Bumi kita cukup sering dihujani meteor. Namun, hanya sekitar 500 saja yang mencapai permukaan tiap tahun. Beberapa meteorit bahkan berukuran raksasa, mendarat di dekat kota-kota besar, dan disaksikan ribuan pasang mata. Inilah lima perstiwa yang paling menarik.
Sejumlah meteorit yang jatuh di Rusia meninggalkan cela pada permukaan Bumi berupa kawah. Beberapa di antaranya bahkan rasanya tak masuk akal. Kawah meteorit terbesar adalah kawah Popigai. Kawah itu terletak di Republik Sakha di Siberia, jauh dari area permukiman. Namun, kawah terbesar yang berada di dekat daerah berpenduduk adalah Kawah Puchezh-Katunki. Dari segi ukuran, inilah kawah terbesar kedua di Rusia. Kawah itu menganga luas dengan diameter 80 km (20 km lebih kecil daripada Popigai). Kawah itu mencakup beberapa area sekaligus di Nizhegorodsky, 400 km di sebelah timur laut Moskow dan sekitar 80 km dari pusat daerah. Kawah itu ditemukan pada 1965. Awalnya, para peneliti mengira bahwa mereka menemukan sebuah kaldera nonaktif. Namun, analisis terhadap bebatuan di kawah itu mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya berdiri di atas kawah meteorit raksasa.
Dilihat oleh ukuran kawah, meteorit itu pasti berdiameter lebih satu kilometer. Ketika menabrak bumi, meteorit tersebut menciptakan awan debu, jenis awan yang dapat membawa “musim dingin meteorik” dan kepunahan massal. Penemuan ini kemudian memaksa para ilmuwan untuk mengonseptualisasikan kembali hipotesis kepunahan atau, lebih tepatnya, waktunya. Kawah Puchezh-Katunki diperkirakan terbentuk 167 juta tahun yang lalu ketika tak ada kepunahan massal sama sekali. Pada 2019, sekelompok ilmuwan Rusia dan Eropa menerbitkan penelitian yang mengeklaim bahwa “karena ukurannya yang relatif besar, struktur Puchezh-Katunki menjadi kandidat utama untuk mempelajari hubungan antara efek kecepatan supersonik pada peristiwa kepunahan massal”. Sampel bebatuan mengungkapkan bahwa kawah itu jauh lebih tua, dan sebenarnya muncul antara 192 – 196 juta tahun yang lalu, tepat saat peristiwa kepunahan massal. Kebetulan, sampel bebatuan yang diekstraksi dari kawah mengandung impact melts, yang berarti mereka dapat menyimpan endapan intan.
Benda langit ini jatuh ke Bumi pada malam hari di dekat Desa Tsarev di Volgograd (900 km di sebelah tenggara Moskow) pada 6 Desember 1922. Meski waktu itu pecahan meteorit tersebut tak ditemukan, persitiwa tersebut dipercaya karena ada banyak saksi mata. Direktur Planetarium Volgograd Vladimir Frolov mengungkapkan bahwa ”salah satu (saksi) mengaku melihat bola api tepat di luar area permukiman, diikuti dengan ledakan keras. Tanah bergetar, lalu semuanya menjadi gelap.” Salah satu warga desa, yang saat itu berusia 10 tahun, ingat ia sempat berpikir bahwa ada “naga terbang di langit, seperti ular besar dengan ekor berapi-api.” Sementara itu, koran Komunis menulis bahwa meteorit itu seluruhnya mengandung emas!
Para peneliti mencoba mencari pecahan batu ruang angkasa tersebut pada. Akademi Ilmu Pengetahuan bahkan menjanjikan hadiah. Namun, kekacauan yang terjadi di Uni Soviet pada saat itu membuat pencarian meteorit itu diabaikan selama beberapa dekade. Pada 1979, tukang listrik tsar Boris Nikiforov melakukan pencarian yang lebih menyeluruh. Dia adalah yang pertama kali tertarik pada batu berkarat aneh yang ditemukan penduduk desa. Nikoforov menulis kepada komite meteor di Akademi ilmu Pengetahuan, yang tidak segera menganggapnya serius. Namun, hasil yang luar biasa dari pencariannya melampaui semua harapan: secara bertahap, lebih dari 1,5 ton pecahan meteorit nonlogam (chondrite) ditemukan (berbasis silikat).
Lima meteorit ditemukan di wilayah Tatarstan (950 km di sebelah timur Moskow). Yang terbesar jatuh pada siang hari bolong di luar Desa Kainsaz, di Distrik Muslyumovskiy, pada pukul 15.15, 13 September 1937. Peristiwa tersebut disaksikan oleh para petani kolektif. Meteorit itu hancur sebelum menabrak daratan, tetepi “pecahannya yang beratnya 54 kg hampir membunuh seorang petani bernama Mavlyuda Badrieva. Gelombang kejut yang dihasilkan saat meteorit itu menabarak daratan begitu kuat sehingga Bardrieva, yang berada antara empat hingga lima meter dari titik tabrakan, terempas dari dan menderita gegar otak,” tulis surat kabar Izvestia sekitar 45 hari setelah peristiwa tersebut.
Potongan meteorit yang jatuh di dekat Badrieva bukanlah yang terbesar. Yang terbesar diketahu berbobot 102,5 kg. Total massa pecahan meteorit yang ditemukan mencapai 210 kg. Semua pecahan meteorit itu menyerupai batu berbentuk bujur sangkar dan piramid dengan zat yang sebagian meleleh di dalamnya.
Tempat jatuhnya meteorit Sterlitamak, 1990.
greenexpMeteorit ini jatuh di atas wilayah Bashkortostan, dekat Kota Sterlitamak (1.200 km di sebelah tenggara Moskow) pada pukul 23.20, 17 Mei 1990. Untungnya, tabrakan tersebut tak memakan korban atau menimbulkan kehancuran apa pun. Sekali lagi, batu ruang angkasa jatuh di atas ladang. Surat kabar setempat menulis sebulan kemudian, “Jatuhnya meteorit disertai dengung, tanah bergetar di bawah kaki. Saksi mata mengatakan bahwa pada saat tabrakan rasanya semua yang ada di sekitar tiba-tiba terangkat ke udara.”
Seorang ilmuwan memeriksa pecahan meteorit Sterlitamak, 1990.
Viktor Vonog/TASSPencarian meteorit langsung dilakukan pada keesokan paginya. Tabrakan tersebut menciptakan sebuah kawah dengan diameter sepuluh meter dan kedalaman lima meter. Meteorit itu memiliki komposisi logam. Dua fragmen pertama diketahut berbobot tiga dan 6,6 kg. Pencarian lebih lanjut dengan ekskavator berhasil menemukan potongan yang lebih berat. Meski begitu, yang paling berat (315 kg) baru ditemukan setahun kemudian. Para ilmuwan berpendapat bahwa kawah tabrakan mengandung lebih banyak pecahan yang lebih berat. Namun, pencarian sejak itu dihentikan, dan kawah itu kini tergenangi air.
Seperti inilah gambaran jatuhnya meteorit Vitim. Ilustrasi karya Vadim Chernobrov.
Oleg Lastochkin/SputnikMeteorit Vitim bertabrakan dengan Bumi di dekat Kota Bodaibo dan Desa Mama dan Desa Vitimskiy di Irkutskaya oblast (4.200 km di sebelah timur Moskow). Pada malam hari, 25 September 2002, sebuah bola api meledak di langit, dan menghujani langit dengan pecahan meteorit. “Ledakan meteor menimbulkan cahaya, seperti saat siang hari, ada ledakan kuat di udara, dengan gelombang kejut terasa di daerah yang terdampak,” kata Direktur Pengamatan Ruang Angkasa Sergey Yazev, menggambarkan insiden itu. Dia sama sekali tak melebih-lebihkan: Pecahan meteorit amat besar, ia bahkan membakar area hutan seluas 60 kilometer persegi, dan menghasilkan gelombang kejut yang dapat dirasakan hingga radius 50 km. Satu-satunya masa dalam sejarah dengan efek meteorit yang lebih parah adalah ketika peristiwa Tunguska pada 1908, yang, dengan beberapa keajaiban, tidak jatuh di dekat daerah berpenduduk. Padahal, meteorit itu menyapu habis hutan seluas 2.000 km persegi!
Satelit Angkatan Udara AS semapt menemukan bola api tersebut, tetapi hilang sekitar 30 km di atas atmosfer Rusia. Sebagaimana meteor Tunguska, manusia lagi-lagi beruntung. Batu ruang angkasa itu tidak jatuh di atas daerah berpenduduk. Kalau tidak, dampaknya tentu tak terbayangkan. Tiap potongan meteorit memiliki berat beberapa ratus kilogram. Berat total meteorit sebelum memasuki atmosfer diperkirakan mencapai 160 ton.
Bayangkan Anda pergi ke pantai untuk berjemur menikmati matahari musim panas. Namun, alih-alih melangkah di atas pasir, Anda malah menginjak es. Bacalah selengkapnya!
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda