Mengapa Gereja Ortodoks Rusia Menobatkan Seorang Tentara Nazi Sebagai Orang Kudus

Tobias Hase/dpa/Global Look Press; Weissepedia (CC BY-SA 4.0)
Alexander Schmorell bertugas di Wehrmacht selama perang dunia II. Hal ini tidak menghentikannya untuk menjadi salah satu pejuang yang paling menonjol dalam melawan Nazisme.

“Marilah kita bersyukur kepada Tuhan yang memberikan kita kekuatan untuk melawan setan. Biarlah kami mati jika memang harus, setidaknya banyak orang Jerman yang terbuka matanya.” Demikianlah yang ditulis oleh Alexander Schmorell, seorang tentara Jerman yang menentang Hitler dan dinyatakan sebagai orang suci setelah kematiannya, dalam sebuah surat untuk saudarinya saat dia akan di hukum mati.

Seorang Kristen Ortodoks Jerman

Schmorell lahir pada tahun 1917 dalam keluarga seorang Jerman keturunan Rusia di kota Orenburg, Rusia (sekarang berbatasan dengan Kazakhstan). Ibunya, merupakan keturunan Rusia, meninggal karena tifus saat ia belum genap berusia dua tahun.

Alexander Schmorell.

Pada tahun 1921, ayah Schmorell memutuskan untuk kabur dari Rusia, yang saat itu sedang dilanda Perang Saudara, dan pindah ke Jerman, bersama dengan istri keduanya dan Alexander kecil.

Karena ibu tiri dan pengasuhnya orang Rusia, dia tidak melupakan bahasa ibunya, Tradisi Rusia sangat dijunjung tinggi dalam keluarga ini: Saat makan, selalu ada samovar (ketel Rusia) di atas meja, sementara blini (pancake) dan pelmeni (pangsit) sering disajikan.

Berdasarkan nilai agama, Alexander Schmorell adalah seorang Kristen Ortodoks dan ia sering beribadah di gereja Munich. Dia mencintai Rusia sepanjang hidupnya, meskipun dia tidak memiliki ideologi yang sama dengan kaum Bolshevik.

Mawar Putih

Kebencian terhadap komunis tidak berarti Schmorell mendukung Nazi, sebaliknya menurut Schmorell, Adolf Hitler adalah orang jahat dan dia menganggap Fuhrer Jerman itu sebagai iblis yang sebenarnya. “Entah bagaimana, terasa sangat tidak nyaman berada di sini, dan ada bau belerang di udara,” kata Schmorell kepada seorang teman perempuannya ketika rombongannya memasuki sebuah restoran di Munich di mana mereka duduk.

Alexander Schmorell.

Pada tahun 1937, Schmorell dipanggil menjadi tentara, tetapi ia menolak untuk bersumpah setia kepada kepala negara dan melalui upaya komandannya, kisah itu tidak terdengar lagi. Kali kedua Alexander masuk angkatan bersenjata adalah pada tahun 1940. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Munich, ia berpartisipasi dalam kampanye Prancis, bertugas di unit medis.

Setelah melihat cukup banyak "pencapaian" Sosialisme Nasional, calon dokter ini bertekad untuk menentangnya dengan cara apa pun yang dia bisa dan dia tidak sendirian dalam aspirasi ini. Pada tahun 1942, bersama dengan teman dan rekan mahasiswanya Hans Scholl, mengorganisir organisasi tersembunyi bernama ‘Mawar Putih’, dimana banyak mahasiswa dan seorang profesor yang ikut bergabung.

Anggota organisasi Mawar Putih.

“Kami dan teman kami sangat berbeda, dalam mencerminkan kekayaan kepribadian manusia, yang ternyata hal ini justru merupakan bahaya bagi bangsa, bagi gagasan nasional,” tulis Sophia, yang merupakan anggota Mawar Putih. “Entah bagaimana, tanpa kami sadari kami semua berada di bawah bendera dan diajari untuk berbaris, berjalan dalam formasi, tidak boleh menentang, dan berpikir secara kolektif. Kami sangat mencintai Jerman sehingga kami tidak pernah bertanya ‘untuk apa dan mengapa’ kami mencintai negara kami. Dengan bangkitnya Hitler, kami mulai diajari dan dijelaskan ‘untuk apa dan mengapa’ kami harus mencintai negara kami.”

Para anggota kelompok klandestin mencetak dan mendistribusikan selebaran yang menyerukan perlawanan terhadap rezim Nazi. “Tidakkah setiap orang Jerman harus merasa malu dengan pemerintah mereka?” demikian bunyi selebaran pertama. Selain itu, berkat usaha para anggota ‘Mawar Putih’, slogan-slogan seperti "Turunkan Hitler" dan "Kebebasan" muncul di gedung-gedung di Munich.

Hans and Sophie Scholl.

Schmorell sangat terpukul ketika Jerman menginvasi Uni Soviet pada tahun 1941 dan, pada tahun 1942, dia bahkan dipaksa untuk ikut serta dalam invasi tersebut. Bersama Scholl, dia menghabiskan tiga bulan di daerah kota Gzhatsk dekat Smolensk sebagai anggota kompi medis di Divisi Infanteri ke-252. Alexander beruntung tidak berada di garis depan. Dia banyak bergaul dengan penduduk setempat, mengonfirmasi bahwa Hitler adalah seorang iblis dan bahwa Jerman, Rusia, dan seluruh dunia harus disingkirkan darinya.

Santo

Pada tanggal 18 Februari 1943, organisasi ‘Mawar Putih’ terungkap. Seorang pegawai di Universitas Munich menahan Hans dan Sophie Scholl ketika mereka menempelkan selebaran di auditorium dan koridor kosong di gedung universitas. Alexander Schmorell, yang di hargai 1.000 Reichsmark untuk kepalanya, juga ditahan.

 

Foto-foto Alexander Schmorell, yang diambil Gestapo setelah penangkapannya.

Para anggota organisasi rahasia tersebut dihadapkan ke Pengadilan Rakyat, yang diketuai oleh Roland Freisler. Mantan komunis dan anggota partai Bolshevik ini pernah tinggal dan bekerja di Uni Soviet, sebelum pindah ke Reich Ketiga, di mana ia menjadi seorang fanatik antusias Nazi. Empat hari setelah penangkapan mereka, ia mengirim Christoph Probst, Hans dan Sophie Scholl untuk dieksekusi.

Namun, kasus Schmorell berlanjut hingga musim panas 1943. Paman Alexander, Rudolf Hoffmann, salah satu anggota terlama Partai Pekerja Sosialis Nasional Jerman (Nazi), mengajukan banding kepada Heinrich Himmler atas namanya. Jawaban dari Reichsführer-SS sangat tegas: “Tindakan memalukan Alexander Schmorell, yang tanpa keraguan sedikit pun dengan fakta bahwa ia memiliki darah Rusia, layak mendapatkan hukuman yang setimpal.”

Pendeta Ortodoks Rusia membawa ikon pejuang perlawanan Alexander Schmorell di Katedral untuk Para Martir dan Pengakuan Iman Rusia di Munich, Jerman, 4 Februari 2012.

Selama di penjara, Schmorell melakukan semua yang dia bisa dalam surat-suratnya untuk meyakinkan keluarganya: "Jika saya harus mati, ketahuilah ini: Saya tidak takut mati... Tuhan mengarahkan jalannya peristiwa sesuai kehendak-Nya, dan Dia melakukannya demi kepentingan kita. Itulah sebabnya kita harus percaya kepada-Nya...” “Saya telah menyelesaikan misi saya dalam hidup ini dan saya tidak tahu apa lagi yang harus saya lakukan di dunia ini," katanya kepada seorang pendeta Ortodoks yang datang untuk mengadakan pengakuan dosa setelah hukuman mati dijatuhkan.

Pada 13 Juli 1943, Alexander Schmorell dieksekusi dengan cara dipancung. Di Jerman, jalan, alun-alun, sekolah, dan taman diberi nama Alexander untuk menghormatinya dan anggota kelompok ‘Mawar Putih’ lainnya. Sebuah tugu peringatan untuk mahasiswa kedokteran yang berani ini berdiri di Orenburg, kota kelahirannya. Dan pada 4 Februari 2012, Gereja Ortodoks Rusia menobatkan Schmorell sebagai orang suci.

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki