Rusia Hendak Gunakan Anjing untuk Mendeteksi Penderita COVID-19

Discover Russia
FAUZAN AL-RASYID
Metode ini telah dipelajari oleh sejumlah ilmuwan.

Badan Pengawasan Perlindungan Hak Konsumen Rusia Rospotrebnadzor, bekerja sama dengan Aeroflot dan Pusat Medis dan Bedah Nasional Pirogov, mulai mengembangkan sebuah metode pendeteksian penyakit COVID-19 dengan bantuan anjing. Sebelumnya, metode semacam ini sudah diterapkan di Finlandia. Sebuah unit anjing khusus telah bertugas di bandara Helsinki. Anjing-anjing ini akan mendeteksi bau penumpang yang terinfeksi virus corona.

“Badan Pengawasan Perlindungan Hak Konsumen dan Kesejahteraan Manusia, Institut Pusat Riset Epidemiologi Rospotrebnadzor, Pusat Sains Vector, bekerja sama dengan Aeroflot dan Pusat Medis dan Bedah Nasional Pirogov telah meluncurkan proyek penelitian untuk mengembangkan metode identifikasi cepat noninvasif virus corona dengan bantuan anjing,” demikian informasi tersebut dinyatakan dalam siaran pers Rospotrebnadzor.

Kini, perusahaan aviasi nasional Aeroflot telah mulai melatih anjing-anjing pemandu, tulis siaran pers tersebut.

Kemungkinan menggunakan anjing untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi COVID-19 dengan cepat telah dipelajari oleh sejumlah ilmuwan. Di Jerman, misalnya, saliva atau liur digunakan sebagai sampel analisis. Setelah pelatihan, hewan-hewan ini berhasil menguasai identifikasi sampel pasien pada 94 persen kasus.

Sebagaimanya yang ditunjukkan oleh para ilmuwan, anjing tidak mengidentifikasi infeksi virus corona baru, tetapi proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh manusia. Anjing sendiri bisa terinfeksi virus corona. Anjing pertama di dunia yang mati karena COVID-19 adalah seekor anjing gembala asal AS bernama Buddy. Pemiliknya memperhatikan gejala penyakit tersebut ketika hewan peliharaannya mulai terengah-engah.

Para pakar menyebutkan, hampir semua anjing bisa dilatih menjadi anjing polisi, tetapi ada beberapa ras yang lebih cocok daripada yang lain.