Dmitry Muratov, Orang Rusia Ketiga yang Meraih Hadiah Nobel Perdamaian

Pemimpin Redaksi Novaya Gazeta Dmitry Muratov pada upacara penghargaan film nasional NIKA XXXIII untuk tahun 2019 dan 2020 di Vegas City Hall.

Pemimpin Redaksi Novaya Gazeta Dmitry Muratov pada upacara penghargaan film nasional NIKA XXXIII untuk tahun 2019 dan 2020 di Vegas City Hall.

Vladimir Astapkovich/Sputnik
Inilah semua yang kami ketahui tentang orang ketiga dalam sejarah Rusia yang memenangkan Hadiah Nobel atas sumbangsihnya dalam menjaga perdamaian.

“Saya tertawa. Saya sama sekali tidak menyangka. Saya sedang bersenang-senang di sini. Saya melihat panggilan dari Norwegia, tetapi saya pikir itu penipuan!” Begitulah komentar Dmitry Muratov, salah satu pendiri surat kabar Novaya Gazeta yang baru-baru ini menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2021, kepada portal berita Podyem.

Pada 8 Oktober 2021, Komite Hadiah Nobel Norwegia di Oslo mengumumkan Muratov sebagai salah satu dari dua penerima Hadiah Nobel Perdamaian. Sebelum Muratov, hanya ada dua orang Rusia yang pernah menerima Hadiah Nobel Perdamaian, yaitu aktivis hak asasi manusia Andrei Sakharov (tahun 1975) dan presiden pertama Uni Soviet Mikhail Gorbachev (tahun 1990).

Pemimpin Redaksi Novaya Gazeta Dmitry Muratov pada upacara perpisahan bagi komisaris hak asasi manusia pertama di Rusia, aktivis hak asasi manusia Sergei Kovalev, di Pusat Sakharov.

Muratov lahir pada 30 Oktober 1961 di Kuibyshev (sekarang Samara, terletak 2.500 kilometer dari Moskow). Pada 1983, ia lulus dari Departemen Filologi Universitas Negeri Kuibyshev. Setelah melakukan dinas militer, ia bergabung dengan surat kabar Volzhsky Komsomolets, kemudian pindah ke Komsomolskaya Pravda.

Pada November 1992, ia meninggalkan Komsomolskaya Pravda dan ikut mendirikan asosiasi Lantai 6 yang terdiri dari jurnalis-jurnalis yang tidak setuju dengan kebijakan editorial surat kabar tersebut. Asosiasi itu kemudian mendirikan Novaya Dnevnaya Gazeta (berarti ‘koran harian baru’ dalam bahasa Indonesia), yang kemudian diubah namanya menjadi Novaya Gazeta.

Pada 1993, Muratov mengasuh sebuah kolom di surat kabar tersebut yang bertajuk Peringkat Kebohongan. Melalui kolom tersebut, ia ia mengumpulkan kisah para pejabat tinggi negara yang secara terbuka melakukan kebohongan. Tiap akhir bulan, surat kabar itu menentukan tokoh mana yang patut dianugerahi gelar “pembohong bulan ini”. Pada saat yang sama, Muratov bergabung dengan dewan redaksi surat kabar tersebut dan menjadi wakil pemimpin redaksi.

Dari Desember 1994 hingga Januari 1995, Muratov adalah koresponden khusus untuk Novaya Gazeta di zona perang selama Perang Chechnya I. Pada Februari 1995, Muratov menjadi pemimpin redaksi Novaya Gazeta dan kini masih memegang jabatan tersebut.

Pemimpin Redaksi Novaya Gazeta Dmitry Muratov menghadiri konser amal RockUznik untuk mendukung orang-orang yang terlibat dalam kasus Bolotny di aula konser Mir, 2013.

Selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinannya, surat kabar itu telah menerbitkan artikel-artikel kritis tentang korupsi, penangkapan ilegal, penipuan pemilu, kekerasan polisi, dan masalah politik dan sosial penting lainnya di Rusia.

Salah satu jurnalis Novaya Gazeta, Anna Politkovskaya, aktif menuliskan artikel tentang perang di Chechnya dan sering mengkritik pemerintah. Akhirnya, dia ditembak di lift gedung apartemennya pada 7 Oktober 2006. Hasil investigasi mengidentifikasi dan menghukum otak di balik rencana pembunuhan, termasuk sang pembunuh, tetapi orang yang memerintahkan pembunuhan Politkovskaya tak pernah diungkap. Bagaimanapun, pembunuhan Politkovskaya mencederai profesi jurnalistik dan melanggar hak asasinya sebagai manusia. Wartawan-wartawan Novaya Gazeta, yang dipimpin oleh Muratov, kemudian melakukan penyelidikan sendiri untuk mencari tahu siapa yang memerintahkan pembunuhan itu.

“Kami tidak memiliki satu sudut pandang tentang orang yang memerintahkan pembunuhan tersebut. Beberapa orang di dewan redaksi telah menangani tragedi Politkovskaya dengan sangat terperinci …. Kami telah berkali-kali menuntut agar kasus ini dilanjutkan supaya orang yang memerintahkan pembunuhan itu ketahuan. Pada 7 Oktober (2021), tepat 15 tahun berlalu sejak pembunuhan (Politkovskaya) dan itu berarti kasus tersebut sudah masuk dalam kategori statuta pembatasan. Artinya, orang-orang yang memerintahkan pembunuhan itu dapat ditemukan suatu hari nanti, tetapi mereka tidak akan masuk penjara. Kami ingin mendapatkan perpanjangan undang-undang pembatasan kasus ini sehingga kami dapat melanjutkan pencarian para penjahat itu,” kata Muratov kepada Komsomolskaya Pravda.

Selain Politkovskaya, lima jurnalis Novaya Gazeta lainnya dibunuh dan beberapa karyawan lainnya selamat dari upaya pembunuhan. Dalam kolom setelah dia dianugerahi Hadiah Nobel, Muratov menulis bahwa merekalah yang pantas menerima hadiah itu, bukan dia.

Surat kabar Novaya Gazeta rilis pada 6 Oktober 1993.

Sementara itu, jurnalis surat kabar tersebut telah memenangkan lebih dari 60 penghargaan profesional, termasuk Penghargaan Pulitzer.

“Meskipun ada pembunuhan dan ancaman, pemimpin redaksi Muratov tetap berpegang teguh pada kebijakan independen surat kabar itu. Dia secara konsisten membela hak-hak jurnalis untuk menulis apa pun yang mereka inginkan tentang apa pun yang mereka inginkan, selama mereka mematuhi standar profesional dan etika jurnalistik” kata Berit Reiss-Andersen, Kepala Komite Hadiah Nobel Norwegia.

Muratov akan menyumbangkan sebagian dari Hadiah Nobel yang ia terima (sekitar 16 miliar rupiah) ke Yayasan Lingkaran Kebaikan, yang membantu anak-anak dengan penyakit serius dan langka.

Kremlin juga mengucapkan selamat kepada Muratov atas hadiah tersebut.

“Kami mengucapkan selamat kepada Dmitry Muratov. Dia betul-betul bekerja sesuai idealismenya, dia berkomitmen pada idealismenya. Dia berbakat, dia berani,” kata Juru Bicara Kepresidenan Dmitry Peskov dalam sebuah konferensi pers.

Dari kiri ke kanan: Pemimpin Redaksi Novaya Gazeta Dmitry Muratov dan pakar budaya Daniil Dondurei sebelum sesi diskusi bertajuk Media Masyarakat Sipil: Tantangan Formasi, 2014.

Muratov sendiri, ketika mengomentari penghargaan yang ia terima tersebut, menekankan bahwa sejumlah media dan jurnalis individu di Rusia kini diakui sebagai agen asing. Karena status tersebut, mereka kehilangan pengiklan dan ada juga yang tutup.

“Saya bisa bilang begini: kami mengambil hadiah ini atas nama jurnalisme Rusia secara keseluruhan dan (jurnalisme Rusia) kini sedang dikekang. Itu saja. Kami akan mencoba membantu orang-orang yang sekarang diakui sebagai agen (asing), yang kini dipersekusi, yang diusir dari negara ini,” kata Muratov.

Terlepas dari keputusan Komite Penghargaan Nobel pada masa lalu, yang kemungkinan besar dipengaruhi motivasi politik, novel-novel para penulis Rusia peraih Nobel Sastra ini layak untuk dibaca.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki