Pesawat Pengangkut Rudal Tu-95MS Terbang di Atas Laut Jepang dan Samudra Pasifik (VIDEO)

Ilustrasi.

Ilustrasi.

Sergey Krivchikov/Tim AviaPhoto Rusia
Pesawat yang dibuat pada puncak Perang Dingin ini mampu terbang sejauh 12 ribu kilometer — jarak yang dibutuhkan untuk "mengirimkan" rudal ke Amerika Serikat jika terjadi perang.

Dua pesawat pengangkut rudal strategis penerbangan jarak jauh Rusia Tu-95MS melakukan penerbangan terencana di atas Laut Jepang dan bagian barat laut Samudra Pasifik beberapa waktu lalu, sebagaimana disampaikan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia.

Kemenhan mencatat, awak penerbangan jarak jauh terbang secara rutin di atas perairan netral Arktik, Atlantik Utara, Laut Hitam dan Baltik, serta Samudra Pasifik.

"Pengawalan tempur disediakan oleh awak pesawat Su-35 dari Pasukan Dirgantara Rusia," tulis saluran TV Zvezda, mengutip pernyataan Kemenhan. 

Kemenhan menekankan, semua penerbangan pesawat militer Rusia dilakukan sesuai dengan standar internasional. Pada tahap tertentu, pesawat tempur F-15 milik Angkatan Udara Jepang ikut mendampingi pesawat ini.

Tu-95 dibuat pada puncak Perang Dingin, sebagai tanggapan atas penciptaan pesawat pengebom Convair B-36 Amerika Serikat (AS). Menggunakan mesin turboprop, saat itu pesawat ini mampu terbang sejauh 12 ribu kilometer — jarak yang dibutuhkan untuk "mengirimkan" rudal ke AS jika terjadi perang. Secara total, lebih dari 500 pesawat Tu-95 telah diproduksi dengan berbagai modifikasi.

Komisi Angkatan Udara Soviet menyetujui proyek pembangunan pesawat ini pada 1951, dan pada 12 November 1952, prototipe Tu-95 melakukan penerbangan pertamanya. Produksi seri pertama dimulai pada 1955. Berbagai jenis pesawat telah dikembangkan berdasarkan Tu-95, seperti laboratorium terbang multiguna, pesawat angkut antarbenua Tu-114, dan desain versi transportasi juga telah dibuat.

Manusia akan berada jauh dari garis depan, sementara mesin mengambil alih pertempuran. Seperti inilah gambaran Perang Dunia II kelak.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki