(Dari kiri) Anzhelika Sidorova, Arina Averina, dan Sofia Velikaya.
Valery Sharifulin, Egor Aleev/TASS; Grigory Sysoev/SputnikTahun ini, tim tinju Rusia di Tokyo diwakili oleh sebelas petinju. Empat di antaranya adalah juara dunia, tetapi hanya Andrei Zamkova yang memiliki pengalaman Olimpiade sebelumnya. Atlet asal Amurskaya Oblast ini bertanding pada Olimpiade 2012 di London, memenangkan medali perunggu. Sementara, pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, langkahnya terhenti pada babak 16 besar, setelah kalah dari Rayton Okviri dari Kenya.
Tiga tahun kemudian, pada 2019, Zamkova menempati posisi pertama dalam kategori berat di bawah 69 kilogram pada Kejuaraan Tinju Dunia di Yekaterinburg. Itulah kategori yang dia ikuti mewakili Rusia (di bawah bendera Komite Olimpiade Rusia [ROC]) di Olimpiade 2020, sekaligus bertindak sebagai kapten tim tinju.
“Kami tidak memiliki lawan 'khusus'. Kami bersiap untuk setiap pertarungan seolah-olah itu yang terakhir. Kami semua paham untuk apa kami pergi ke sana,” kata Zamkova kepada RIA Novosti.
Mikhailov terpilih sebagai salah satu dari dua pembawa bendera untuk Rusia di bawah ROC. Olimpiade Tokyo adalah pengalaman keempatnya dalam ajang olahraga internasional paling bergengsi ini. Dia berkompetisi dalam Olimpiade di Beijing pada 2008, di London pada 2012, dan di Rio de Janeiro pada 2016. Pada debut Olimpiadenya di Beijing, tim Mikhailov memenangkan perunggu dan menjadi pencetak poin terbanyak tim. Sementara, di London, timnya berhasil menyabet emas. Selain itu, ia dan timnya juga banyak mengantongi kemenangan di Kejuaraan Eropa, Liga Bangsa-Bangsa, dan berbagai kompetisi lainnya.
Mikhailov digambarkan sebagai sosok yang perfeksionis dan gila kerja. Sebuah survei pemain bola voli di Liga Super Rusia menobatkannya sebagai pemain paling berharga. Kami berharap dia menunjukkan semua kualitas itu di Olimpiade di Tokyo.
Sofia Velikaya saat memenangkan turnamen anggar internasional Moscow Sabre 2019.
Vladimir Astapkovich/SputnikPengangkut bendera kedua tim ROC adalah Sofia Velikaya. Penduduk asli Alma-Ata Kazakhstan ini meraih emas pertamanya di Kejuaraan Dunia pada tahun 2006. Selama karirnya, Sofia telah delapan kali menjadi juara dunia dan 14 kali juara Eropa, baik dalam kompetisi tim maupun individu.
Velikaya, yang berarti ‘hebat’ dalam bahasa Rusia, sudah tiga kali muncul di Olimpiade. Saat terbaiknya datang pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Dia memenangkan medali emas tim, meskipun telah melahirkan seorang putra tiga tahun sebelumnya.
Sofia Velikaya setelah pertandingan semifinal melawan Theodora Gkuntura (Yunani) dalam kompetisi anggar individu putri di Kejuaraan Anggar Dunia di Budapest.
Grigory Sysoev/SputnikSetelah Olimpiade, Sofia melahirkan anak keduanya, seorang putri, mengambil cuti pengasuhan anak (di Rusia bisa sampai tiga tahun), dan kembali dua tahun kemudian. Memiliki anak benar-benar tak menghambat prestasinya sama sekali. Dia memenangkan empat medali lagi pada Kejuaraan Eropa pada kurun 2018—2019. Benar-banar ibu super, bukan!
Nagorny adalah salah satu pesenam Rusia yang paling banyak mendapat medali. Setelah memenangkan medali perak di Olimpiade 2016 di Rio, dia menyabet gelar juara dunia pada 2019.
Dia sering membicarakan semua pencapaian olahraganya di YouTube, Instagram, dan TikTok. Di TikTok sendiri, video-videonya telah mencetak jutaan penayangan. Selain itu, Nagorny juga mendirikan klub senam anak dan remaja bernama ‘Akademiya Chempionov’ (Akademi Juara) pada 2018. Kami berharap Nikita berkesempatan merekam video di Tokyo tentang bagaimana dia memenangkan emas lagi!
Ibu dari seorang putri berusia tiga tahun ini adalah salah satu atlet paling berprestasi di dunia. Dia lima kali menjadi juara Olimpiade dan 21 kali juara dunia dalam cabang olahraga renang sinkron.
Dia adalah "terminator" renang sinkron, yang hanya menderita tiga kekalahan di semua kompetisi dalam kariernya. Menurutnya, hampir semua kemenangannya dicapai tanpa drama besar, kecuali di Olimpiade di Rio, saat harus tampil di air hijau yang disebabkan oleh kelebihan bahan kimia.
Di Tokyo, Romashina bermaksud mengantongi gelar juara Olimpiade untuk keenam kalinya dan membawa kariernya ke akhir yang gemilang, sebelum memulai kehidupan baru yang lebih santai tanpa pelatihan terus-menerus. Jika melihat rekam jejaknya, dia memiliki peluang besar untuk mewujudkan hal itu.
Setelah kemenangan pada Olimpiade Rio 2016, atlet anggun ini dijuluki "Mesias Bola Tangan" oleh wartawan karena kecekatan lemparan, operan, dan tikungan tangan kidalnya. Itulah yang mengantar timnya meraih kemenangan, termasuk pada Kejuaraan Dunia 2019.
Pada November 2020, Vyakhireva mengalami cedera punggung bagian bawah dan tidak bisa bermain dalam Kejuaraan Eropa. Namun dia telah pulih tepat waktu untuk Olimpiade dan menantikan dimulainya kompetisi.
Bukan tanpa alasan atlet dari Dagestan ini dijuluki 'Tank Rusia'. Juara Olimpiade 2016 ini hanya memiliki satu kekalahan, yaitu dalam Kejuaraan Dunia 2017. Hal itu mendorong Abdulrashid Sadulaev untuk berlatih selama sembilan jam sehari selama setahun penuh dan kembali merebut gelar juara pada kejuaraan berikutnya — dia mengalahkan lawannya dengan waktu dan tenaga yang tersisa.
Khabib Nurmagomedov berulang kali mengucapkan selamat atas kemenangannya dan menyebutnya yang terbaik karena semangatnya yang tidak pernah mati. Abdulrashid berniat memanfaatkan sikap pantang menyerahnya untuk mengamankan medali Olimpiade lainnya di Tokyo dalam kategori berat di bawah 97 kilogram.
Juara Olimpiade gulat wanita pertama Rusia ini memenangkan emas di London pada 2012 dalam kategori berat di bawah 72 kilogram dan telah mengukir namanya ke dalam sejarah olahraga Rusia. Pada Olimpiade Rio2016, di harus puas membawa pulang perak.
Baru tiga bulan setelah melahirkan bayi laki-laki, Natalia kembali berlatih dan terus memenangkan medali untuknya dan negaranya: emas pada Kejuaraan Dunia 2020 dan perak pada Kejuaraan Eropa 2021.
Di Tokyo, dia kembali memburu emas dan setelah itu berencana untuk memiliki anak lagi serta pensiun dari olahraga.
Jika pengalaman bisa mencetak medali, Sidorova memiliki peluang lebih banyak untuk mendapatkan emas daripada atlet Rusia lainnya. Pada 2019, dia merebut tempat pertama dalam Kejuaraan Dunia dengan lompatan 4,95 meter.
Selama musim kompetisi 2020, Sidorova mencapai hasil 4,92 meter pada Kejuaraan Rusia dan menempati posisi kedua dalam Liga Berlian di Monako pada 2021, dengan lompatan 4,80 meter.
Di Tokyo, saingan utama Sidorova adalah Katie Nageotte dari Amerika Serikat, yang juga telah memecahkan rekor 4,95 meter.
Saudari kembar ini akan saling bersaing memperebutkan emas kategori individu di Tokyo. Selain tidak mudah untuk membedakan keduanya, sulit juga untuk menilai mana di antara mereka yang lebih baik. Dina adalah juara dunia 13 kali, sementara Arina "hanya" empat kali. Namun pada Kejuaraan Eropa terbaru pada 2021, Arinalah yang berhasil mengantongi gelar juara.
Namun, saudari kembar ini telah berulang kali menyatakan bahwa mereka saling melengkapi dengan sempurna. Selain itu, ini adalah Olimpiade pertama mereka. Jadi, kami berharap mereka sukses dalam memenangkan setiap disiplin dan berharap tidak akan ada yang iri dengan perolehan medali!
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda