Ivan's Childhood (Andrei Tarkovsky, 1962)
Pada 1962, pameran film tersebut memperkenalkan seorang sutradara jenius ke seluruh dunia, Andrei Tarkovsky. Film perdananya “Ivan's Childhood” meraih sensasi dan sutradara berusia 30 tahun tersebut menjadi salah satu seniman yang paling menjanjikan dalam dunia perfilman.
Dengan kedalaman psikologis yang langka, film ini memasuki dunia seorang bocah lelaki berusia 12 tahun. Ivan kehilangan ibunya dalam perang dan bergabung dengan unit mata-mata untuk melakukan balas dendam. Cinta kasih yang biasanya hadir di masa anak-anak digantikan oleh kebencian, dan hanya mimpi remaja yang dapat mengembalikannya ke kehidupan polosnya yang bahagia. Dunia yang keji dan tragis dalam film ini merangkum pandangan puitis sang sutradara mengenai dunia dan cahaya yang terpancar dari mimpi.
Penata fotografi film ini, Vadim Yusov, berhasil menyajikan gambar hitam-putih yang ekspresif. Selain penghargaan Golden Lion, film ini juga menerima banyak penghargaan lain dalam festival film internasional, termasuk di San Francisco dan Acapulco.
Urga – Close to Eden (Nikita Mikhalkov, 1991)
Nikita Mikhalkov berjaya di Venesia bersama filmnya yang paling eksotis, “Urga - Close to Eden”, yang dibuat bersama dengan produser Prancis. Mikhalkov sudah dikenal dari film-film lain termasuk “Dark Eyes” yang terkenal, dan berhasil menembus Venesia di puncak kesuksesannya dengan kisah lucu dan menyentuh tentang kehidupan keluarga di pedalaman Mongolia, sebuah keluarga dengan tiga anak, jumlah maksimal anak yang boleh dimiliki di wilayah tersebut. Sang suami yang masih muda pergi ke kota untuk membeli kondom, namun malah pulang dengan membawa sepeda, televisi, dan topi, dan memutuskan untuk kembali menambah anak.
Menghibur dan puitis, penuh dengan kutipan-kutipan lembut, kisah ini juga sangat intim dan epik, membuktikan bahwa Mikhalkov adalah sutradara yang luar biasa. Selain penghargaan Golden Lion, film ini juga mendapat penghargaan dari Asosiasi Katolik Dunia untuk Komunikasi dan masuk nominasi Piala César, Golden Globe, dan Oscar.
The Return (Andrei Zvyagintsev, 2003)
Pada 2003, muncul pendatang baru dalam skeno perfilman: Andrei Zvyagintsev. Sutradara asal Novosibirsk, Zvyagintsev yang tak pernah mendapat pelatihan pembuatan film secara khususus ini membuat sebuah film epik berjudul “The Return”, yang mengisahkan bagaimana seorang ayah dari dua remaja putri muncul kembali setelah bertahun-tahun menghilang dan membawa mereka berpetualang. Kisah ini tak menjelaskan waktu dan tempat yang ditampilkan, namun berhasil menghubungkan trauma ketidakhadiran seorang ayah, hubungan antarmanusia yang rumit, dan tentang orang yang merasa asing satu sama lain serta eksplorasi universal mengenai peran seorang ayah.
Tanpa berharap apa-apa, distributor Rusia mengirim film ke komite seleksi untuk beberapa festival film Eropa, lalu Locarno dan Venesia segera berlomba mendapatkannya. Venesia menang, dan film tersebut diputar di ruangan yang padat penonton serta diwarnai tepuk tangan panjang untuk sang sutradara. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang sutradara menerima dua penghargaan Golden Lion sekaligus, sebagai film terbaik dan debut perdana terbaik.
Namun, penghargaan untuk “The Return” tak berhenti sampai situ. Ia meraih beberapa penghargaan film dari Eropa seperti European Film Award, tiga piala dari Gijon, serta penghargaan film terbaik dari Meksiko dan Stockholm. Film ini juga masuk nominasi Piala César dan Golden Globe.
Faust (Alexander Sokurov, 2011)
Film ini dibuat bekerja sama dengan Jerman dan pengambilan gambar juga dilakukan di Jerman. Film ini merupakan bagian keempat dari tetralogi fenomena kekuatan Moloch, Taurus, The Sun, dan Faust. Sutradara film tak mengikuti jejak Goethe, namun melukis kanvasnya sendiri dari teks-teks klasik, menempatkan karakter dalam lingkungan abad ke-18 dan membuka dimensi untuk asosiasi baru dan dunia paralel.
Mephistopheles melalui transformasi besar: dalam film ini ia adalah monster dengan batang tubuh hemaprodit yang lemah dan awet muda. Sementara Pada saat ini, Faust adalah seorang lelaki di masa kejayaannya yang tidak perlu peremajaan. Ia tak perlu bantuan menjadi iblis dan mencoba menyingkirkan sang hemaprodit untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sokurov menggunakan kekuatan kata-kata dan gambar yang memukau untuk menyusun koreografi film. Dengan tatanan musik karya Andrei Sigle, film ini menjadi sebuah simponi yang indah. “Film ini mengubah hidup mereka yang menontonnya,” kata kepala juri Darren Aronofsky saat menyerahkan piala Golden Lion pada Sokurov.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda