Sebelas Petenis Perempuan Rusia yang Patut Anda Awasi pada Turnamen 2022

Ekaterina Alexandrova.

Ekaterina Alexandrova.

Getty Images
Ambisius dan intens, dua kata yang mungkin tidak cukup menggambarkan 11 petenis perempuan Rusia berikut ini. Mereka semua memiliki tujuan yang sama: kesuksesan dan kemenangan!

1. Anastasia Pavlyuchenkova

Anastasia Pavlyuchenkova lahir pada tahun 1991, tahun runtuhnya Uni Soviet. Sejak kecil, petenis putri ini tahu apa itu kompetisi kelas atas.  Saat dia masih menjadi seorang petenis junior, Pavlyuchenkova berhasil memenangkan tiga gelar Grand Slam Junior. Dia berhasil menjadi petenis junior nomor satu di dunia pada usia 14 tahun. Alhasil, Pavlyuchenkova muda dianggap sebagai petenis cilik ajaib.

Saat dewasa, Pavlyuchenkova juga dihormati karena kemampuannya yang luar biasa. Dia telah memenangkan 12 gelar tunggal di Tur WTA dan lima gelar tunggal di Sirkuit ITF. Selain itu, ia juga memenangkan lima gelar ganda di Tur WTA (Asosiasi Tenis Wanita) dan delapan gelar ganda di Sirkuit ITF. Pavlyuchenkova mendapat medali emas di Olimpiade Musim Panas 2020 untuk kategori turnamen ganda campuran bersama Andrei Rublev. Pavlyuchenkova merupakan salah satu petenis yang diakui memiliki kemampuan tekni forehand yang kuat. Kini, ia tengah berada di puncak permainannya dan juga menjadi pemain tunggal putri nomor satu Rusia.

2. Elena Vesnina

Fans dari seluruh dunia terpikat oleh pesonanya. Dia adalah Elena Vesnina (35), salah satu pemain tenis Rusia yang paling banyak menjuarai turnamen di generasinya. Salah satu pesonanya adalah besarnya kekuatan dan energi yang dimiliki Vesnina saat ia bertanding. Vesnina memiliki gerak kaki seorang penari, tetapi kecepatannya bagaikan singa betina.

Kali pertama orang tuanya memperkenalkan Vesnina ke dunia tenis saat ia masih berusia tujuh tahun. Mereka tidak akan mengira bahwa tenis akan menjadi olahraga yang membawa dampak besar terhadap hidup Vesnina. Menariknya, pelatih pertama Elena Vesnina adalah Yuri Judkin yang juga melatih Maria Sharapova.

Vesnina meraih gelar juara Grand Slam empat kali di kompetisi ganda, tepatnya setelah memenangkan turnamen Prancis Terbuka 2013, Amerika Serikat (AS) Terbuka 2014, dan Wimbledon 2017, serta gelar ganda campuran Australia Terbuka 2016. Sementara, pada tahun 2018, ia menduduki peringkat pertama kategori ganda putri.

3. Daria Kasatkina

Masa depan Daria Kasatkina (24) sebagai seorang atlet tenis pertama kali dirasakan oleh kakak laki-lakinya, Aleksandr, yang melihat adik perempuannya akan menjadi juara tenis di masa datang. Kasatkina lahir di kota Tolyatti, Samara Oblast. Ia mulai berlaga di Sirkuit Junior ITF saat masih remaja. Kasatkina mengangkat banyak alis penonton saat dia berhasil memenangkan gelar pertamanya di turnamen keduanya. Pada tahun 2018, ia menjadi empat kali runner-up untuk turnamen Grand Slam Naomi Osaka di Indian Wells Open untuk kategori "Premier Mandatory" (turnamen premier). Sejauh ini, Kasatkina telah memenangkan empat gelar tunggal Tur WTA, serta satu gelar di ganda.

4. Veronika Kudermetova

Veronika Kudermetova tumbuh besar dari keluarga atlet. Ayahnya, Eduard Kudermetov, merupakan juara hoki es nasional Rusia. Sementara, Kudermetova, pada gilirannya, terlahir untuk menjadi bintang tenis. Dia mulai bermain tenis pada usia delapan tahun. Perihal karir, Kudermetova memenangkan gelar tunggal Tur WTA pertamanya di Charleston Open 2021 serta gelar ganda Tur WTA pertama di Wuhan Open 2019. Petenis berusia 24 tahun itu, berhasil mendominasi lawan-lawannya dari baseline. Ia memiliki peluang besar untuk membawa aspirasi profesional ke level berikutnya. Kudermetova kuat, cepat dan tidak mudah dikalahkan.

5. Ekaterina Alexandrova

Alexandrova (27) adalah penggemar berat Serena Williams. Tak hanya pribadi, tetapi juga dari segi karir profesionalnya. Ia lahir di kota Chelyabinsk, di Ural Rusia, Alexandrova telah tinggal dan berlatih di Praha sejak 1996. Alexandrova hanya dibimbing oleh ayahnya. Ia berhasil memenangkan tujuh gelar tunggal di Sirkuit ITF dan satu gelar tunggal WTA. Dia menunjukkan kualitas bertarungnya di turnamen Prancis Terbuka 2021. Hasilnya, Alexandrova mengalahkan juara bertahan Grand Slam tujuh kali, Venus Williams di babak pertama. Meskipun dia tersingkir di babak kedua oleh Roland Garros Barbora Krejcikova, ia yakin kemenangan pasti akan datang.

6. Lyudmila Samsonova

Anggap ini sebagai semacam peringatan. Lyudmila Samsonova, (23) suka bermain di lapangan keras. Pukulan favoritnya adalah forehand dan petenis panutannya adalah Maria Sharapova.

Samsonova lahir di kota Olenegorsk, Murmansk Oblast. Namun, keluarganya lalu pindah ke Italia sedangkan Samsonova baru berusia 18 bulan. Ayahnya, seorang pemain tenis meja berbakat. Bahkan, sang ayah diundang bermain untuk klub 'Ferentino' yang berbasis di Torino. Sebab, masa itu tidak banyak pilihan olahraga apa yang harus dimainkan. Ayah Samsonova berkata kepadanya untuk bisa mengikuti jejak sang ayah dan mulai bermain tenis meja atau mencoba tenis lapangan sebagai opsi lain. Kemudian, Samsonova memilih mengambil tenis lapangan pada usia enam tahun. Pada 2018, ia mewakili Italia dalam olahraga profesional, sebelum beralih ke negara asalnya, Rusia. Samsonova membuat gelombang antusias di Rusia dan luar negeri saat dia memenangkan gelar Tur WTA pertamanya di German Open 2021. Ia juga telah memenangkan enam gelar di ITF.

7. Anastasia Potapova

Perempuan berambut pirang bernama Anastasia Potapova adalah mantan petenis junior nomor satu dan juara tunggal putri Wimbledon 2016. Karir atletnya telah ditentukan bahkan sebelum ia lahir. Ibu Potapova bermain bola basket, sedangkan neneknya adalah seorang pelatih bola basket. Namun, Potapova lebih memilih tenis. Ia mulai bermain tenis pada usia lima tahun. Potapova berhasil mengalahkan petanis unggul peringkat ke-24 di dunia, Alison Riske dari AS. Ia berhasil mengalahkan Riske di babak pertama di turnamen Australia Terbuka 2021. Akan tetapi, ia kalah di babak ketiga dari petenis unggulan peringkat ke-10 dunia, Serena Williams. Tentu, itu tidak buruk untuk perempuan berusia 20 tahun! Bisa dikatakan, karir Potapova berada di jalur cepat menuju kesuksesan.

8. Varvara Gracheva

Varvara Gracheva telah menyukai tenis sejak ia usia belia. Ibu Gracheva menanamkan cinta tenis pada putrinya dan bahkan menjadi pelatihnya hingga Grachavea usia 14 tahun. Saat ini,Varvara Gracheva menghabiskan sebagian besar waktunya di French Riviera di ETC Academy. Dia berlatih bersama Daniil Medvedev, yang memimpin Rusia ke turnamen Piala Davis ketiga sejak 2006 pada 5 Desember 2021.

Varvara memanfaatkan debut WTA barunya di Lausanne pada 2019. ia berhasil mengalahkan Julia Grabher di final. Gracheva telah memenangkan tujuh gelar tunggal di Sirkuit ITF. Dia baru berusia 21 tahun, jadi semua ini baru permulaan!

9. Vera Zvonareva

Vera Zvonareva mewarisi kecintaannya pada olahraga dari ibunya, seorang peraih medali perunggu Olimpiade di bidang hoki lapangan. Sang ibu yang memperkenalkan Zvonareva kecil ke dunia tenis pada usia enam tahun. Pada turnamen Prancis Terbuka 2003, Zvonareva berhasil mengalahkan peringkat ketiga dunia saat itu, Venus Williams, di babak keempat. Pada 2008, ia menjadi peraih medali perunggu di Olimpiade Beijing. Ia juga memenangkan kategori ganda, tepatnya meraih lima gelar Grand Slam. Zvonareva memenangkan gelar Grand Slam ganda putri ketiganya di AS Terbuka pada tahun 2020, berpasangan dengan Laura Siegemund dari Jerman. Peringkat WTA tertinggi dalam karirnya adalah peringkat dua dunia pada tahun 2010. Zvonareva juga telah memenangkan dua belas gelar tunggal Tur WTA dan merupakan peraih medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008. Di kategori ganda, dia memenangkan lima gelar Grand Slam. Pada usia 37 tahun ini, kemampuan Vera Zvonareva tidak diragukan lagi dan ia masih merupakan petenis tangguh yang harus diperhitungkan.

10. Anna Kalinskaya

Anna Kalinskaya lahir dengan naluri dan keinginan untuk menang. Dia berada di masa kebahagiaannya saat ia berhasil mengalahkan Sloane Stephens dari Amerika Serikat, di Stadion Arthur Ashe di AS Terbuka 2019. “Anda perlu memukul bola tenis agar bisa terbang lebih cepat daripada shuttlecock,” kata Kalinskaya dan dia tahu apa yang dia bicarakan. Kedua orang tua Kalinskaya adalah mantan pemain bulu tangkis profesional. Alhasil, keberhasilan olahraga dan keinginan untuk menang sudah mendarah daging dalam keluarganya. Dia mulai bermain tenis ketika dia berusia lima tahun, saat menghabiskan musim panas di dacha neneknya. Di usianya yang baru 23 tahun, Kalinskaya masih harus menempuh jalan panjang sebelum menjadi nomor satu dunia, seperti petenis idolanya, Kim Clijsters, atlet asal Belgia.

11. Svetlana Kuznetsova

Svetlana Kuznetsova berasal dari keluarga pencinta olahraga dan mulai bermain tenis pada usia tujuh tahun. Ayahnya, Aleksandr Kuznetsov, adalah pelatih atlet balap sepeda dari enam juara Olimpiade dan dunia. Sementara, ibu Kuznetsova, Galina Tsareva, adalah juara dunia balap sepeda enam kali dan pemegang dua puluh rekor dunia. Kuznetsova lahir di Sankt Peterburg. Lalu, ia pindah ke Spanyol ketika berusia tujuh tahun untuk menghadiri Akademi Sanchez-Casal, yang dikenal sebagai sekolah bagi almamater bintang tenis. Pertama kali Kuznetsova menunjukkan bahwa dia memiliki naluri pembunuh ialah pada tahun 2007. Itu juga merupakan musim terbaiknya hingga saat ini (dia selesai sebagai runner-up saat itu). Kuznetsova telah bertanding dalam empat final tunggal Grand Slam, dan memenangkan dua diantaranya. Satu hal yang pasti, Kuznetsova telah memenangkan total 18 gelar WTA tunggal dan 16 gelar ganda WTA. Ia tidak pernah menyerah dan semangat juang itulah yang masih membuat pemain berusia 36 tahun itu tetap berbahaya.

Selanjutnya, Rusia resmi mengakui pertarungan tangan kosong sebagai cabang olahraga baru. Baca selengkapnya. 

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki