Lima Alasan Mengapa Anda Harus Nonton ‘Onegin’, Film Baru Rusia yang Diadaptasi dari Novel Pushkin

Discover Russia
ALEXANDRA GUZEVA
Semua orang Rusia pasti tahu tentang cerita Evgeny Onegin dan Tatiana. Tetapi, novel legendaris ini sangat sulit untuk diangkat ke layar lebar dan hanya beberapa kali diadaptasi ke layar kaca oleh orang-orang yang bernyali. Jadi, dengan rilisnya film terbaru ini, banyak orang Rusia yang pergi berbondong-bondong ke bioskop — baik untuk mengagumi maupun mengolok-oloknya!

1. Novel ‘Evgeny Onegin’ jarang diangkat ke layar lebar

Fakta bahwa adaptasi baru dari novel Evgeny Onegin telah dirilis ke layar lebar sejatinya sudah menjadi alasan yang cukup untuk menontonnya. Tak seperti ‘Anna Karenina’ karya Leo Tolstoy yang telah menghiasi layar lebar puluhan kali, hanya sedikit sutradara yang mau mengadaptasi novel klasik Aleksandr Pushkin.

Minimnya orang yang mau melakukan hal itu adalah karena pementasan teater atau adaptasi dari novel ke layar lebar — sangatlah sulit. Alasan utama yaitu karena semua teks yang tertulis di dalam novel berbentuk syair dan interpretasi apa pun seolah selalu dianggap sebagai penghinaan terhadap teks aslinya. Opera Tchaikovsky ‘Evgeny Onegin’ lebih sering diadaptasi ke layar, karena syair-syair yang diiringi musik terdengar lebih asli dan sesuai. 

Alasan kedua, novel ‘Evgeny Onegin’ memiliki struktur dan komposisi yang agak rumit dan konten yang berlapis-lapis — sehingga bukan tanpa alasan novel ini dijuluki ‘ensiklopedia kehidupan Rusia’. Selain plot percintaan — yang paling sering diadaptasi ke layar, syair-syair dalam novel tersebut memiliki banyak perbedaan dari segi penyimpangan filosofis, deskripsi alam dan cara hidup baik di pedesaan maupun masyarakat kelas atas. 

2. Puisi Pushkin dibacakan di dalam film 

Ekspektasi dan spekulasi terbesar para penonton di Rusia sebelum film ini dirilis adalah: apakah ia akan menampilkan puisi-puisi Pushkin yang sesungguhnya. Sebagai contoh, hal ini disebabkan oleh film adaptasi Inggris tahun 1999 yang dibintangi Ralph Fiennes dan Liv Tyler hampir seluruhnya tidak menayangkan soal puisi-puisi Pushkin. 

Di dunia modern seperti sekarang, sebuah film yang menampilkan para pemerannya berbicara dalam syair selama dua jam kemungkinan besar akan mengalami kegagalan secara komersial. Untuk terus mempertahankan perhatian penonton di era saat ini dengan membacakan syair — bahkan jika oleh Pushkin sendiri, rasanya tidak mungkin. 

Penulis skenario film (screenwriter) Alexei Gravitsky merasa bahwa bahasa dalam novel abad ke-19 itu tidak akan bisa dipahami oleh ‘telinga modern’. Oleh karenanya, Gravitsky menuliskan ulang dialognya dalam bentuk prosa, tetapi tetap menggunakan seluruh frasa dan ekspresi dari teks aslinya.

Hasilnya cukup bagus, meskipun, bagi sebagian penikmat Pushkin sejati, hal ini mungkin akan menjadi tantangan yang nyata. Terkadang, frasa yang ditulis secara mendalam oleh penyair jenius ini terdengar sangat aneh ketika diceritakan kembali atau ditulis ulang dalam bentuk prosa. 

Para pembuat film pun menemukan cara yang elegan untuk tetap bisa memasukkan teks syair tersebut. Mereka memakai karakter narator (yang juga ada dalam novel dan sebenarnya merupakan alter ego dari Pushkin sendiri). Teks syair Pushkin juga ditinggalkan untuk penyimpangan penulis dari narator ini.

Narator hadir secara tidak terlihat bersama para karakter dalam banyak adegan — di suatu tempat berperan layaknya seorang ayah, sementara di tempat lain ia menjelaskan detail atau liku-liku plot. Peran narator tersebut dimainkan oleh Vladimir Vdovichenkov, yang menghafal puisi-puisi utama Pushkin dengan cukup baik. 

Dua surat cinta yang luar biasa — surat dari Tatiana kepada Onegin dan surat dari Onegin kepada Tatiana, juga dibiarkan dalam bentuk syair. 

3. Alur ceritanya digambarkan kembali mendekati teks asli

Sebagian besar film ‘Onegin’ merupakan penceritaan ulang dari alur cerita utama novel. Hasilnya cukup dekat dengan teks aslinya dan hal-hal detailnya juga turut diperhatikan. Masa muda Onegin dan kehidupannya di Sankt Peterburg ditampilkan secara singkat — tetapi bab-bab tentang desa dalam novel itu, kisah pertemuannya dengan Lensky dan keluarga Larin, semua ini disajikan dengan sangat rinci.

Bahkan, adegan singkat di mana Onegin memakan tiram yang ditaburi lemon di Odessa pun ditayangkan. 

Dengan cara begitu, film ‘Onegin’ meneruskan tradisi adaptasi sinema layar lebar Soviet yang gemilang. Dalam tradisi sinematografi Soviet, teks buatan penulis aslinya selalu diperlakukan dengan sangat hati-hati. Kadang-kadang, film yang diputar sangat mirip dengan aslinya — sehingga anak-anak sekolah yang sedang mempersiapkan ujian dan tidak punya waktu untuk membaca karya-karya klasik lain, beralih ke film adaptasi semacam ini. Contoh film adaptasi Soviet tersebut antara lain ‘Neskolko Dnei Iz Zhizni Oblomova’ (1980), ‘Voyna i mir’ (1966) dan ‘Sobachye serdtse’ (1988). 

Jadi, jika ada mereka yang (entah bagaimana bisa!) sudah lupa dengan plot novel Pushkin sekarang bisa menyegarkan kembali ingatannya dengan menonton film adaptasi baru ini. 

4. Lokasi syuting yang indah di Rusia 

Sutradara dan produser film ‘Onegin’, Sarik Andreasyan, memiliki reputasi yang kontroversial dan para kritikus biasanya tidak mengharapkan suatu film yang mendalam dari hasil karyanya. Dalam portofolio Andreasyan, terdapat lebih dari 20 film komedi ringan yang ia buat — tapi terkadang humor dalam film tersebut tidak berkualitas tinggi.

Oleh karena itu, banyak orang yang memiliki prasangka buruk terhadap ‘Onegin’ sejak awal. Namun demikian, masyarakat tetap memutuskan untuk melihat seperti apa film yang dia buat. Yang mengejutkannya adalah, pada akhir pekan pertama sejak dirilis, film ‘Onegin’ menduduki puncak box office di Rusia dan negara-negara eks Uni Soviet. Film ini menghasilkan lebih dari 300 juta rubel (Rp 51 miliar) dan telah menjadi film buatan Andreasyan tersukses hingga saat ini. 

Lebih jauh, salah satu keunggulan utama film ‘Onegin’ ada pada lokasi syutingnya. Seperti yang dikatakan oleh beberapa kritikus, penonton ‘memaafkan’ semua kekurangan yang ada dalam film tersebut karena keindahan lokasi yang ditayangkannya. 

Novel ‘Evgeny Onegin’ terkenal karena menggambarkan sisi Rusia yang beragam: novel ini menggambarkan semua musim, menggambarkan kota Sankt Peterburg yang sekuler, Moskow kuno, dan banyak bercerita tentang kehidupan di pedesaan Rusia. 

Dalam film ‘Onegin’, banyak perhatian diberikan pada panorama keindahan Rusia. Film ini menunjukkan sifat alami wilayah Pskov — tempat-tempat di mana Onegin menghabiskan waktu di kediaman pamannya, dan bahkan tempat-tempat di mana Pushkin menulis novelnya sendiri. Rumah Larins difilmkan di Perkebunan Petrovskoe di Perbukitan Pushkin, yang dulunya adalah milik kakek sang penyair.

Semasa hidupnya, Pushkin sering mengunjungi perkebunan itu berkali-kali. Ada juga pemandangan Sankt Peterburg dan Istana Tsarskoye Selo yang menakjubkan. Beberapa adegan difilmkan di Istana Gatchina dan Yelagin. Namun, para pembuat film sedikit berlebihan dengan ‘menempatkan’ para bangsawan dalam novel asli — meski mereka adalah orang-orang kaya, di kediaman tsar. Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah terjadi di kehidupan nyata. Namun, suasananya diciptakan kembali secara rinci seperti di dalam novel.  

5. Cari tahu mengapa sutradara memilih aktor yang usianya lebih tua 

Sebuah skandal merebak secara online di Rusia dan sebuah perdebatan sengit tentang pilihan aktor untuk memerankan Onegin muncul. Karakter Pushkin yang berusia 26 tahun diperankan oleh aktor yang berusia jauh lebih tua, Viktor Dobronravov (41). Perihal soal perbedaan usia inilah yang menjadi masalah utama dalam pandangan kritikus. Namun, dalam novelnya, Pushkin menggambarkan Onegin sebagai sosok yang sudah bosan dengan hidup — yang tampaknya sudah menua sebelum waktunya, seolah-olah dirinya sudah cukup tua untuk usianya yang masih muda.

Dengan begitu, seorang aktor yang berusia lebih tua tampaknya cocok untuk memerankan Onegin. Dobronravov memiliki wajah dan penampilan mirip keturunan ningrat dan Anda bisa melihat dirinya seperti seorang bangsawan dari abad ke-19. Selain itu, Dobronravov juga telah memerankan karakter Onegin selama 10 tahun dalam pertunjukan di Teater Vakhtangov Moskow — sehingga ia sudah dibekali banyak waktu untuk mendalami peran tersebut. 

Banyak juga kritikus yang tidak suka karena aktris berusia 28 tahun, Elizaveta Moryak, memerankan Tatiana Larina yang berusia 17 tahun di awal kisah Pushkin. Namun, menjelang akhir, sang tokoh utama sudah lebih tua dan Moryak terlihat lebih alami. Secara keseluruhan, Moryak berhasil memerankan seorang gadis muda berkarakter serius yang tenggelam dalam dunia sastra.

Selanjutnya, cari tahu apa saja sepuluh karya terbesar Aleksandr Pushkin selain novel Evgeny Onegin!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: