AK masih menjadi satu-satunya senapan serbu yang mampu berfungsi dalam segala kondisi, seperti di gurun, badai salju, hujan tropis, atau setelah debu berat. Kelebihan ini telah menjadikannya sebagai senjata pilihan banyak tentara di seluruh dunia.
Saya bertanya kepada perwakilan dari Kalashnikov Concern, bagaimana mereka menciptakan senjata yang begitu unik pada 1947, dan mengapa senjata itu tetap menjadi senjata terandal lebih dari 70 tahun setelah kelahirannya.
“Ada beberapa alasan mengapa AK menjadi salah satu senapan serbu yang paling bisa diandalkan. Alasan pertama adalah sistem pengujian dan evaluasi senjata Rusia. Senjata ini dibuat setelah Perang Patriotik Raya (Perang Dunia II) dengan menganalisis pengalaman perang itu. Alhasil, persyaratan baru untuk senjata kecil pun ditetapkan. Sejak saat itu, keandalan senjata menjadi prioritas utama. Jika senjata api tidak berfungsi di lingkungan tempatnya digunakan, maka sisanya tak lagi penting," jelas Kepala Departemen Kerja Sama Teknik-Militer Kalashnikov Concern Vladimir Onokoy.
Menurutnya, persyaratan yang diberlakukan telah meningkat dan disesuaikan dari waktu ke waktu. Misalnya, saat ini, selain senjata, sistem pembidik elektroniknya juga harus menjalani pengujian.
“Alasan kedua adalah kualitas produksi dan banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh para insinyur desain pada AK generasi baru. Mereka meneliti, menguji, dan membahas setiap detail. Hasilnya, ketika AK buatan Rusia diuji bersama dengan replika AK yang dibuat di negara lain, hanya AK Rusia yang lulus tes,” ujar Onokoy.
Pada tahun 2020, saya secara pribadi mengunjungi salah satu fasilitas tempat para insinyur militer menguji senjata untuk mengetahui apakah sistem senjata itu memang mampu beroperasi di lingkungan paling keras di seluruh dunia.
Pabrik ini terletak di pinggiran kota Moskow dan memiliki sejumlah ruangan yang bisa menirukan badai gurun dan salju, serta hujan tropis di antara cuaca ekstrem lainnya. Secara harfiah, cuaca tempat-tempat paling keras di dunia yang berpotensi menjadi tempat senapan itu digunakan.
Ada sejumlah tes yang dijalankan secara berturut-turut. Pada awalnya, para insinyur memanaskan senapan hingga suhu 60 derajat Celcius dan kemudian membawanya ke "gurun" — ruangan tempat teknologi terbaru meniru badai gurun agar pasir menyumbat mekanisme senapan. Selanjutnya, seorang insinyur membawa senjata itu ke arena tembak yang berdekatan untuk mengetahui apakah senjata itu mampu beroperasi atau tidak. Menurut para insinyur, banyak senapan serbu dari seluruh dunia mulai tidak berfungsi pada tahap ini.
Setelah itu, senapan dibawa ke ruang tropis, tempat hujan deras membasahi pasir sehingga membuatnya lebih kental dan biasanya membuat bagian bergerak dari senapan menjadi macet. Jika masih mampu beroperasi dalam kondisi seperti itu, senjata lalu dibawa ke ruang terakhir dengan suhu di bawah nol, yang akan menyebabkan air, debu, dan kotoran di dalamnya membeku sehingga melumpuhkan bagian senapan yang bergerak.
Setelah melewati semua tes berturut-turut tersebut barulah senjata itu dapat dibawa lebih jauh ke tes menembak dan dipertimbangkan untuk digunakan dalam layanan militer Rusia.
AK melewati tes-tes tersebut tanpa masalah. Menurut Onokoy, itu semua karena fitur desainnya yang membedakan senapan itu dari kompetitor langsungnya di Amerika, Jerman, Ceko, dan Israel.
“Desain AK memastikan keandalan dengan pembersihan yang memungkinkan pasir dan puing-puing berakhir di bagian bawah badan senjata sehingga tidak akan mengganggu aksi penembakan. Sementara, sistem gas disesuaikan untuk memastikan kecepatan yang cukup dari bagian senapan yang bergerak untuk menjaga senjata tetap beroperasi di lingkungan apa pun,” jelas sang pakar.
Seperti yang dikatakan mantan penembak jitu FSB Ivan Alekseev kepada saya, AK memiliki bagian bergerak yang minim. Senjata ini memiliki desain sederhana yang bekerja dengan peningkatan dorongan mekanisme pembuangan yang melumpuhkan semua debu dan kotoran dari senjata.
“Kotoran tidak menempel pada sasis dan bagian-bagian kecil seperti yang dialami pada senapan otomatis Amerika dan Jerman, yang mencegahnya bekerja dalam kondisi sulit. Orang-orang asing mungkin memiliki senjata yang lebih unggul secara teknis dan berpresisi tinggi, tetapi senjata kita diasah untuk seseorang yang tidak pernah memegang senjata dan mampu menanganinya dalam situasi apa pun,” jelas Onokoy.
“Mereka tidak menjadikan senapan serbu mereka tahan terhadap kotoran karena tidak mempertimbangkan penggunaan senjata mereka untuk melakukan penyergapan musuh di rawa. Amerika dan Eropa mempersiapkan senapan mereka untuk perang masa depan dengan operasi yang teliti dan konflik pada malam hari. Sementara, komando militer kita percaya bahwa masih akan ada konflik seperti yang terjadi pada Perang Dunia (PD) II — infanteri harus duduk di parit dan mengalami serangan secara terbuka. Ini adalah dua jenis peperangan yang berbeda dan mereka membutuhkan sistem senjata yang berbeda,” kata Alekseev.
Dia mengingat pengalamannya dalam “tes penyiksaan” sebuah M-16 dan AK-74. Menurutnya, M-16 mulai tidak berfungsi setelah menembakkan enam magazen berturut-turut, sementara AK-74 Soviet masih mampu menembak.
“Saya tidak tahu, siapa yang perlu menembakkan 200 peluru tanpa henti dari senapan serbu dalam situasi pertempuran nyata. Namun, senapan kita akan tetap beroperasi dalam situasi seperti itu,” sombong Alekseev.
Dia juga mengatakan, tentara Amerika dan Eropa memiliki sistem pasokan yang lebih baik. Jika beberapa senjata tidak bekerja, unit pasokan mereka akan segera menyediakan senjata baru.
“Pada saat yang sama, Rusia menciptakan senjata mereka untuk bekerja selamanya dengan mengorbankan akurasi dan kemungkinan menggunakan perlengkapan tambahan senjata. AK jelas merupakan senjata massal tentara terbaik, sedangkan senjata Amerika dan Eropa jelas lebih baik untuk operasi yang mengedepankan ketepatan,” pungkasnya.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda