Lakukan Uji Coba Internet Berdaulat, Apakah Rusia Hendak Mengisolasi Diri seperti Tiongkok?

The Wachowskis/Warner Bros., 1999
Sejak 2019, kota-kota di seluruh Rusia telah menguji sejumlah cara untuk memutuskan sambungan segmen internet Rusia (dikenal sebagai Runet) dari jaringan global yang lebih luas. Sebagian besar pengujian tersebut tidak dirasakan pengguna internet, bahkan baru diketahui secara luas setelah fakta tersebut diumumkan. Inilah yang Rusia lakukan untuk menyiapkan “internet yang berdaulatnya” sendiri, yang sama sekali berbeda dari Tembok Api Besar (GFW) Tiongkok.

Apa yang sedang diuji?

Dari 15 Juni hingga 15 Juli 2021, Rusia mengadakan serangkaian latihan untuk menguji pengoperasi Runet, lapor surat kabar RBC, mengutip kelompok kerja keamanan informasi organisasi nirlaba otonom, Ekonomi Digital.

Semua operator telekomunikasi utama Rusia (MTS, Tele2, Beeline, Megafon, serta Rostelecom, Transtelecom, dan ER-Telecom Holding) berpartisipasi dalam uji coba yang, menurut narasumber, bertujuan untuk memeriksa apakah Runet tetap dapat beroperasi jika sewaktu-waktu diserang oleh negara yang bermusuhan. Sumber lain mengatakan kepada RBC bahwa “kemungkinan untuk memutuskan segmen Rusia dari jaringan internet global telah diuji.”

Bagaimanapun, ini bukan uji coba pertama. Pada Desember 2019, sejumlah uji coba terbuka dilakukan di Moskow, Rostov, Vladimir, dan kota-kota Rusia lainnya supaya operator telekomunikasi dan lembaga-lembaga pemerintah dapat memeriksa tingkat perlindungan data pribadi pelanggan seluler, serta jaringan perusahaan energi dan keuangan, dan peralatan teknologi informasi, terhadap ancaman eksternal, termasuk peretasan. Tak hanya itu, uji coba itu juga hendak menilai apakah Rusia dapat mencegat lalu lintas (traffic) dan pesan teks, dan menentukan lokasi pelanggan.

“Hasil uji coba menunjukkan bahwa, secara umum, baik pemerintah maupun operator telekomunikasi Rusia siap untuk merespons risiko dan ancaman yang muncul, dan memastikan operasi internet dan jaringan telekomunikasi yang stabil di seluruh negeri,” kata Wakil Menteri Pengembangan Digital, Komunikasi, dan Media Massa Aleksey Sokolov saat itu.

Pengujian tersebut sebetulnya hendak dilakukan pada 2020, tetapi ditunda karena pandemi.

Mengapa memutuskan sambungan dari internet global?

Massa dari Partai Libertarian Rusia (LPR) berunjuk rasa menentang tindakan pemerintah di bidang pengaturan industri Internet.

Pada Oktober 2017, setelah tiga serangan peretas yang memengaruhi Rusia dan sejumlah negara lain, Presiden Vladimir Putin menyerukan peningkatan keamanan Runet pada pertemuan Dewan Keamanan Rusia.

“Intrusi eksternal dan kebocoran dokumen elektronik di bidang pertahanan, administrasi publik, infrastruktur pendukung kehidupan, dan keuangan dapat memiliki konsekuensi yang paling parah … keamanan dan stabilitas infrastruktur segmen Internet Rusia harus ditingkatkan,” kata Presiden.

Setahun kemudian, pada Desember 2018, sekelompok senator Dewan Federasi dan perwakilan Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) tentang pengoperasian Runet secara otonom, yang kemudian dikenal secara beragam sebagai RUU Perlindungan Runet, RUU Runet yang Berdaulat dan RUU Isolasi Runet. Sebuah catatan penjelasan menyatakan bahwa RUU tersebut memperhitungkan tuduhan peretasan terhadap Rusia dan Strategi Siber Nasional AS yang diadopsi pada September 2018, yang, menurut para senator, menyatakan kembali prinsip “perdamaian melalui kekuatan”.

Inti dari RUU tersebut adalah menciptakan infrastruktur dalam negeri yang memungkinkan Runet untuk terus bekerja sekalipun jika Rusia terputus dari jaringan global.

RUU itu juga menetapkan bahwa pengawas komunikasi Rusia Roskomnadzor dan operator-operator telekomunikasi akan mengontrol data yang dipertukarkan oleh pengguna Rusia dan, jika perlu, tidak mengirimkannya ke luar negeri dan menonaktifkan traffic jika ada upaya mengakses situs-situs web tertentu dengan informasi terlarang.

Sebuah klausul terpisah mengatur agar latihan tahunan tersebut dilakukan oleh badan-badan pemerintah yang ahli di bidang teknologi informasi dan operator-operator telekomunikasi.

Sebelum ditandatangani, RUU tersebut berulang kali dikritik, terutama oleh para operator dan perusahaan besar teknologi informasi. Menurut mereka, aturan semacam itu dapat menyebabkan gangguan dalam layanan komunikasi dan Internet. RUU itu juga dikritik oleh organisasi internasional Reporters Without Borders yang menyatakan bahwa hukum tersebut dapat memungkinkan Rusia untuk memutus aliran informasi digital kapan pun.

Tak hanya itu, sejumlah pakar pemerintah bahkan mengkritik RUU tersebut. Menurut mereka, bahaya yang digambarkan RUU tersebur sama sekali tidak menimbulkan ancaman nyata. Namun demikian, Vladimir Putin menandatangani RUU tersebut pada Mei 2019 dan resmi berlaku mulai 1 November pada tahun yang sama.

“Sebagian besar peladen (server) berlokasi di luar negeri … dengan berasumsi bahwa server ini, secara teoretis, dimatikan, atau operasinya dihambat, kita harus memastikan Runet tetap dapat berjalan. Sebenarnya, inilah tujuan undang-undang tersebut. Hanya ini. Tidak ada rencana pembatasan apa paun,” kata Putin menanggapi kritik terhadap undang-undang tersebut pada Juni 2019.

Bagaimana cara kerja Runet yang berdaulat?

Semua operator memasang peralatan khusus untuk memastikan jika sewaktu-waktu Rusia harus melepaskan diri dari jaringan internet global, pertukaran data di dalam negeri tidak akan terganggu.

Roskomnadzor bermaksud mendirikan pusat kendali untuk memantau peralatan ini dan kemungkinan ancaman eksternal.

Jika aktor-aktor siber mencoba memutuskan Rusia dari jaringan global, mengganggu komunikasi seluler, akses internet masyarakat, atau menyasar infrastruktur teknologi informasi yang strategis, Roskomnadzor akan mengambil alih kendali traffic internal.

Sebagaimana yang diuraikan dalam situs web Duma Negara, traffic akan dikelola dengan bantuan internet exchange point (IXP) khusus, yaitu sebuah infrastruktur fisik tempat operator, ISP, jaringan pengiriman konten, perusahaan web, perusahaan hosting, dan penyedia layanan awan terhubung secara lokal.

Selain itu, regulator akan dapat memblokir secara independen situs-situs web yang dilarang di Rusia tanpa menghubungi operator dan penyedia terkait (tugas tersebut saat ini dilakukan atas permintaan Roskomnadzor). Pada saat yang sama, situs web Duma Negara menggarisbawahi bahwa undang-undang tersebut tidak dirancang untuk memblokir jejaring sosial dan platform layanan berbagi video, seperti Twitter, YouTube, dan Facebook. Namun, bagaimana tepatnya sistem ini dapat membuat situs asing yang populer tetap aktif dan berjalan ketika Rusia terputus dari jaringan internet global masih belum terjawab.

Bagaimanapun, Roskomnadzor tak sekadar gertak sambal jika layanan asing tak mematuhi hukum Rusia. Pada Maret 2021, Roskomnadzor memperlambat Twitter karena platform media sosial tersebut gagal menghapus konten terlarang. Menurut RBC, tindakan tersebut dilakukan berkat bantuan peralatan yang sama yang dipasang untuk mematuhi undang-undang Runet yang berdaulat. Pada Mei 2021, Roskomnadzor mencabut sebagian pembatasan pada Twitter.

Secara teknologi, Rusia sudah mampu memutuskan sambungan dari jaringan global, kata Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, pada Februari 2021. Namun, menurut operator seluler, peralatan yang sudah tidak berfungsi harus dinonaktifkan sementara pada Maret 2021 guna mengoperasikannya kembali. Lebih lanjut, Kementerian Komunikasi Rusia secara berkala mengajukan persyaratan baru untuk modernisasi peralatan yang juga dapat menyebabkan penurunan kualitas komunikasi, kata MTS.

Pada saat yang sama, ketidakpatuhan terhadap peraturan pemerintah sama sekali bukan pilihan: Operator dapat didenda hingga satu juta rubel (sekitar Rp194,5 juta) untuk pelanggaran pertama, dan hingga tiga juta (sekitar Rp583,6 juta) untuk yang kedua.

Apakah Rusia akan terisolasi seperti Tiongkok?

Penumpang Metro Moskow menggunakan Wi-Fi gratis.

Tidak, tetapi orang-orang sebaiknya jangan telanjur senang.

Perbedaan utama antara Runet yang berdaulat dan Tembok Api Besar Tiongkok terletak pada arsitekturnya, kata Mikhail Klimarev, direktur eksekutif organisasi nirlaba Internet Protection Society, dalam sebuah artikel di Znak.com.

Di Rusia, sistem penyaringan dan manajemen traffic dipasang di sisi operator telekomunikasi, sementara di Tiongkok, teknologi pengendali itu terletak di “perbatasannya” dengan seluruh dunia. Facebook dan jejaring sosial populer lainnya tidak berfungsi di Tiongkok, tetapi internet akan tetap berfungsi di negara itu sekalipun sistem penyaringan rusak. Di sisi lain, Rusia akan menghadapi downtime ‘waktu henti’ yang tak terduga di seluruh negeri.

“Memutuskan sambungan Google akan menghantam 30 persen dari semua situs web Rusia ... ekonomi akan terpukul di sektor yang tidak kita duga. Apa pun bisa gagal: sistem medis atau sistem kontrol pipa gas, itu semua tidak bisa diprediksi,” kata Klimarev.

Pendapat yang sama ditegaskan oleh Dmitry Medvedev pada Februari 2021. Menurutnya, otonomi Runet akan menimbulkan masalah besar.

“Ini akan memakan waktu cukup lama. Namun, pada prinsipnya, otonomi operasional Runet dapat dipulihkan atau diciptakan,” kata Medvedev, seraya menekankan bahwa itu “tidak akan mudah atau dirapkan.”

Rusia memang memiliki beberapa fasilitas otomatis yang dapat diserang. Lantas, bagaimana negara ini melindungi infrastruktur strategisnya dari serangan siber?

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki