Senjata-Senjata Era Soviet yang Masih Unjuk Gigi di Luar Rusia

Marsonline (bog-rata.com)
Meski sudah sepuh, senjata-senjata era Soviet ini masih aktif digunakan oleh militer di luar Rusia. Beberapa di antaranya telah mengalami modifikasi sesuai dengan kondisi medan tempur masing-masing.

Beberapa waktu lalu kami telah membahas tentang peralatan tempur Soviet yang dimiliki Iran. Dua diantaranya adalah tank T-72 dan sistem pertahanan udara S-200. Baca selengkapnya di sini!

Selain Iran, senjata-senjata warisan Soviet ternyata masih unjuk gigi dalam memperkuat pasukan militer Suriah dan Libya. Berikut beberapa di antaranya.

Peluncur Rudal BM-27 'Badai' 

Sebagai bagian dari operasi gabungan melawan pasukan teroris di bagian barat Allepo dan wilayah Idlib, tentara Suriah membawa aset artileri yang kuat ke daerah itu, termasuk peluncur rudal 200 mm multilaras BM-27 Soviet yang menjadapt julukan 'Badai'.

Operasi itu melibatkan sekitar 10.000 prajurit berpengalaman Suriah yang telah berhasil menekan pasukan detasemen teroris organisasi Islam Hayat Tahrir al-Sham, di hampir semua garis depan. Serangan itu utamanya dilancarkan oleh unit-unit elit Divisi ke-25 'Macan' dan Divisi Lapis Baja ke-4 Suriah, dengan bantuan BM-27 'Badai', yang menimbulkan kerugian besar di sisi musuh, sebagaimana dilaporkan portal berita Marsonline.

Sang 'Badai' memulai pelayanannya di Angkatan Darat Soviet pada pertengahan 1970-an dengan dipasangkan pada platform truk ZIL-135LM. BM-27 dapat menembakkan 16 rudal dalam waktu 20 detik dan memiliki jarak efektif 35,8 kilometer. Dengan dampak Pluton, cakupan luas area target bisa mencapai 426.000 meter persegi.

Tentara Suriah diyakini memiliki 4 – 5 baterai artileri yang dilengkapi dengan BM-27. Efek dahsyat yang ditimbulkan sang 'Badai' terhadap teroris Suriah terutama dicatat selama operasi pembebasan kota Palmira yang dijalankan oleh tentara Suriah. Operasi yang berlangsung pada pertengahan 2016 itu telah memporak-porandakan detasemen elit Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dua ribuan teroris tewas dan Palmyra berhasil dibebaskan.

Tank T-72 dengan Pelindung Tambahan

Selain BM-27, Divisi ke-25 dan Divisi Lapis Baja ke-4 Suriah yang tengah menghadapi pasukan teroris di barat Aleppo dan Idlib juga diperkuat oleh tank T-72 Soviet. Senjata antitank teroris tercatat telah beberapa kali mencoba menghancurkan T-72, tetapi sebagaimana yang dilaporkanMarsonline, serangan langsung terhadap tank Soviet yang telah dimodernisasi tersebut tak ada yang berhasil.

Modernisasi T-72 dilakukan berdasakan kondisi pertempuran di Suriah, di mana penggunaan peluncur roket dan rudal antitank dari berbagai jenis dan jarak sangat meluas. Oleh karena itu, modifikasi yang muncul terutama ditujukan untuk meningkatkan perlindungan lapis baja dari aset yang dikerahkan.

Pada foto yang dirilis kantor berita Prancis AFP, dan dibagikan pada twitter oleh Marsonline, T-72 diperkuat dengan pelindung tambahan yang terdiri dari kisi-kisi antikumulatif dan panel pelengkap yang dilas ke badan tank.

Peralatan tempur Soviet yang memperkuat pasukan Suriah tidak hanya tank T-72, melainkan juga T-55, T-62, serta kendaraan tempur infanteri BMP-1 dan BMP-2, yang semuanya telah mendapatkan paket modernisasi serupa dengan yang diterapka pada T-72.

Meriam Putar AK-630 di Atas Truk

Sebuah foto yang memperlihatkan meriam putar enam laras AK-630 Soviet yang dimodifikasi dengan cara dipasangkan di atas truk muncul di kalangan penggemar militer Libya, sebagaimana dilaporkan oleh Marsonline

Diduda, senjata ini dirancang untuk memerangi drone yang banyak digunakan oleh pihak-pihak yang bertikai di Libya. Sedangkan peran sekundernya adalah untuk memerangi target darat dan kendaraan lapis baja ringan dengan jarak hingga 4.000 meter. Namun, mengingat daya tembak AK-630 yang kuat, timbul keraguan tentang efektifitas penautan di atas truk itu.

AK-630 diproduksi di Tula olast, Soviet, pada pertengahan tahun 1960. Perancang utamanya adalah dua insinyur senjata artileri Soviet terkenal, Vasily Grazev dan Arkady Shipunov. Setelah pengujian intensif selama sepuluh tahun, meriam mulai beroperasi pada 6 Januari 1976.

Misi utama dari meriam yang dapat memuntahkan 5.000 proyektil per menit ini adalah untuk melindungi kapal perang Soviet dari serangan udara. Menurut spesifikasi teknisnya, selain efektif dalam memerangi target udara yang berkisar antara 20 – 4000 meter, AK-630 juga efektif menghancurkan target darat dengan jarak hingga 5 kilometer.

Berat total meriam dengan modul bawaannya adalah sekitar 4 ton. Hingga saat ini, meriam warisan Soviet masih ditemukan terpasang pada hampir semua kapal perang Rusia, termasuk pada kapal penjelajah berat dan kapal induk Laksamana Kuznetsov.

Seperti AK-630, banyak senjata-senjata legendaris warisan Soviet yang masih menjadi andalan militer Rusia untuk melindungi negara. Berikut di antaranya.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki