Rusia Mulai Uji Persenjataan Drone Altius

Kementerian Pertahanan Rusia/Sputnik
Ini akan menjadi drone pertama yang mampu menghancurkan musuh dengan peluru kendali dan bom luncur berdaya ledak tinggi.

Pada pertengahan tahun ini, prototipe drone pengintai dan penyerang Altius memulai serangkaian uji coba persenjataan.

Rencananya, seluruh persenjataan drone itu, termasuk rudal presisi tinggi, akan diuji.

Nantinya, Altius diharapkan dapat menghancurkan berbagai macam target, seperti tank, kendaraan lapis baja ringan, pasukan angkatan darat, serta alat-alat penghancur, termasuk artileri. Sebelumnya, drone ini telah diuji untuk menjatuhkan bom jatuh bebas (free-fall bomb).

Spesifikasi

Menurut data dari sumber terbuka, drone Altius (disebut juga Altair) telah dikembangkan oleh Biro Desain Kazan Simonov sejak 2011 atas perintah Kementerian Pertahanan Rusia. Uji coba penerbangannya dimulai pada musim panas 2016.

“Dua tahun lalu, ia melakukan penerbangan pertamanya. Penerbangan berlangsung di salah satu lapangan terbang uji pada ketinggian hingga 800 meter dan berlangsung selama 32 menit. Seluruh sistem kompleks bekerja dalam mode normal. Pada saat yang sama, militer menyatakan bahwa drone itu mampu melakukan seluruh tugas pengintaian menggunakan sarana optik, radio-teknis, dan radar serta bertahan di udara selama lebih dari satu hari,” kata mantan analis militer Izvestia Dmitry Safonov.

Altius termasuk dalam kategori drone kelas berat jarak jauh ketinggian menengah. Berat lepas landasnya sekitar enam ton, dengan bobot lebih dari satu ton. Lebar sayapnya 28,5 meter, panjangnya 11,6 meter, ketinggian penerbangan maksimumnya mencapai 12.000 meter, sementara daya jangkaunya hingga 10.000 kilometer.

Dengan dua mesin turboprop, Altius mampu bertahan di udara hingga 48 jam. Drone ini dilengkapi dengan sistem komunikasi satelit dan elemen kecerdasan buatan yang dapat berinteraksi dengan pesawat berawak. Jangkauan tempur Altius sekitar 3.500 kilometer.

Safonov mengatakan, pada Desember 2020, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa sampel pertama pengintaian jarak menengah dan drone serang dengan amunisi untuk tembakan beruntun (drone dengan hulu ledak terintegrasi yang mampu melakukan penerbangan jauh di medan perang dan mendeteksi target serta menghancurkannya secara mandiri jika perlu) telah dikirim dan berhasil diuji dalam kondisi pertempuran Suriah.

“Setelah itu, Kementerian memberikan catatan terakhir kepada para insinyur tentang apa yang harus diubah dan ditingkatkan dan kini kita akan menyaksikan tahap terakhir uji pertempuran drone itu dengan amunisi terbaru,” katanya menyimpulkan.

Dilengkapi dengan sistem senjata mutakhir, pesawat nirawak ini mampu mempertahankan diri dari berbagai serangan persenjataan musuh. Bacalah selengkapnya!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki