Rusia Tetapkan Kondisi Baru untuk Pengerahan Senjata Nuklir

Uji coba peluncuran roket pertahanan antirudal baru di Kazakhtan, 2019.

Uji coba peluncuran roket pertahanan antirudal baru di Kazakhtan, 2019.

Kementerian Pertahanan Rusia/Sputnik
Kebijakan nuklir Rusia masih tetap defensif. Namun, sejumlah kondisi baru pengerahan senjata nuklir telah ditetapkan dan dapat diakses oleh publik.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui “Dasar-dasar Kebijakan Pencegahan Nuklir Rusia” pada 2 Juni 2020. Dokumen tersebut mengidentifikasi semua kasus yang mengizinkan penggunaan senjata nuklir. Namun, ini adalah pertama kalinya dokumen tentang kebijakan nuklir Rusia dibuka untuk publik.

Anda dapat melihat dan bahkan mengunduh dokumen dalam bahasa Rusia itu di situs resmi kepresidenan Rusia, kremlin.ru.

Kondisi yang Bisa Memicu Rusia Mengerahkan Senjata Nuklirnya

Moskow ingin menekankan bahwa kebijakan nuklirnya tetap defensif.

“Rusia melihat senjata nuklir semata-mata sebagai pencegah dan tindakan darurat. Negara ini berusaha untuk mengurangi ancaman nuklir dan mencegah gangguan terhadap hubungan internasional yang dapat memicu konflik militer, termasuk yang berpotensi melibatkan senjata nuklir, ” bunyi tulisan dalam dokumen tersebut..

Pada saat yang sama, sejumlah kondisi baru telah ditetapkan sebagai acuan kapan pengerahan senjata nuklir Rusia dapat dilakukan.

Yang pertama, adalah jika terjadi kondisi "penumpukan pasukan umum, termasuk kendaraan pengirim senjata nuklir, di wilayah yang berdekatan dengan Rusia dan sekutunya, serta di daerah lepas pantai yang berdekatan."

Kondisi kedua, adalah jika terjadi “penyebaran sistem dan fasilitas pertahanan rudal balistik, rudal balistik jarak menengah dan pendek, senjata nonnuklir dan hipersonik berpresisi tembak, drone penyerang, dan senjata berenergi terarah oleh negara-negara yang mempertimbangkan Federasi Rusia untuk menjadi musuh potensial. "

Ketiga, "pembuatan dan penyebaran rudal antibalistik dan sistem serangan di fasilitas pertahanan."

Keempat, "kepemilikan senjata nuklir dan/atau  jenis senjata pemusnah massal lainnya, serta serta sarana untuk mengirimkannya oleh sebuah negara yang dapat digunakan untuk melawan Federasi Rusia dan/atau sekutunya."

Kelima, "penyebarluasan senjata nuklir yang tak terkendali, berikut sarana pengirimannya, dan teknologi serta peralatan pembuatannya."

Keenam, "penyebaran senjata nuklir dan kendaraan pengirimannya di negara-negara nonnuklir."

Moskow juga menetapkan situasi tambahan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengambil "langkah-langkah ekstrem."

Di antaranya adalah "penerimaan informasi yang dapat dipercaya tentang peluncuran rudal balistik yang menyerang wilayah Rusia dan/atau sekutunya," serta "penyebaran senjata nuklir musuh atau senjata pemusnah massal lainnya terhadap Rusia dan/atau sekutunya. "

Selanjutnya, perintah untuk mengerahkan senjata nuklir akan diberikan jika terjadi "serangan musuh terhadap negara dan fasilitas militer Federasi Rusia yang berpotensi akan mengganggu respons senjata nuklir," serta "agresi menggunakan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara Rusia. "

Tanggapan Ahli Militer

Sistem Topol bergerak (SS-25).

Dokumen baru ini adalah intisari dari semua hal yang telah dibicarakan oleh Presiden Putin dan para petinggi militer Rusia dalam beberapa tahun terakhir.

“Semua hal yang disampaikan dalam pidato-pidato terbatas kini tercermin dalam strategi keamanan nasional. Kita mengutarakan niat kita secara terbuka sehingga Barat tidak bisa menggunakan gagasan bahwa Rusia meningkatkan konflik internasional,” jelas Viktor Murakhovsky, Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva, kepada Russia Beyond.

Menurut Murakhovsky, publikasi Rusia tentang kebijakan nuklirnya adalah upaya untuk mendorong para mitranya agar melakukan perpanjangan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START-3), yang akan berakhir dalam satu tahun lagi.  Jika tidak diperpanjang, maka Rusia dan Amerika Serikat (AS) akan bebas untuk memperluas persenjataan nuklir mereka tanpa batasan.

Saat ini, baik Rusia dan AS telah membatasi persenjataan nuklir masing-masing menjadi 1.550 hulu ledak nuklir dan 700 pengangkut (rudal balistik antarbenua, rudal balistik kapal selam, dan rudal pesawat pengebom berat). 

Rudal-Rudal Nuklir yang Dimiliki Rusia

Menurut situs web Senjata Nuklir Strategis Rusia, berikut rudal-rudal yang saat ini memperkuat pertahanan Rusia:

  • 46 rudal berat R-36M2 (SS-18)
  • 2 sistem Avangard (rudal UR-100NUTTKh, SS-19 Mod 4)
  • 45 sistem Topol bergerak (SS-25)
  • 60 sistem Topol-M peluncuran silo (SS-27)
  • 18 sistem Topol-M bergerak (SS-27)
  • 135 sistem rudal RS-24 Yarsbergerak dan 14 peluncuran silo

Dari rudal-rudal di atas, R-36M2 dan Topol akan dinonaktifkan dan digantikan oleh rudal Yars terbaru, yang akan ditempatkan di silo yang ditempati rudal yang lama, Selain itu, rudal tersebut juga akan dipasang pada peluncur bergerak dengan roda, serta roket Sarmat yang berat.

Baca selengkapnya tentang rudal nuklir terbaru Rusia di sini!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki