Yakutia, sebuah daerah yang berada di Timur Jauh Rusia dan menempati seperlima wilayah negara itu, kembali terbakar musim panas ini. Luas kebakaran hutan telah melebihi 1,3 juta hektare sejak pertama kali menyebar pada pertengahan Mei. Dengan lebih dari 200 titik api, kebakaran tersebut bahkan dapat terlihat dari ruang angkasa. Pada akhir Juli, kebakaran sudah mencapai daerah permukiman, langit berwarna oranye, sementara Yakutsk, ibu kota Yakutia, rumah bagi sepertiga populasi di daerah itu, diselimuti asap. Konsentrasi partikulat (partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron) di udara pernah mencapai 15—30 kali lebih tinggi daripada ambang batas normal.
Sebenarnya, kebakaran skala besar biasa terjadi di daerah-daerah berhutan taiga. Namun, para ilmuwan mengatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir skala kebakaran telah berkembang pesat, bahkan mengancam stabilitas seluruh ekosistem: pelepasan gas (karbon) secara besar-besaran dapat mempercepat pemanasan global, dan mencairkan lapisan es.
Pada musim panas kali ini, Rusia mencatatkan rekor gelombang panas. Di wilayah tengah Yakutia, Juni adalah bulan terpanas dan terkering selama 133 tahun. Seperti tahun lalu, kebakaran terjadi karena panas yang taknormal dan badai petir yang kering. Namun, meski kejadian tersebut disebabkan oleh faktor alam, penduduk tetap menyalahkan pemerintah. Para penduduk setidaknya mengeluh karena hanya sebagian kecil kebakaran saja yang dapat dipadamkan, sementara sebagian besar dibiarkan padam dan menimbulkan malapetaka.
Dianggap ‘tidak ekonomis’
Yakutia adalah salah satu subjek federal terbesar di Rusia. Dengan luas lebih dari tiga juta kilometer persegi, wilayah ini empat kali lebih besar daripada Pulau Kalimantan. Jarak yang jauh dan kepadatan penduduk yang rendah membuat sebagian besar kawasan hutannya diklasifikasikan sebagai “zona kontrol” (daerah terpencil yang sulit dijangkau). Karena itu, pemadaman kebakaran di daerah tersebut secara hukum dianggap tidak ekonomis.
Namun, setelah kebakaran di Siberia pada 2019, pemerintah Rusia meninjau undang-undang tentang zona kontrol. Daftar daerah yang termasuk zona kontrol mulai dikurangi, sedangkan ada pula yang dihapus sepenuhnya, seperti di Tyumen dan Sverdlovsk. Namun demikian, undang-undang tentang zona kontrol di Yakutia sama sekali tidak berubah. Pada 2020, dalam situasi serupa, Pemimpin Republik Yakutia Aisen Nikolaev berjanji untuk mengurangi wilayah kebakaran hutan yang dibiarkan takpadam. Namun, sampai kini janji tersebut belum terealisasi.
Akhirnya, pada Juni 2021, tindakan pemerintah setempat diungkap ke publik karena telah meremehkan jumlah dan luas kebakaran: di beberapa tempat, angka yang diungkap pejabat Yakutia justru berbeda dari data pemantauan satelit dengan perbedaan faktor jumlah dan luas kebakaran mencapai angka 40. Kementerian Lingkungan Yakutia mengatakan bahwa mereka kekurangan dana untuk memadamkan kebakaran. Saat ini, anggaran Yakutia hanya menganggarkan 6,90 rubel (Rp.1.355) untuk memadamkan satu hektare, sementara pemerintah federal di Rusia rata-rata mengalokasikan 199 rubel (Rp39.000) per hektare.
Hampir putus asa, penduduk setempat mulai mengirim pesan ke akun Instagram Menteri Federal Sumber Daya Alam dan Ekologi Alexander Kozlov. Warga Yakutia meminta Kozlov untuk menyelamatkan Yakutia yang “telah terbakar sepanjang musim panas, tetapi tak ada yang peduli.” Foto yang Kozlov bagikan di Instagram langsung diserbu ribuan komentar tentang kebakaran di Yakutia. Setelah itu, sanga menteri menjawab bahwa ia telah membaca semuanya, tetapi, menurutnya, alam tetap lebih kuat.
“Kami membawa pasukan pemadam kebakaran dari seluruh negeri …. Kami mencoba menstabilkan situasi, tetapi kebakaran sangat besar. Terlebih lagi, perkiraan risiko kebakaran pada bulan Juli lebih buruk.” ujarnya.
Dokumentasi warga Yakutsk
Pesawat amfibi, hampir 3.000 petugas Kementerian Situasi Darurat Rusia, pilot-pilot militer, dan hampir 400 mesin pemadam kebakaran telah diterbangkan ke Yakutia. Kelompok sukarelawan, laki-laki dan perempuan dari segala usia, juga telah bergabung untuk memadamkan kebakaran. Berdasarkan video yang tersebar di media sosial, anak-anak remaja pun turut membantu. Yakutia telah menyatakan keadaan darurat.
“Terlalu banyak kebakaran, dan setiap kali satu padam, kebakaran lain muncul di tempat lain. Meskipun demikian, kami tetap berusaha melakukan upaya yang terbaik. Kami hanya tidur selama beberapa menit tiap kali ada kesempatan, di tanah dan di tengah kepulan asap tanpa melepas (alat) respirator kami. Tidak ada jalan lain. Mata semua orang bahkan bengkak karena asap,” kata seorang anggota salah satu kelompok sukarelawan.
Para relawan memadamkan api dengan sekop dan ransel yang berisi tabung air. Mereka menggali parit untuk memerangkap api. Di media sosial, mereka menulis: “Teman-teman, ini benar-benar kacau. Sepatu bot salah satu dari kami meleleh! Penduduk setempat sendiri ikut memadamkan api, menghirup seluruh jenis zat berbahaya, berjuang untuk menghentikan api yang melahap rumah dan harta benda mereka, ada perang sungguhan yang sedang terjadi!”
Dmitry Kupriyanov, koordinator Persatuan Sukrelawan Rusia, yang sekarang berada di Yakutia, menegaskan, “Ya, persediaan kelengkapan langka, orang-orang juga.”
“Orang tua dan kerabat saya tinggal di sana. Mereka bersyukur ketika hujan turun tempo hari, tetapi itu pun tidak cukup membantu. Mimpi buruk ini, mudah-mudahan, akan berakhir pada musim dingin; biasanya itu terjadi tiap tahun, tetapi mungkin tidak sebesar ini. Orang-orang di kota dan desa hanya bisa berdiam diri tanpa alat komunikasi. Sungguh tak bisa dipercaya.”
Lenskiye Stolby, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO, juga terbakar.
Karena asap pekat “seperti susu”, Bandara Yakutsk terpaksa ditutup dan pengiriman dari Sungai Lena dibatasi karena alasan yang sama.
Menurut situs web IQAir, polusi udara di Yakutsk 139 kali lebih tinggi dari tingkat yang direkomendasikan WHO.
Aktivis lokal Rosa Dyachkovskaya mengirim pesan kepada Leonardo DiCaprio, aktor dan salah satu pendiri Earth Alliance, sebuah organisasi perubahan iklim. Leonardo membalasnya di Instagram dan berjanji bahwa ia akan berdiskusi dengan timnya untuk membantu mengatasi kebakaran di Yakutia. Namun, pemerintah daerah telah menolak bantuan apa pun: “Kami senang, tentu saja, bahwa bintang-bintang global memperhatikan peristiwa ini. Namun, pasukan kami sedang dalam operasi pemadaman kebakaran, situasinya terkendali.”