Anda mungkin pernah melihat grup musik Pussy Riot tampil dengan mengenakan balaclava warna-warni mereka. Namun, sepertinya tak ada yang mengira bahwa “facekini” akan menarik minat masyarakat umum. Ketika balaclava tiba-tiba muncul di ajang mode ternama tahun ini, itu tampak sama sekali tak masuk akal. Namun, tren ini bahkan telah menciptakan sebuah klub penggemar.
Alina Yesenina, seorang perancang muda dari Sankt Peterburg, mempersembahkan sebuah lookbook (koleksi foto yang disusun untuk memamerkan model, gaya busana, gaya rambut, fotografer, hingga clothing line) baru berisi balaclava dan aksesori tak umum lainnya yang menghebohkan.
Sebelumnya, Yesenina telah menghasilkan sejumlah koleksi wanita, tetapi justru secara eksklusif menyasar para pria. Model-model prianya mengenakan topi merah muda, berpose dengan gaun, dan menanggalkan pakaian untuk pemotretan.
“Orang-orang berhak memakai apa pun yang mereka mau. Genderisasi pakaian adalah bentuk arkaisme. Sayangnya, orang-orang masih mengalami kekerasan verbal atau fisik karena warna rambut atau memakai sesuatu yang ‘salah’,” kata sang perancang.
Untuk proyek terbarunya, dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda dari keluaran sebelumnya. Hasilnya, sebuah koleksi yang menampilkan model dengan tato bertuliskan “masa depan cerah” berdiri di depan rak yogurt dengan balaclava yang menutupi wajahnya dan model lain yang mengenakan topi bertuliskan “saya putri seorang kolonel FSB” membawa sebuah keranjang peuh kubis di sebuah lorong belanja.
Pemotretan itu berlangsung di sebuah toko sungguhan di Sankt Peterburg. “Sulit untuk menemukan toko yang mengizinkan kami melakukan pemotretan eksentrik semacam itu,” kata Yesenina. “Pemotretan itu bisa terjadi berkat seorang kenalan (dan sekaligus model lookbook Yesenina), balerina Teater Hermitage Alisa Poturaeva.” Itulah awal seluruh kegilaan ini, ketika Anda tak lagi tahu di mana Anda berada atau apa yang Anda lakukan, katanya menjelaskan.
Koleksinya antara lain meliputi balaclava berbulu, topi bulu, kerudung dengan pil, dan ikat kepala dengan bunga buatan. Sekarang, mari kita lihat apakah kita bisa memakainya tanpa merasa aneh — setidaknya dengan memakai balaclava, tak akan ada yang mengenali diri kita.
Romantisme antara Adidas dan Rusia bermula pada era Uni Soviet. Kala itu, tak ada seorang pun yang menduga bahwa Adidas akan menjadi ciri khas dunia kriminal Rusia.