Seorang lelaki berdasi mengawasi jarinya yang tak piawai merangkai kata pada papan ketik komputer di sebuah ruang perkantoran yang terbuka. Setelah kata yang diinginkannya terangkai dan sebelum mengalihkan pandangan ke layar monitor, tangannya meraih remote dan menyalakan pendingin udara (AC). Merasakan udara dingin menyeruak dari langit-langit, sang rekan kerja yang duduk di sampingnya segera menyambar remote dari meja dan mematikan AC yang baru saja dihidupkan. Tanpa memalingkan pandangan dari layar, tangan si lelaki berdasi meraba permukaan meja untuk menemukan remote dan kembali menghidupkan AC.
Tak terima, rekan kerjanya kembali mematikan AC untuk kedua kalinya. Hal itu terus berlangsung hingga akhirnya si lelaki berdasi menyalakan AC untuk keempat kalinya dan menjauhkan remote agar sang rekan tak lagi bisa menjangkaunya dan mematikan AC. Belum puas, ia pun menambahkan kipas angin sebagai bonus. Sang rekan yang habis kesabaran mengamuk. Ia menyambar kipas angin dan menghantamkannya kepada si lelaki berdasi. Lelaki berdasi reflek mengelak dan pergulatan pun berlanjut hingga rekan-rekan mereka mencoba melerai kedua kolega tersebut.
Situasi di atas adalah cuplikan video berjudul “Bitva za konditsioner v ofise” (Perang AC di Kantor)”
Meski hanya sebuah parodi yang dibuat oleh salah satu produsen minuman kesehatan, “perang dingin” dalam memperebutkan kenyamanan di kantor tersebut benar-benar terjadi di kehidupan nyata di Rusia (meski tidak sampai baku hantam — setidaknya di kantor Russia Beyond). Beberapa orang memilih menyalakan AC untuk mendinginkan diri, beberapa lainnya membuka jendela, dan ada juga yang menyalakan kipas angin (meski AC menyala).
Berdasarkan temuan Pusat Penelitian situs perekrutan Superjob.ru, AC tak hanya dianggap sebagai penyelamat panasnya udara musim panas, tetapi juga sebagai sumber pertengkaran di antara karyawan di kantor: ada yang kepanasan, ada yang kedinginan, sementara yang lain menderita pilek dan alergi lantaran penggunaan AC yang tidak tepat. Menurut survei yang melibatkan 1.600 pekerja kantoran dari seluruh distrik di Rusia, 31 persen pekerja kantor bertengkar dengan rekan kerja mereka karena AC.
“Bagaimana tidak bertengkar? Ketika hari sangat panas, Anda pasti mau kesejukan, tetapi para penentang AC kemudian mengeluhkan kesehatannya,” ujar salah seorang responden yang bekerja sebagai operator komputer di Moskow. “Berkali-kali, ada yang merasa pengap, pilek atau takut terserang pilek,” kata responden lainnya yang berprofesi sebagai insinyur di Sankt Peterburg.
Saya meminta pendapat rekan-rekan di kantor kami untuk menanggapi masalah ini dan mana yang mereka pilih: membuka jendela atau menyalakan AC. “Menurutku, kita harus membuka jendela untuk mendapatkan udara segar dari luar dan menggunakan AC hanya ketika suhu benar-benar tak tertahankan,” ujar Erwann Pensec. Ia mengaku tak mengerti mengapa beberapa orang lebih memilih menutup jendela pada musim panas ketika ruangan terasa sangat panas, tetapi malah membukanya pada musim dingin, ketika seisi kantor terasa dingin membeku. Sebagai catatan, suhu tertinggi musim panas di Moskow tahun ini (Juni – Agustus) mencapai 31 °C, sedangkan suhu terendah musim dingin (Desember 2018 – Februari 2019) mencapai -20 °C.
Egor Egorov selalu merasa kedinginan ketika AC menyala sehingga lebih memilih untuk membuka jendela, tetapi itu tak berguna ketika cuaca sedang panas-panasnya. “Saya selalu kedinginan — tidak selalu, tetapi hampir selalu ketika AC menyala. Jadi, saya membawa jaket, bahkan saat cuaca panas dan mengenakannya ketika diperlukan. Itu aneh, tetapi tak ada yang bisa Anda lakukan. Saya memilih untuk membuka jendela, tetapi itu tak membantu ketika suhu di luar 30 °C.
Vsevolod Pulya menyampaikan pembelaannya, “Pertama, Tuhan memberi kita udara, kemudian jendela, dan kini AC. Itu adalah evolusi! Saya tidak akan menunggang kuda untuk berpindah dari titik A ke B, tetapi mengendarai mobil. Jadi, pilihan saya adalah AC,” jelas orang nomor satu di kantor kami itu.
Sebagai orang yang lahir dan besar di Indonesia, cuaca panas bukanlah musuh saya, melainkan dingin. Permasalahan yang saya hadapi cukup berbeda. Dalam keadaan AC menyala, Yulia, rekan yang duduk di samping saya menyalakan kipas angin. Untuk beberapa waktu saya bertahan, tetapi akhirnya saya memutuskan untuk membawa jaket dan mengenakannya di kantor. Istri saya sempat heran dan bertanya, mengapa saya membawa jaket di musim panas. Setelah saya jelaskan alasannya, ia pun tak lagi penasaran.
Terkadang, saya meminta Yulia untuk menggeser posisi kipas agar anginnya tidak terlalu mengenai saya. Akhir Juni lalu saya jatuh sakit, dan Yulia berkenan mematikan kipas angin setelah saya minta. Namun itu bukan akhir dari masalah, hari ini, Kamis (31/7), saya memutuskan mengungsi ke tempat lain karena tak lagi kuat menerima embusan angin yang cukup menyiksa. Saya pun mencoba berkomunikasi melalui pesan teks dengan Yulia untuk mencari solusi terbaik, dan akhirnya kami sepakat untuk menempatkan kipas dari belakang sehingga anginnya hanya akan berembus ke arahnya.
Kembali kepada survei, jika hanya 31 persen yang bertengkar artinya lebih banyak yang tidak terlibat dalam konflik “perang dingin”? Betul, Sebagian dari 40 persen responden yang tak bertengkar karena AC berhasil berkompromi dengan rekan kerja mereka — seperti yang saya lakukan dengan Yulia — sedangkan yang lain terselamatkan karena memiliki ruangan terpisah.
“Kenapa harus mengumpat? Jika yang satu kepanasan dan yang lain kedinginan, kami cukup bertukar tempat atau mengarahkan aliran udara dingin sedemikian rupa sehingga semua orang merasa nyaman,” ujar responden yang bekerja sebagai copywriter di Podolsk. “Saya punya ruangan terpisah, jadi tidak ada pertengkaran,” aku responden lainnya, seorang kepala pengarah di Lukhovitsy. Pada gilirannya, 29 persen responden tidak bertengkar karena tidak memiliki AC di kantor.
Sebuah studi yang diterbitkan jurnal PLOS One menunjukkan bahwa suhu ideal untuk perempuan hampir 2 °C lebih tinggi daripada lelaki. Itulah mengapa, biasanya perempuan lebih tak tahan dingin dibandingkan lelaki.
“Perang Dingin” tidak hanya terjadi ketika musim panas saja, melainkan setiap musim. Pada musim dingin misalnya, suhu di luar memang sangat dingin, tetapi di dalam ruangan tetap hangat karena adanya pemanas ruangan. Masalahnya, sebagian orang merasa pengap dan tidak bisa bernapas sehingga memerlukan udara segar. Karena tak satu suara, perang pun akhirnya pecah. Ada yang membuka jendela, ada juga yang menyalakan AC.
“Pertikaian ini benar-benar hal yang sangat serius di Rusia, dan orang-orang rela memperjuangkan haknya mati-matian,” ujar Elizaveta Moskvina. Menurutnya, pertikaian bukan hanya soal mendapatkan kesejukan, tetapi mendapatkan aliran udara segar. “Dengan menyalakan AC atau membuka jendela, sirkulasi udara bisa berjalan,” jelasnya.
Sebagai jalan tengah, kantor kami membuat kesepakatan untuk membuka jendela dan menyalakan AC pada jam tertentu:
“Rekan-rekan yang terhormat, hari ini dan hari-hari berikutnya pada jam 2 siang, jendela akan terbuka selama 10 menit untuk memudahkan kita bernapas dan tak ada yang harus mati lemas karena pengap. Sementara, bagi yang berada di bawah pendingin udara, dapat mengatur AC pada suhu 18 derajat. Saya harap semua orang dapat mengerti. Jika memungkinkan, silakan meninggalkan ruang redaksi selama periode tersebut agar tidak sakit,” bunyi sebuah pengumuman pada musim dingin di milis internal kami.
Manajemen juga mencoba meminta pendapat para karyawan, apa yang mereka rasakan jika semua jendela kantor tertutup:
"Rekan-rekan yang terhormat, saya meminta semua untuk menjawab pertanyaan: Apa yang Anda rasakan jika semua jendela di kantor tertutup?
a) Anda kedinginan
b) Anda kepanasan
c) Anda merasa nyaman
Tolong sampaikan pendapat Anda segera!"
Beberapa tangapan berbeda muncul, di antaranya: “Perlu dibuat polling di Google;” “cukup bagus;” “terpanggang,” dan sebagainya.
Sebenarnya pengaturan resmi suhu kantor di Rusia sudah diatur berdasarkan Peraturan dan Regulasi Sanitasi (SanPiN), yang menyebutkan bahwa suhu optimal di musim dingin adalah 22 – 24 °C, dan di musim panas 23 – 25 °C. Namun, kembali lagi, setiap orang memiliki kriteria kenyamannya masing-masing.
“Perang dingin” tak hanya terjadi di perkantoran, melainkan juga di transportasi umum. Pertarungan membuka dan menutup jendela sering terjadi, mengingat masih banyak kendaraan transportasi umum yang tidak dilengkapi AC. Penumpang yang kepanasan akan membuka jendela untuk mendapat udara segar dan kesejukan. Namun, penumpang yang tidak suka terkena angin tak mau kalah memperjuangkan hak kenyamanan versi mereka.
Dua penumpang bus terseret dalam perang sunyi tak berkesudahan (setidaknya hingga akhir dari video). Keduanya bertarung untuk membuka dan menutup jendela tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam peperangan yang direkam selama empat menit oleh penumpang lainnya itu terlihat, si penumpang lelaki berjuang untuk membuka jendela, sedangkan penumpang perempuan yang duduk di depannya menutup jendela.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengalahkan satu sama lain — menahan kaca kuat-kuat atau menghalangi rel jendela dengan tangan. Namun, ketika “musuh” lengah, mereka kembali melancarkan serangan satu sama lain. Kondektur bus melintas tanpa memedulikan “perang” yang terus berlanjut. Dalam keterangan video disebutkan, kejadian itu terjadi tahun lalu di Nizhny Novgorod, Rusia barat. Tak diketahui siapa yang akhirnya memenangkan perang tersebut karena video terputus sebelum perang berakhir.
Peperangan di transportasi publik tak jarang memanas dan melibatkan kontak fisik, seperti yang terjadi di Kamerovo pada Juni 2017. Seperti yang diberitakan surat kabar lokal Gazeta Kemerovo, video yang muncul di jejaring sosial Vkontakte memperlihatkan perkelahian antara penumpang bus No. 179E di sebelah halte DK Shakhtorov. Salah satu penumpang yang terlibat perkelahian, seorang pemuda bertelanjang dada, menendang penumpang lain yang berada di dalam bus, sementara penumpang kedua memegang kaki penumpang yang ditendangnya. Tak lama, seorang pria keluar dari bus dan mencoba memisahkan para pejuang meski tak berhasil.
“Ketika Anda membuka jendela saat suhu 5.000 °C dan seseorang mengeluh karena terkena embusan angin,” tulis portal berita tvzvezda.ru, mengutip keterangan yang dituliskan pemilik video. Di grup Insiden Kemerovo, seorang pengguna mengatakan, jendela terbuka adalah sumber dari pertikaian itu. Menurut data Pusat Hidrometeorologi Rusia, suhu saat itu 30 °C.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda