Tiga Pesawat Unik Buatan Rusia yang Terlupakan

Pashkovsky/Sputnik
Pesawat-pesawat ini seharusnya dapat mengubah citra industri aviasi negara, tetapi malah terlupakan gara-gara perang dan krisis ekonomi.

Di samping pesawat Amerika dan Prancis, pesawat Soviet dan Rusia dianggap sebagai yang terbaik di dunia. Sepanjang abad ke-20, insinyur-insinyur Rusia mengembangkan banyak proyek prospektif yang dapat mengubah citra penerbangan di seluruh dunia, bahkan menjadi bisnis yang menjanjikan

Namun, karena berbagai alasan, termasuk perang dan stagnasi ekonomi yang dialami Rusia kala itu, proyek-proyek tersebut tak pernah diproduksi massal.

Inilah tiga proyek pesawat paling menarik yang mungkin belum pernah Anda dengar sebelumnya.

Su-47

Jet tempur ini muncul pada akhir 1990-an dan seharusnya bisa saja menggantikan jet tempur generasi kelima Su-57 Rusia (klik di sini untuk membaca segala hal tentang pesawat tempur tersebut).

Su-47 dianggap sebagai salah satu pesawat paling takbiasa di dunia. Keunikan pesawat ini terletak pada konfigurasi sayap sapunya yang ke depan (swept forward wing). Desain semacam itu ternyata meningkatkan kemampuan pengendalian pesawat pada kecepatan rendah, sementara karakteristik lepas landas dan mendaratnya mengurangi visibilitas pada radar serta meningkatkan efisiensi aerodinamis jet tersebut.

Namun keunikannya itu justru yang menjadi alasan mengapa pesawat tersebut tidak diadopsi oleh militer.

“Pesawat itu terlalu mahal dan tidak cocok untuk diproduksi massal. Untuk membuat sayap sapu ke depan ini, Anda perlu menggunakan bahan komposit serat karbon yang mahal. Jadi, militer mempertimbangkan untuk menunda proyek tersebut hingga masa yang ‘lebih baik’, apalagi pada pada akhir 1990-an negara kekurangan dana, dan, Sukhoi kemudian meluncurkan proyek Su-57 sehingga semua orang melupakan jet sebelumnya,” kata Viktor Murakhovsky, Pemimpin Redaksi Arsenal Otechestva.

Namun demikian, pesawat itu sempat digunakan untuk menguji teknologi yang kemudian diterapkan pada jet tempur Su-57.

“Sukhoi menguji teknologi sayap siluman dan penempatan senjata di dalam badan pesawat untuk mengurangi visibilitas pesawat pada radar. Keduanya telah dimodernisasi dan sekarang digunakan pada jet tempur generasi kelima Su-57,” ungkap sang ahli.

Jet Bisnis S-21

Pesawat jet bisnis supersonik Sukhoi S-21 menjadi tolok ukur kemajuan teknis pada 1980-an. Kini pun, pesawat yang unggul dalam segala hal ini bahkan terlihat seperti pesawat alien dari masa depan dan dapat memenangkan ceruk pasarnya. Sayang, pesawat itu tidak pernah berproduksi meski dibiayai oleh investor swasta.

“Dahulu, S-21 adalah salah satu prototipe jet bisnis supersonik komersial pertama di pasar. Sukhoi bisa saja berpartisipasi dalam segmen ini bertahun-tahun yang lalu,” kata Murakhovsky.

Menurutnya, alasannya sama dengan Su-47: uang.

“Setelah Uni Soviet runtuh, militer Rusia benar-benar tidak punya uang untuk membayar perwira dan tentaranya, bahkan insinyur-insinyurnya. Jadi, menginvestasikan jutaan dolar untuk pengembangan pesawat sama sekali tak memungkinkan. Situasi baru membaik pada tahun 2000-an setelah harga minyak dan gas naik dan Moskow memulai program akuisisi dan pengembangan senjata senilai miliaran (dolar),” sebut sang pakar tersebut.

Salah satu program tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Moskow menginvestasikan sekitar 300 miliar dolar untuk pengembangan dan akuisisi senjata hingga 2027. Uang ini akan digunakan untuk membuat sistem strategis, penerbangan, dan sistem berbasis darat baru, serta digunakan untuk persenjataan kembali pasukan secara menyeluruh.

Klik di sini untuk mengetahui senjata baru apa yang akan diperoleh militer Rusia sepanjang tahun ini.

Pesawat pertama di dunia dengan senjata pada sayap

Pesawat BB-21 muncul pada akhir 1930-an. Itu adalah pesawat pertama di dunia dengan senjata terpasang pada sayapnya.

“Sebelumnya, pesawat hanya menggunakan senapan mesin di depan atau di belakang kokpit. Sekarang, para insinyur Soviet menghadirkan monoplane (pesawat sayap tetap dengan satu set utama permukaan sayap) dengan meriam yang dikendalikan dari jarak jauh pada sayapnya,” kata sang pakar menjelaskan.

Proyek ini diadopsi oleh militer, tetapi tidak dapat direalisasikan dan diproduksi secara massal karena Uni Soviet diserang oleh militer Jerman pada 1941 dan semua fasilitas produksi harus dialihkan ke produksi pesawat Yak-1. Secara teknis, pesawat itu sebetulnya lebih rendah dan memiliki daya tembak yang lebih rendah, tetapi Uni Soviet tidak punya pilihan.

BB-21 seharusnya dipersenjatai dengan dua senapan kaliber tinggi dan dua senapan mesin pada masing-masing sayap. Pesawat itu juga memiliki senapan mesin di bagian belakang untuk mempertahankan pesawat selama pertempuran udara dan serangan dari belakang.

Pesawat ini bisa mencapai kecepatan hingga 400 km/jam dan terbang di ketinggian hingga 6.650 meter, yang merupakan terobosan yang cukup bagus pada akhir 1930-an.

Selanjutnya, pesawat-pesawat ini merupakan mahakarya abad ke-20 dan telah membuktikan keunggulannya dalam banyak konflik militer. Bacalah selengkapnya!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki