Waktu menunjukkan pukul 23.00, seorang gadis muda dengan jins robek dan kaus keluar dari sebuah gedung apartemen di pinggiran Moskow dan masuk ke Toyota kelabu, di mana seorang lelaki berusia 33 telah menunggu untuk membawanya ke tempatnya. Si lelaki bekerja di bidang teknologi informasi dan memiliki pesona bak aktor Amerika Chris Evans. Lelaki itu memiliki dua anak dari mantan isteri yang sesekali ia rindukan. Sementara, sang gadis sendiri terakhir kali menjalani hubungan serius lebih dari satu setengah tahun lalu. Ia mengakhiri hubungannya setelah mantan pacarnya mencoba melakukan kekerasan fisik.
Pacar barunya memutar musik dengan dentuman bass yang menghentak sebelum mengemudikan mobil ke arah rumahnya. Saat pagi menjelang, dia mengantar si gadis pulang dan berangkat ke tempat mantan isterinya untuk menemui sang mantan dan anak-anaknya. Sementara, sang gadis pergi mandi sebelum membuka aplikasi Tinder untuk mengatur kencan lain untuk malam itu.
"Kami berdua tahu bahwa dia sesekali masih tidur dengan mantan isterinya, dan aku bisa menemukan lelaki lain untuk malam itu — jika suasana hati sedang baik. Kami tidak menyembunyikannya. Namun bagusnya, kami memiliki banyak hal untuk dibicarakan, dan selera kami pun selaras dengan banyak cara. Saya merasa nyaman bersamanya," ujar sang gadis kepada saya. Dia juga mengakui bahwa dia takut pada gagasan menikah, begitu juga halnya dengan sang kekasih — dia takut memikul tanggung jawab baru untuk saat ini.
Sudah lebih dari setahun mereka berdua menjalani hubungan terbuka itu, dan sejauh ini berjalan mulus.
Tentu Tidak, tapi Mungkin Saja!
Tak ada statistik yang tepat untuk menggambarkan keberhasilan dari hubungan terbuka, melainkan hanya dugaan-dugaan semata. Namun satu hal yang pasti, di Rusia hal ini masih disukai. Banyak kebencian yang ditumpahkan di internet — terutama ditujukan kepada para perempuan — ketika sampai pada pembahasan semacam ini.
"Tak mungkin ada hal semacam hubungan terbuka — itu pelacuran," tulis seseorang di sebuah forum wanita. Berdasarkan statistik resmi pada 2018, 69 persen perempuan memiliki sikap negatif terhadap urusan di luar nikah.
Para perempuan yang saya wawancarai terkait hal ini memberikan tanggapan-tanggapan berikut: pertama, jika seorang perempuan diselingkuhi suaminya, artinya dia tak dapat lagi mengandalkannya. Dalam hal ini, memaafkan sebuah perselingkuhan tak lebih baik dari perselingkuhan itu sendiri. Lebih mudah untuk mencari lelaki baru. Kedua, sudah menjadi kebiasaan di Rusia untuk berpendapat bahwa sekali diselingkuhi, Anda pasti akan mengalaminya lagi.
Anastasia, 31, yang memiliki seorang anak perempuan berusia 13 tahun, mengatakan pada saya "Banyak lelaki merapalkan mantra yang sama berulang-ulang, seolah-olah mereka hapal di luar kepala: bahwa mereka mencintai isteri-isteri mereka dan mereka kesepian. Namun pengkhianatan adalah sesuatu yang selalu dilakukan secara sadar. Bagi saya, hal itu melambangkan kebusukan dari jiwa seseorang. Ketika Anda benar-benar mencintai, tak ada tempat untuk yang lain."
Bagi Anastasia, itu adalah tentang kurangnya rasa hormat. Jadi, meskipun memiliki anak, jika pasangan Anda berselingkuh, tinggalkan.
Maria, 26, seorang fotografer dari Moskow, juga mengatakan kepada saya bahwa tinggal dengan seseorang yang berselingkuh darinya adalah sesuatu yang mustahil, akan tetapi, yang cukup menarik, pacarnya menyelingkuhi istrinya untuk berpacaran dengan Maria. Namun itu tak terlalu mengganggunya. Salah satu alasan tampaknya adalah sang pacar menjamin bahwa dia tidak tidur dengan sang isteri.
"Karena saya adalah seorang perempuan yang membanggakan dan mandiri, saya tidak akan pernah memaafkan perselingkuhan, dan akan mengirimnya berkemas. Itu akan menjadi sangat memalukan bagi saya," tegas Maria. "Namun, bukan berarti saya tahu pasti apa yang akan saya lalui nanti, atau bagaimana hubungan kami berjalan. Jadi, saya tak membuat rencana apapun untuk masa depan, lebih mudah hidup seperti itu," jelasnya.
Maria mengaku, dukungan finansial yang berkesinambungan bisa menjadi faktor yang memungkinkannya memaafkan sebuah perselingkuhan, "demi sebuah keberadaan yang nyaman," ia mengistilahkan.
"Itulah mengapa isterinya masih belum mencampakkannya. Namun, bagaimanapun, dia (isteri pacarnya) idiot — dia (pacarnya) bertahan dengannya hanya karena anak," tambah Maria.
Pengecualian
Ada alasan lain mengapa perempuan Rusia bisa memaafkan perselingkuhan. Alena, 27, menceritakan kisahnya kepada saya. Suatu malam di bulan Oktober, ia menemukan sepasang sepatu perempuan yang bukan miliknya tergeletak di lantai saat membuka pintu apartemennya. Seorang perempuan ramping berambut pirang melangkah keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk. Sementara, sang suami berada di kamar tidur. Alena sedang hamil empat bulan saat itu.
"Harus saya akui, saya menyikapinya dengan tenang dan hanya terjadi sedikit pertengkaran malam itu," kenangnya, sembari menambahkan bahwa itu adalah malam terburuk dalam hidupnya. Baru setelah tiga minggu melewati masa depresi dan penggalian diri, dia memutuskan membicarakan hal itu dengan suaminya.
Alena mempertahankan pernikahannya hingga kini. Ia percaya, pengkhianatan pertama benar-benar dapat dimaafkan jika Anda benar-benar mencintai pasangan Anda.
"Dia hanya penasaran bagaimana rasanya tidur dengan wanita lain, emosi apa yang ia rasakan. Lelaki pada akhirnya sering menyadari bahwa lebih baik melakukan dengan isteri, sadar bahwa mereka melakukan kesalahan...hal itu bisa terjadi pada siapa saja," ujar Alena melalui sambungan telepon dengan saya. Terdengar suara bayi menangis dan ketel bersiul menjadi latar percakapan kami.
Dia memutuskan untuk menceritakan kisahnya secara anonim di forum perempuan di internet, dan menuai rentetan kritik negatif: "Anda tak bisa mengandalkannya — kini Anda menuai apa yang telah Anda tabur, karena Anda sepertinya tidak mencintai diri Anda sendiri," bunyi salah satu komentar. "Tidakkah Anda jijik setelah mengetahui apa yang telah dilakukannya?" isi komentar lainnya. Hampir semuanya berisi komentar khas perempuan yang tidak setuju dengan keputusannya. Namun Alena menanggapinya secara filosofis, dan meyakini bahwa orang-orang itu tidak tahu apa-apa tentang perasaan yang sebenarnya.
Tatiana, 24, seorang penjual bunga, juga memaafkan pengkhianatan pacarnya, tetapi bukan karena perasaan yang dimilikinya, melainkan karena takut tinggal sendirian. Dia mengetahui pengkhianatan itu ketika memeriksa telepon sang pacar. Pacarnya mengirim pesan mengucapakan terima kasih pada mantannya untuk malam yang indah dan menawarkan untuk memperbaiki hubungan mereka. Itu terjadi tiga tahun lalu, tapi Tatiana masih berhubungan dengannya hingga kini. Menurutnya, pacarnya meminta maaf dengan bersungguh-sungguh. Selain itu, mereka berdua berbagi uang sewa apartemen Moskow mereka yang tak mampu ditanggung Tatiana sendiri.
“Tentu saja, saya menanggapi perselingkuhan secara negatif. Namun setelah perselingkuhannya, rasanya seperti ada sesuatu yang mati dalam diri saya. Sekarang, saya tidak terlalu peduli. Saya lebih suka jika tidak mengetahuinya. Yang terpenting, dia tidak membicarakannya dengan teman-temannya, karena akan sangat menyakitkan untuk melihat ke mata mereka saat kami muncul bersama di depan umum,” jelasnya. Dia pun mengaku bahwa kini dia tak menentang untuk memiliki teman kencannya sendiri.
Kesalahan Pola Pikir
Wanita cenderung memaafkan perselingkuhan dalam dua situasi, yaitu jika dia tak menganggap itu sebagai sebuah perselingkuhan, atau jika wanita itu tak tahu harus pergi ke mana, kata Margarita Yakobson, seorang psikolog yang memiliki layanan online Helppoint, memberi tahu saya.
Sejak kecil, orang tua Rusia mengajarkan anak perempuan mereka untuk merasa malu karena tidak bisa memenuhi harapan seseorang, ujar Yakobson. Sama seperti seorang ibu merasa bersalah jika anaknya mulai berjalan lebih lambat dari anak-anak lain. Sang ibu bahkan mungkin tidak ingin merenungkannya, atau tidak tertarik untuk mengetahui mengapa itu terjadi, ia akan merasa bahwa itu adalah salahnya, dan meneruskan rasa bersalah itu kepada sang putri. Kemudian, ajaran itu melekat pada sang putri yang akhirnya takut pada ketidakmampuan dalam dapat memenuhi harapan masyarakat.
"Wanita itu cenderung berpikir 'jika dia selingkuh, itu berarti aku tidak cukup baik'. Fakta yang mengatakan bahwa tidak ada hubungannya antara perselingkuhan seorang lelaki dengan perilaku pasangannya, tampaknya tak pernah dihiraukan, jelas Yakobson.
Namun tidak semua orang setuju dengan pandangan itu. Anna Demchenko yang telah menekuni profesi psikolog selama 15 tahun meyakini, kehadiran perempuan lain dalam kehidupan seorang lelaki bukanlah permasalahan utama, melainkan gejala yang timbul dari masalah lainnya.
"Kesalahan terbesar para perempuan dalam menghadapi kasus-kasus perselingkuhan adalah memberikan pengampunan dengan alasan pengkhianatan yang dilakukan pasangannya adalah suatu hal yang menjadi tanggung jawabnya sendiri," Jelas Demchenko. "Sebanyak 35 persen dari waktu praktik saya diisi oleh menganalisa hubungan cinta segitiga. Pasangan-pasangan yang berhasil melaluinya adalah mereka yang sampai pada kesimpulan bahwa kesalahan (baik itu pengkhianatan yang dilakukan lelaki atau perempuan) terletak pada kedua belah pihak.
Kedua ahli berbagi pandangan bahwa pengampunan memang mungkin jika kedua belah pihak bekerja sama memperbaiki keadaan. Si lelaki harus berupaya untuk mendapatkan kepercayaan kembali, dan si perempuan mencari tahu apa yang hilang darinya. Yang terakhir, melupakan yang terjadi. Dengan demikian, kedua belah pihak akan dapat memperkuat hubungan mereka, klaim para ahli.
Kecantikan perempuan Rusia terkenal hingga ke seluruh penjuru muka Bumi. Tak heran, para lelaki dari berbagai belahan dunia ingin memiliki pasangan seorang perempuan Rusia. Namun, perempuan Rusia punya beberapa keunikan, dan Anda harus memahami hal-hal tersebut jika ingin membina hubungan yang harmonis dengan perempuan Rusia. Begini cara merebut hati perempuan Rusia.