Kisah Orang-Orang Asing yang Menjalani Vaksinasi dengan Sputnik V di Rusia

Discover Russia
YEKATERINA SINELSCHIKOVA, VIKTORIA RYABIKOVA, PANCA SYURKANI
Secara resmi, vaksin COVID-19 ‘Sputnik V’ tidak tersedia untuk orang asing yang tinggal di Rusia. Namun, pada kenyataannya, siapa pun bisa mendapatkannya, termasuk orang Indonesia. Berikut pengakuan beberapa orang yang telah menjalani vaksinasi. 

Program vaksinasi massal Rusia dimulai pada Januari 2021. Artinya, setiap orang yang berusia di atas 18 tahun dapat divaksinasi virus COVID-19. Pemerintah Rusia berharap, 60 persen populasi negara sudah menjalani vaksinasi hingga tahun mendatang.

Pada akhir Januari lalu, Kepala Rospotrebnadzor (badan pengawas hak konsumen Rusia) Anna Popova mengatakan, orang asing yang tinggal di Rusia tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin.

“Hari ini, tujuan utamanya adalah mencapai jumlah maksimal warga Rusia yang tinggal di Federasi Rusia ... Itu prioritas nasional,” ujar Popova.  

Namun, dalam praktiknya, warga asing ternyata bisa juga mendapatkan vaksin Sputnik V, meskipun mereka tidak tinggal di Rusia.

Vaksinasi di Pusat Perbelanjaan dan Bonus Es Krim 

Di pusat perbelanjaan utama Rusia, GUM, tersebar berbagai media promosi tentang layanan vaksinasi COVID-19. Tidak hanya itu, pengumuman dari pengeras suara yang menginformasikan bahwa setiap orang bisa melakukan vaksinasi juga diserukan secara berkala. 

Pada pertengahan Januari lalu, informasi ketersediaan vaksin di pusat perbelanjaan yang berada di kawasan Lapangan Merah ini diumumkan secara luas. Sebagai bonus, orang-orang yang telah divaksinasi disuguhi es krim khas GUM yang terkenal dan hanya dijual di pusat perbelanjaan yang telah berdiri sejak 1893 itu. 

"Antrian biasanya terjadi dari jam 10 pagi hingga siang hari. Namun, lumayan sepi pada malam hari," jelas salah seorang petugas pusat vaksinasi. Pos vaksinasi berlokasi di salah satu tempat komersial: pintu kaca kecil, dua orang di meja depan, aula yang cukup terang, sofa, rak mantel. Prosesnya hanya membutuhkan beberapa menit: Anda mengisi formulir, meninggalkan detail kontak Anda, dan memasuki ruang konsultasi. Calon penerima vaksin harus membawa paspor dan polis asuransi kesehatan. Namun, tanpa polis asuransi pun tetap dilayani tanpa memandang kewarganegaraan manapun. 

Tri Koyo, seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Kedutaan Besar RI Moskow, memutuskan untuk menjalani vaksinasi di GUM, Sabtu (13/2). 

"Saya mendapat informasi tentang vaksinasi di GUM dari teman-teman Rusia saya. Tanpa ragu, saya pun memutuskan untuk menjalani vaksinasi di sana. Saya datang ke sana agak sore dan tidak terlalu ramai di sana. Proses dari pendaftaran hingga penyuntikan vaksin hanya berjalan sekitar 20 menit. Pertama-tama, saya disuruh mengisi formulir. Setelah itu, saya diarahkan ke ruang konsultasi. Setelah disuntik vaksin, saya diberikan sertifikat tanda telah menjalani vaksinasi dan diberi es krim," ujar Tri, menceritakan proses vaksinasi yang dijalaninya. 

Dalam sertifikat juga tertulis, sang guru gamelan itu harus kembali tiga minggu kemudian untuk menerima dosis kedua vaksin Sputnik V. Ketika Russia Beyond menanyakan apakah dirinya tidak khawatir menjalani vaksinasi, ia menjawab: "Saya tidak takut sama sekali. Sudah banyak orang Rusia yang divaksinasi dan mereka baik-baik saja. Apalagi, saya kan orang asing. Jadi, kalau terjadi apa-apa dengan saya, itu akan mencoreng nama baik pemerintah Rusia. 

Tri mengaku, dirinya tidak mengalami efek samping sama sekali setelah divaksinasi: "Sebelum divaksin, petugas mengingatkan kemungkinan efek samping seperti demam, lelah, dan pegal-pegal. Namun, saya tidak merasakan apa-apa. Setelah disuntik, saya dapat beraktivitas seperti biasa. Begitu juga dengan vaksinasi kedua saya. Tidak ada efek samping sama sekali."

Menurutnya, setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-besar setelah divaksin. Ia mengatakan, salah seorang teman Rusianya memang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi. 

Nicolas Iljine, seorang warga Prancis, juga sengaja datang ke GUM untuk mendapatkan vaksin, hanya dengan membawa paspor Prancisnya. 

"Tidak ada antrean. Hanya ada tiga orang sebelum saya dan saya satu-satunya orang asing di ruangan itu. Mereka tidak terkejut bahwa saya tinggal di luar Rusia dan tidak mengatakan apa-apa tentang orang asing. Seorang dokter memeriksa formulir yang telah saya isi. Ia sempat bertanya, mengapa saya menggunakan tongkat, sebelum mengecap formulir saya. Semua orang sopan, ramah, dan ruangannya sangat bersih," jelas Ilnjine.

Sama seperti Tri dan semua penerima vaksin di GUM, ia juga menerima insentif sebuah es krim. Setelah membagikan pengalamannya di Facebook, beberapa temannya menanyakan apakah memungkinkan untuk mendapatkan vaksin Sputnik V di Rusia dan bagaimana reaksinya. 

"Saya memberitahu mereka bahwa prosesnya sangat mudah dan saya memutuskan untuk melakukannya untuk agar tak perlu menunggu giliran berbulan-bulan untuk menjalani vaksinasi di tempat tinggal saya di Frankfurt, Jerman," ujarnya. 

Luigi Minari, seorang warga Italia yang datang ke Moskow dengan visa pribadi pada 13 Februari, juga pergi ke GUM untuk menjalani vaksinasi. Setelah menunjukkan paspor Italianya dan mengisi formulir, ia pun diarahkan ke ruang konsultasi dan selanjutnya menerima suntikan vaksin. 

"Janji saya selanjutnya pada 13 Maret. Sampai saat ini, pengalaman saya sangat bagus. Meskipun saya tinggal di Italia dan memiliki kemungkinan untuk memilih vaksin lain, saya memilik Sputnik V karena vaksin ini dibuat berdasarkan penelitian vaksin lama yang benar-benar aman. Jadi, efek samping atau masalah pada masa depan tidak besar. Terlebih lagi, teknologi Anda, setidaknya bagi saya pribadi, lebih aman dari vaksin lain karena tidak bekerja langsung di RNA (pembawa kode genetik pada virus menggantikan DNA -red). Setelah penyuntikan pertama, saya tidak mengalami efek samping apa pun dan saya baik-baik saja," tutur Luigi. 

Terlepas dari kemudahan yang ada, kekurangan dari metode vaksinasi ini adalah tidak memberikan kode QR yang diperlukan untuk perjalanan internasional. Di samping itu, menurut Tri Koyo, warga asing sudah tidak lagi diperbolehkan lagi untuk menerima vaksin di pusat-pusat vaksinasi gratis. 

"Saya beruntung, karena sehari setelah saya divaksin, ada teman sesama warga Indonesia tidak diperbolehkan untuk menjalani vaksinasi di GUM," jelas lulusan Insitut Seni Indonesia itu.

Mirip Gejala Covid 

"Jika Anda berpikir bisa pergi ke GUM untuk menerima vaksin dan menerima sertifikat untuk perjalanan internasional, Anda salah! Itu tidak mungkin karena Anda tidak terdaftar secara resmi di dalam sistem. Hanya poliklinik yang memiliki akses ke register elektronik Kementerian Kesehatan yang bisa melakukannya," jelas warga negara Inggris Joshua Levy. 

Untuk menjalani vaksinasi di poliklinik negara seseorang harus memiliki asuransi kesehatan wajib, yang hanya bisa didapat jika mereka memiliki visa kerja atau tinggal di Rusia. 

"Selain itu, untuk perjalanan internasional, Anda perlu menerjemahkan dokumen ke dalam bahasa Inggris dan disahkan dan mendapatkan apostille dari Kementerian Kehakiman Rusia. Hampir tidak ada yang tahu tentang hal ini," jelas Joshua, yang menjalani vaksinasi di poliklinik. 

