Baru-baru ini, sebuah foto yang menampilkan dua orang gadis berfoto telanjang dada di Dagestan, salah satu wilayah Rusia yang mayoritas penduduknya memeluk Islam, tersebar luas di internet. Meski keduanya berfoto membelakangi kamera, foto tersebut ternyata menimbulkan kontroversi dan bahkan dikecam oleh tokoh masyarakat Dagestam.
Kepada 360, Wakil Bupati Untsukul Muhammad Khamzatov meminta foto itu segera dihapus karena dinilai telah melanggar Pasal 148 KUHP Federasi Rusia tentang penghinaan terhadap perasaan orang beriman. Khamzatov menjelaskan bahwa pihak berwenang sedang mengembangkan pariwisata di wilayah tersebut dan dengan senang hati menyambut semua orang. Namun foto semacam itu, menurutnya, berdampak negatif pada situasi sosial politik. Khamzatov meyakini bahwa foto tersebut merupakan contoh perbuatan asusila yang tidak bermoral.
“Anda lihat sendiri komentar orang-orang. Sesepuh wilayah, desa, para pemuda, perempuan, guru, semuanya mengadu kepada kami. Karena itu, kami khawatir karena ini terjadi di wilayah kami. Saya meminta secara pribadi kepada gadis-gadis ini (untuk menghapus foto tersebut -red.), dan saya harap ini adalah yang pertama dan terakhir kalinya,” kata Khamzatov.
Portal berita daring 360 melaporkan, pihak berwenang setempat ingin menyelesaikan situasi ini sehingga semua wisatawan dapat menikmati kunjungan mereka dengan nyaman. Dalam beberapa tahun terakhir, arus wisatawan ke wilayah tersebut meningkat secara signifikan.
“Bagi rakyat kami, (foto) ini tidak senonoh. Namun, kami tentu senang menyambut tamu di wilayah kami,” kata Khamzatov.
Wakil bupati Untsukul menambahkan, jika kedua gadis itu tidak menghapus gambar tersebut, pihak berwenang berniat menghubungi aparat penegak hukum. Menurut Khamzatov, salah satu tokoh utama dalam foto tersebut telah menghapus foto tersebut, tetapi yang kedua masih mengelak.
Belakangan, salah satu gadis dalam foto tersebut diketahui bernama Isabella. Kepada 360, ia mengaku bahwa ia dan temannya mengambil foto “telanjang” tersebut di Dagestan, tetapi foto itu sendiri diambil sejak lama dan mereka sama sekali tak bermaksud memprovokasi siapa pun.
“Itu terjadi tiba-tiba, saya bahkan tidak mengerti. Foto itu sudah ada sejak lama, dan itu sangat aneh. Mungkin saja itu (tersebar) melalui teman saya. Dia berasal dari Dagestan, dan, mungkin, seseorang dari teman-temannya melihatnya, dan viral. Saya hanya tidak mengerti, ini semacam kesalahpahaman. Saya tidak ingin menyinggung siapa pun. Saya memamg tak tahu-menahu perihal aturan setempat atau semacamnya. Ini sama sekali bukan bentuk provokasi,” kata gadis itu.
Isabella mengatakan bahwa banyak orang telah menulis komentar mengancam kepadanya. Sebagai tanggapan, dia hanya memblokir akun-akun yang berkomentar jahat kepadanya. Gadis itu juga mulai berhenti berkomentar karena menurutnya tak ada gunanya menjelaskan sesuatu kepada orang-orang telanjur berpikir negatif.
Pada saat yang sama, Isabella pun mengaku tidak mengetahui bahwa Wakil Bupati Untsukul Muhammad Khamzatov menuntut agar foto tersebut dihapus atas alasan pelanggaran terhadap Pasal 148 KUHP Federasi Rusia tentang penghinaan terhadap perasaan orang beriman.
“Ini memang sangat aneh. Menurut saya ini tidak ada gunanya. Karena tidak ada aturan seperti itu. Ini bukan semacam tempat suci, kami tidak membuka pakaian di gereja ... kami berada di alam terbuka dan saya bahkan tidak ingat persis di mana itu. Kami hanya berhenti, kami mengemudikan mobil, tempatnya sangat bagus ... dan entah bagaimana sangat aneh, menurut saya masalah itu lebih kepada dirinya (Khamzatova -red.) sendiri,” kata Isabella.
Menurutnya, pemerintah daerah terlalu melebih-lebihkan foto tersebut. Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang pantai tampak jelas.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda