Jay Close: Pemuda yang Tinggalkan Kehidupannya di New York untuk 'Mencari Kebebasan' di Moskow

Discover Russia
SVETLANA LOMAKINA
Jay Close, seorang warga Amerika Serikat, memutuskan untuk tinggal di Rusia sejak 30 tahun yang lalu dan percaya bahwa Rusia merupakan tempat di mana ia bisa mendapatkan kebebasan sejati. Seperti apa kisahnya?

"Saya sudah pernah ke banyak tempat dan saya bisa mengatakan bahwa di Australia, saya merasa lebih bebas daripada di Amerika; di Eropa, saya merasa lebih bebas daripada di Australia. Sementara, di Rusia, saya merasa lebih bebas dari pada di mana pun di dunia!"

Lahir di New York, Jay Close telah berkeliling dunia untuk memenuhi kepuasan batinnya. Di masa mudanya, Jay  mengaku pernah bekerja di sebuah peternakan buaya di Papua Nugini, kemudian sebagai sopir truk dan juru masak di Eropa, serta melakukan banyak pekerjaan lainnya di seluruh dunia. Namun, ia baru benar-benar menemukan jati dirinya di Moskow — setelah berkunjung ke sana pertama kalinya pada 1990-an.

Lima belas tahun yang lalu, ia memutuskan membeli sebidang tanah di desa Moshnitsy dekat Moskow dan menekuni profesi sebagai produsen keju. Kini, ia memproduksi lebih dari 50 jenis keju dan saat ini, ia sedang mempromosikan agrowisata di lahan pertaniannya di desa Moshnitsy, barat laut Moskow.

Pertemuan dengan orang Rusia di Paris

Ia pertama kali bertemu dengan orang Rusia pada awal 1990-an di Paris. Pada saat itu, ia sedang bekerja di sebuah restoran sebagai koki dan kedatangan tamu yang berbicara dengan "bahasa yang tidak bisa dimengerti". Di antara pengunjung tersebut adalah perancang busana Rusia Valentin Yudashkin, serta putra penyanyi Iosif Kobzon, Andrei.

"Rusia adalah topik yang tabu di Amerika. Propaganda yang dijalankan Barat benar-benar berperan besar atas hal ini," tutur Jay.

"Jadi, begitulah pertemuan saya yang saat itu berusia 30 tahun dengan orang-orang Rusia di Paris. Sebagai seorang koki, saya menunjukkan kepada mereka klub dan restoran terbaik. Selanjutnya, kami sempat membuat kebab di kapal pesiar saya. Kemudian mereka berkunjung lagi dan lagi."

Hingga suatu hari, mereka menelepon Jay dan mengundangnya untuk ikut bersama mereka ke Moskow. Jay lebih tertarik untuk melihat kehidupan orang-orang biasa, dan dia pun memilih untuk tinggal di lingkungan perumahan di pinggiran kota. "Saat itu, di Moskow tidak ada toko-toko seperti sekarang. Jika Anda membutuhkan pakaian, orang-orang akan pergi ke pasar, penjual akan melemparkan selembar papan karton ke tanah dan Anda dapat berdiri di dalamnya jika ingin mencoba celana jins. 

Jay memang sudah terbiasa hidup mandiri sejak usia dini. Pada usia 11 tahun, ia sudah bekerja menggosok lantai di sebuah pabrik mebel, sementara pada usia 14 tahun, dia bekerja di peternakan buaya di Papua Nugini. "Pekerjaan saya adalah memberi buaya-buaya itu ikan beku dari ujung tongkat. Saya juga memiliki buaya kecil milik saya sendiri, saya biasa menaruhnya di dalam baju saya dan membawanya ke sekolah. Ketika guru tidak melihat ke arah saya, saya akan menunjukkan buaya itu kepada semua orang. Hal itu sangat menyenangkan!"

Jay kemudian berlatih sebagai koki di AS dan bekerja di California, Australia, dan Eropa. Setelah pindah ke Moskow pada 1990-an, ia menjadi koki di berbagai restoran dan klub di ibu kota dan di kapal-kapal pribadi. 

Ketika ia bekerja di klub malam 'XIII', ia bahkan berhasil mengundang Marilyn Manson dan Harrison Ford — yang kala itu sedang berada di Moskow — ke satu pesta di waktu yang sama. 

Dari koki menjadi petani

Suatu hari, Jay melihat sebuah iklan di koran yang menjual sebidang tanah di desa Moshnitsy. Sesungguhnya, ia tidak tahu apa-apa tentang dunia pertanian, tetapi pacarnya meyakinkannya, dan ia pun memutuskan untuk membeli dua ekor sapi, masing-masing betina dan jantan. "Kami membeli beberapa hewan ternak, setelahnya sapi betina kami mulai menghasilkan 30 liter susu per hari. Saya mulai memikirkan cara untuk memanfaatkan semua susu yang saya miliki. Saya pun memutuskan untuk membuat keju! Saya terbang ke Belanda dan, di sana, saya menemukan beberapa pengrajin keju hebat yang mengajari saya. Kini, saya sudah 15 tahun membuat keju di Rusia!"

"Susu asli terbagi atas empat jenis musim: musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin. Pola makan sapi setiap musimnya berbeda, jadi kandungan nutrisinya pun berbeda pula. Keju saya dibuat dari susu 'tanpa perantara' — seperti cara orang jaman dulu ketika membuat keju —  dan keju yang dihasilkan memiliki rasa yang berbeda di setiap musim."

Jay menyebut pabrik kejunya sebagai 'Jay's 33 Cheeses', meskipun sekarang dia memproduksi lebih dari 50 jenis keju; gruyere, cheddar, keju marmer dengan anggur merah dan keju truffle hitam, renda Swiss dan masih banyak lagi!

Saat ini, Jay menjual lebih dari 150 kilogram per minggu. Anak laki-lakinya yang sudah dewasa, Zakhar, turut membantunya. 

"Anda sebenarnya juga bisa memesan keju secara online, tapi orang-orang lebih suka berkunjung, melihat, dan berbincang secara langsung. Setiap kali datang, mereka selalu menanyakan hal yang sama: 'Mengapa Anda suka tinggal di Rusia? Apa yang membawamu ke sini? Apakah menurut Anda, kehidupan di Rusia benar-benar lebih baik?'"

"Banyak orang Rusia yang pergi ke AS, mereka menghabiskan satu atau dua tahun di negara itu dan pada akhirnya kembali lagi: di sana sulit. Ada banyak birokrasi. Saya, misalnya, tidak bisa melakukan bisnis semacam ini. Di Amerika, Anda tidak bisa menjual keju yang terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi. Anda bahkan tidak bisa memberi seseorang keju atau susu yang dihasilkan oleh sapi ternak Anda sebagai hadiah — itu dilarang oleh hukum. Hal ini dilakukan dengan sengaja, agar perusahaan-perusahaan besar dapat memonopoli perdagangan. Mereka tidak tertarik dengan bisnis keluarga. Di Amerika, Anda bisa membeli senjata dengan mudah, tetapi jual beli susu segar justru dianggap membahayakan!"

Arti kebebasan menurut Jay

Jay mengatakan bahwa Rusia adalah negara yang menarik untuk ditinggali dan ia menyesal tidak pernah mengunjunginya saat masih di bawah Uni Soviet. "Di Amerika, kami diberitahu bahwa apapun yang dilakukan orang-orang di sana dibatasi oleh pemerintah. Namun, yang saya lihat sendiri sama sekali tidak seperti itu, orang-orang bisa melakukan apa yang mereka inginkan."

"Saya juga ingin mencari tahu perbedaan antara para Perintis Rusia dan Pramuka di Amerika. Mereka sebenarnya melakukan hal yang sama — menyanyikan lagu-lagu himne, melakukan pendakian, dan sama-sama mencintai tanah air mereka. Namun, propaganda memberikan citra seolah pramuka itu baik, sementara perintis itu buruk."

"Saya sudah pernah ke banyak tempat dan saya bisa mengatakan bahwa di Australia, saya merasa lebih bebas daripada di Amerika; di Eropa, saya merasa lebih bebas daripada di Australia. Sementara, di Rusia, saya merasa lebih bebas dari pada di mana pun di dunia!"

Tentang apa itu kebebasan, Jay mengatakan dengan sangat sederhana: kebebasan adalah kesempatan untuk memilih profesi, melakukan apa yang ingin Anda lakukan.

"Ketika saya pergi ke tempat lain, biasanya, setelah lima hari, saya sudah ingin kembali ke Rusia, kembali ke rumah."

Jay mengatakan bahwa, meskipun ia telah tinggal di Rusia selama 30 tahun, ia masih merasa seperti orang asing yang mengadopsi banyak budaya. "Meski begitu, anak-anak saya lahir di sini. Di Rusia, saya memiliki rumah, pekerjaan, dan anak-anak yang sudah dewasa. Ia memiliki banyak rencana untuk masa depan, yang pasti, saya lebih bahagia di sini daripada di tempat mana pun."

Selanjutnya, baca kisah pendeta kristen Ortodoks dari Amerika yang pindah ke Rusia di sini!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.