"Saya adalah satu dari sedikit orang asing yang mendapat kode QR vaksinasi. Saya tahu, hal ini belum diumumkan secara resmi, tetapi ini Rusia — segalanya mungkin terjadi di sini. Pada minggu pertama Desember, saya pergi ke poliklinik daerah dan meminta untuk divaksin. Karena saya seorang guru bahasa Inggris dan bekerja dengan anak-anak kecil, saya secara otomatis berhak mendapatkannya. Di meja resepsionis saya dikirim ke terapis untuk konsultasi," kenangnya. 

Di sana, dia ditanyai tentang penyakit yang belakangan dideritanya, apakah memiliki masalah pernapasan atau alergi: "Saya bilang tidak ada. Ketika pertanyaan selesai, saya diberikan tanggal untuk menerima dosis pertama." 

Vaksinasi dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari lima orang sekaligus karena salam satu vial (wadah) berisi lima dosis, yang harus segera digunakan setelah dibuka. 

"Saat saya tiba, sudah ada empat orang yang duduk di sana. Suntikan dilakukan di bahu. Tidak sakit dan hanya memerlukan waktu beberapa menit. Omong-omong, saya sudah menderita Covid," tutur Joshua. 

Menurutnya, vaksin mulai bereaksi sekitar 1214 jam setelah vaksinasi: "Malam itu, saya terbangun karena demam, tetapi hal itu sudah saya duga sebelumnya. Saya segera meminum parasetamol dan kemudian suhu badan saya turun. Pada siangnya, saya merasa lesu, lemah, nyeri tubuh, dan kekurangan energi, mirip gejala Covid. Namun, keesokan harinya, gejala itu hilang dan kondisi tubuh saya kembali normal.” 

Tiga minggu kemudian, Joshua menerima suntikan dosis kedua dari vaksin tersebut, yang mengandung vektor virus berbeda untuk memicu tanggapan kekebalan tubuh. 

"Reaksi tubuh saya terhadap dosis kedua lebih kuat daripada yang pertama. Gejalanya sama, tetapi jauh lebih intens. Namun, seperti sebelumnya, semuanya kembali normal pada hari ketiga," tambahnya. 

Tidak Boleh Minum Alkohol Selama Dua Bulan 

Damien Remy dari Prancis juga menerima vaksin di klinik negara. 

"Saya telah menimbang berulang kali untuk melakukannya karena saya adalah seorang guru dan memiliki masalah dengan kekebalan tubuh. Jadi, saya cukup khawatir akan tertular. Sejak Maret 2020, sebagian besar kegiatan belajar dilakukan secara daring, tetapi itu sangat tidak nyaman dan bukan yang terbaik untuk siswa saya." 

Damien kemudian bertanya kepada salah satu orang tua siswa yang bekerja sebagai dokter: "Dia menyuruh saya datang ke kliniknya. Di sana, saya bertemu dengan ahli virologi yang kemudian memeriksa saya dan meminta saya memberikan beberapa sampel untuk diuji. Ketika hasilnya keluar, dia menjadwalkan janji untuk melakukan vaksinasi. Sebelumnya, saya telah mencoba untuk membuat janji sendiri, tetapi saya menunggu terlalu lama dan petugas meminta banyak dokumen yang tidak saya miliki." 

Di klinik, petugas menjelaskan dengan sopan  dalam bahasa Rusia tentang hal-hal yang akan dilalui dan formulir apa yang perlu diisi. Menurut Damien, waktu tunggunya sangat singkat meskipun ada sekitar 510 orang yang mengantre.

Setelah menerima suntikan pertama, Damien mengalami suhu tubuh tinggi dan kelelahan para selama 24 jam. Namun, setelah itu, dia merasa baik-baik saja. Setelah suntikan kedua, efeknya serupa, hanya saja sedikit lebih lemah. Selain itu, dia tidak minum alkohol selama enam minggu. 

"Beberapa orang di Rusia mengatakan bahwa Anda tidak boleh minum selama dua bulan. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa tidak boleh minum dua hari sebelum dan sesudah vaksinasi. Saya tidak tahu kapan saya akan divaksin karena saya menghubungi ke beberapa tempat berbeda selama berhari-hari. Jadi, menurut perhitungan saya, setidaknya saya tidak minum selama enam minggu," akunya. 

"Beberapa orang di Prancis sebenarnya iri dengan saya karena di sana mereka harus menunggu untuk waktu yang lama, masih menjalani pembatasan, dan juga takut takut tertular virus," tutur sang guru. 

Inilah lima alternatif berjabat tangan yang bisa diterapkan selama pandemi.