menawarkan kesempatan kepada Kekaisaran Rusia untuk membeli atau menyewa Pulau Estados di Kepulauan Tierra del Fuego.

Pemerintah Rusia, setelah mempertimbangkan dengan cermat, menolak tawaran tersebut. Rusia merasa bahwa akan sangat sulit bagi mereka untuk memasok peralatan militer ke garnisun di sana jika sewaktu-waktu terjadi perang dengan Inggris. Selain itu, Rusia tidak ingin terlibat dalam sengketa Kepulauan Falkland antara Argentina dan Inggris yang berada di dekatnya.

Peta Tierra del Fuego di ujung Amerika Selatan (1657).Peta Tierra del Fuego di ujung Amerika Selatan (1657).

Pada tahun 1907, seorang warga Portugal bernama Henry Abra menawarkan Rusia untuk membeli dua pulau tak berpenghuni di Kepulauan Azores. Tawaran itu pun tak diterima karena Rusia tidak mungkin mendirikan pangkalan angkatan laut atau bahkan pelabuhan di kepulauan itu.

Afrika

Pada tahun 1889, sekelompok pemukim Rusia yang terdiri dari 150 koloni di bawah pimpinan seorang Cossack, Nikolay Ashinov, secara ilegal menduduki Benteng Zagallo, sebuah bangunan Mesir yang ditinggalkan di pantai Selat Bab El-Mandeb (terletak di antara Yaman dan Tanduk Afrika). Setelah menamai wilayah itu sebagai Novaya Moskva, Ashinov mendeklarasikan tanah tersebut sebagai wilayah Rusia. Namun, tanah itu ternyata milik Kesultanan Tadjoura yang berada di bawah protektorat Prancis.

Mengetahu hal ini, Angkatan Laut Prancis segera mengusir para pemukim Rusia keluar dari benteng itu. Sebagai hukuman atas tindakannya, Ashinov pun diasingkan selama tiga tahun ke wilayah Saratov di Rusia.


Baca juga: Sejarah bangsa Cossack sang penakluk >>>


Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki