Apakah Orang Rusia Rindu dan Menginginkan Kembalinya Tsar?

Peserta Mars Rusia membawa bendera kekaisaran Rusia di saat melakukan aksi Moskow.

Peserta Mars Rusia membawa bendera kekaisaran Rusia di saat melakukan aksi Moskow.

Sputnik
Kekaisaran Rusia telah runtuh lebih dari seabad lalu. Meski demikian, keturunan keluarga kekaisaran masih hidup hingga kini. Dalam peringatan pembunuhan tsar dan keluarganya, lebih dari 100 ribu peziarah berkumpul di tempat pembantaian yang kini dianggap suci. Apakah ini berarti rakyat Rusia masih menghendaki kepemimpinan seorang tsar?

Kaisar terakhir Nicholas II, istrinya Alexandra, dan lima anak, serta lima pelayan mereka semuanya dieksekusi oleh pasukan Bolshevik pada 17 Juli 1918. Setelah ditembak di ruang bawah tanah di Yekaterinburg, tubuh mereka dilemparkan ke kuburan tanpa tanda dan dibakar. Ini menempatkan poin penting dalam sejarah monarki Rusia yang telah berusia berabad-abad, dan pertanyaan untuk kembali ke sana tidak pernah lagi diangkat secara serius.

Tapi inilah paradoksnya. Bahkan setelah eratus satu tahun berlalu, popularitas sang tsar terakhir masih tinggi. Menurut sebuah jajak pendapat pada 2018 oleh VTsIOM, Pusat Penelitian Opini Publik Seluruh-Rusia, masyarakat Rusia cenderung lebih  memilihnya daripada Lenin atau Stalin.  

Berapa Banyak yang Menginginkan Monarki Kembali? 

Hasil survei menunjukkan bahwa orang Rusia mempertahankan kekaguman pada monarki. Tapi bukan itu masalahnya. 

Sebuah bendera dengan potret Tsar Nicholas II dari Rusia terlihat di Lapangan Merah saat perayaan Paratroopers, (2/8/18), di Moskow.

Mereka yang hidupnya tumpang tindih dengan pemerintahan Romanov saat ini sangat sedikit di Rusia, sehingga pengalaman pribadi jelas bukan merupakan faktor dalam sikap monarkis yang ada saat ini. “Saya sudah terpesona oleh sejarah sejak kecil, dan tidak hanya di sekolah. Saya berangsur-angsur menjadi percaya pada monarkisme,” ujar Alik Danielyan, 18,  salah seorang yang memanggil diri mereka sendiri sebagai “raja”,  kepada Russia Beyond pada 2017. Alik menjalankan kelompok “Enklave Monarki” di jejaring sosial populer Rusia VKontakte dengan hampir 14.000 pengikut.

Pada peringatan seabad Revolusi Oktober di 2017, monarki menjadi topik yang populer di Rusia, dan menyebabkan beberapa argumen yang memanas (meskipun tidak sepanas yang terjadi pada 1917). Namun topik itu tidak ada kaitannya dengan peringatan seabad revolusi atau pembunuhan keluarga kekaisaran, melainkan pertempuran sengit antara Wakil Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) Natalia Poklonskaya dan pembuat film  Matilda  tentang hubungan cinta Nicholas II dengan Balerina Kshesinskaya. Menurut Poklonskaya , film itu "menghujat" (karena Nicholas II dianggap sebagai orang suci) dan “mencemarkan” keluarga kerajaan. 

Pengunjuk rasa di Simferopol menentang film Matilda

Seperti yang ditunjukkan oleh jajak pendapat lain , orang-orang seperti Alik yang mendukung pemulihan monarki merupakan 8 persen dari populasi Rusia. Untuk 19 persen responden, itu tergantung pada siapa yang akan mengenakan mahkota. Sedangkan 66 persen lainnya dikategorikan menentang kembalinya monarki. Sebagaimana dicatat oleh Ilmuwan Politik Fyodor Krasheninnikov: "Setelah 70 tahun propaganda Soviet di Rusia, monarki masih dianggap sebagai kediktatoran otokratis, dan sama sekali tidak seperti apa yang dianggap sebagai monarki di Eropa." Selain itu, sebagian besar orang Rusia  percaya  bahwa penggulingan monarki itu "bukan kerugian besar" bagi negara. 

Apa Sikap Orang Rusia terhadap Pembunuhan Keluarga Kerajaan? 

Sisa-sisa keluarga kerajaan dimakamkan secara resmi pada Juli 1998 (tidak termasuk Pangeran Alexei dan saudara perempuannya Maria, yang masih berada di Arsip Negara Rusia). Pemakaman kenegaraan dihadiri oleh Presiden Boris Yeltsin saat itu, yang menggambarkan pembantaian itu sebagai "salah satu halaman paling memalukan dalam sejarah kita." Ia juga menambahkan bahwa pihak yang bersalah adalah "mereka yang melakukan kekejaman ini dan mereka yang membenarkannya selama beberapa dekade sesudahnya."  

Hanya 3%  dari populasi Rusia yang berpendapat bahwa eksekusi keluarga kerajaan adalah pembalasan yang adil karena kesalahan kaisar. Pada tahun 2000, Gereja Ortodoks Rusia mengkanonisasi (menyatakan seseorang yang telah meninggal sebagai orang suci) Romanov yang dibunuh sebagai martir, setelah itu seluruh ritual penghormatan dan ziarah mereka muncul. Gereja dibangun di situs Rumah Ipatiev, tempat pembantaian terjadi, dan Ganina Yama ("lubang Ganya") di Yekaterinburg, tempat mayat-mayat dibakar. Pada tahun 2018, lebih dari seratus ribu orang beriman datang tak hanya dari seluruh Rusia, melainkan juga dari Ukraina, Prancis, Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru dan tempat lainnya untuk memberi penghormatan. Banyak dari mereka berdoa sepanjang malam, berlutut di rumput atau langsung di aspal. Sebagian bahkan menangis.

Tetapi apa hubungan semua ini dengan monarki saat ini? Tidak sama sekali, menurut beberapa sejarawan. "Di Yekaterinburg, di mana peristiwa terbesar yang menandai seratus tahun kematian Romanov sedang diadakan, Romanov adalah martir suci yang dihormati oleh para peziarah yang setia, dengan hampir tidak ada rujukan pada politik, kebijakan, atau ideologi," tulis Ala Creciun Graff , mahasiswa PhD sejarah di Universitas Maryland. Kanonisasi mereka mengubah Romanov dari tokoh-tokoh politik menjadi tokoh agama, yakni sebagai simbol keimanan. Selain itu, salah satu syarat untuk kanonisasi adalah Romanov sebagai orang suci tidak boleh lagi digunakan dalam arena politik.

Di mana Keturunan Romanov yang Masih Hidup?

Anggota keluarga Romanov masih banyak hingga hari ini. Sebagian besar tersebar di Eropa Barat dan Amerika Serikat, mereka terutama berasal dari empat putra Kaisar Nicholas I. Saudara perempuan dari Nicholas II yang terbunuh, Xenia Alexandrovna misalnya, ia kini menetap di Frogmore Cottage, tidak jauh dari Kastil Windsor yang kini ditempati oleh Pangeran Harry dan Meghan Markle. Xenia mengatakan, bahkan jika tahta Rusia masih ada, tidak ada keturunan Romanov yang berhak mengklaimnya (inilah sebabnya).

Maria Vladimirovna dalam pameran interaktif

Meskipun demikian, mereka sering mengunjungi Rusia, terutama pada hari peringatan eksekusi keluarga kerajaan, dan mendukung kebijakan Vladimir Putin. "Ini masalah prinsip bagi kita untuk tidak mengambil bagian dalam politik,"  kata  Kepala Rumah Kekaisaran Romanov Rusia (organisasi di mana mayoritas perwakilan Romanov bersatu yang terdaftar di Swiss) Adipati Agung Maria Vladimirovna. Dia juga menyatakan, Rumah Romanov menentang restitusi, dan tidak meminta pengembalian harta milik nenek moyang mereka. Putranya, Adipati Agung Georgiy Romanov,  “memegang “ posisi resmi di perusahaan metalurgi terbesar di dunia, Rusia Norilsk Nickel, sebagai penasihat CEO dan mewakili kepentingan perusahaan di Uni Eropa dari 2008 hingga 2014.

Revolusi Februari 1917 berhasil menjatuhkan Dinasti Romanov yang pernah berkuasa 200 tahun dan mengakhiri sistem monarki di Rusia untuk selamanya. Inilah segala hal yang perlu Anda ketahui tentang Revolusi Rusia

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki