Media menyebutkan bahwa sistem RB-341V Leer-3 dan pesawat udara nirawak Orlan dikerahkan di antara unit-unit bersenjata di Alma Ata dan Nur Sultan. Sistem peperangan elektronik memungkinkan pasukan militer untuk mendeteksi lokasi teroris dan mengganggu arus komunikasi mereka sehingga mencegah koordinasi di antara detasemen ekstremis.
Sistem RB-341V Leer-3 untuk kali pertama dipamerkan ke publik pada 2015 silam selama pameran Hari Inovasi Distrik Militer Selatan. Leer-3 itu sendiri merupakan kompleks teknologi lengkap dengan kendaraan komando yang dibuat berdasarkan model KamAZ-5350.
Selain alat komunikasi, sistem ini juga memiliki platform untuk meluncurkan droneOrlan-10. Drone dengan berat lepas landas 18 kilogram dan lebar sayap lebih dari tiga meter tersebut dapat terbang dengan kecepatan antara 70—130 kilometer per jam (tergantung pada modifikasi). Untuk kebutuhan peperangan elektronik, pesawat nirawak itu dapat mengangkat muatan seberat 2,5 kilogram ke angkasa.
Pemancar Leer-3 dapat mengganggu pengoperasian koneksi seluler GSM dengan mengirimkan sinyal yang meniru BTS “palsu” dengan prioritas dan kekuatan tertinggi dari sinyal yang ditransmisikan. Radius zona pemblokiran koneksi seluler dapat mencapai enam kilometer, dan pesawat nirawak yang membawa peralatan ini memiliki jangkauan hingga 200 kilometer.
Selain itu, perangkat tersebut juga dapat mengirim pesan SMS massal dan melakukan pengawasan dengan mendeteksi titik dari mana sinyal GSM dikirim, dan mengirimkan data ke regu artileri untuk melepaskan tembakan. Awak sistem Leer-3 terdiri dari lima anggota.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda