Tank-Tank Fiksi Ilmiah Ciptaan Soviet

Alf van Beem
Mesin-mesin perang futuristik ini seharusnya mampu mengubah wajah peperangan. Namun sayangnya, tak pernah diproduksi massal karena satu dan lain hal.  

Dari 1925 hingga 1960, insinyur Soviet bereksperimen dengan berbagai jenis tank untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya. Di antaranya adalah tank terbang dan tank yang mampu menahan ledakan nuklir. 

Tank Terbang

Pada 1937, insinyur Soviet mengerjakan proyek ambisius tank terbang MAS-1. Tank ini dibuat berdasarkan tank ringan Soviet BT-7, tapi bentuk akhirnya terlihat sangat berbeda.

Intinya, mesin perang ini merupakan kombinasi antara tank ringan dan jet. Tank memiliki sayap lipat di atasnya untuk mengatasi rintangan di udara, dan baja rangka kapal serta kemudi untuk beroperasi selama "penerbangan".   

Di bagian depan, tank ini memiliki baling-baling berbilah dua yang juga untuk membantu penerbangan. Untuk melaju di darat, tank ini dilengkapi dengan roda rantai. 

Kendaraan terbang ini dirancang untuk dioperasikan oleh dua orang awak dan dipersenjatai dengan dua senapan mesin, yaitu senapan mesin kaliber besar 12,7 mm dan senapan mesin standar 7,62 mm. 

Tank ini berpotensi untuk beroperasi jauh di belakang garis musuh dan mengumpulkan intelijen dari atas maupun di bawah.

Para insinyur bahkan menciptakan model kayu dari monster logam masa depan ini, tapi komando militer memutuskan bahwa ide-ide seperti itu terlalu futuristik dan memutuskan untuk tidak menghabiskan uang dengan sia-sia. 

Tank Hovercraft

Pada 1937, insinyur Soviet menciptakan sebuah tank di atas bantalan udara. Proyek ini dijuluki "tank terbang amfibi" dan dimaksudkan untuk beroperasi di kawasan hutan rawa, yang sulit dilintasi oleh tank standar.

Mesin perang ini dibuat berdasarkan pada hovercraft pertama dunia L-1, yang dibuat Soviet beberapa tahun sebelumnya.

Menurut proyek awal tank ini, para insinyur berencana untuk memasang dua baling-baling di sisi depan kendaraan yang memiliki dua mesin pesawat M-25 dengan kekuatan 1.450 tenaga kuda.

Dengan mesin ini, monster logam seberat 8,5 ton  bisa menjadi mesin berat bersenjata yang mampu terbang dengan kecepatan 250 km per jam pada ketinggian 25 cm di atas tanah dan air. Namun Perang Dunia II secara drastis mengubah rencana negara dan komando militer memutuskan untuk meninggalkan proyek tank yang kontroversial. Semua insinyur diperintahkan untuk berkonsentrasi menciptakan mesin pertempuran yang lebih praktis. 

Tank UFO

Konsep tank "Objek 279" lebih mirip UFO daripada tank asli. Tank ini diciptakan pada awal Perang Dingin, ketika Soviet dan AS berusaha memproduksi mesin perang yang dapat beroperasi setelah serangan nuklir. 

Jadi, "Objek 279" muncul di panggung dunia pada 1959 dengan setiap sudut dibuat dalam bentuk ellipsoid (permukaan bola). Ini dimaksudkan untuk menahan gelombang kejut dari serangan rudal nuklir di medan perang (itu adalah periode dalam sejarah ketika kedua negara percaya bahwa setiap senjata, peluru, ranjau dan bom akan melibatkan nuklir).

"Objek 279" juga memiliki empat roda rantai yang memungkinkannya mengatasi medan yang lebih tinggi dan lebih keras dibandingkan dengan tank lain yang beroperasi pada akhir 1950-an. Jadi kendaraan itu bisa dengan mudah melewati rawa dan salju. Sasisnya juga memungkinkan tank untuk mengatasi barikade antitank paling umum pada masa itu.  

Dibalik semua kelebihannya, tank ini memiliki sejumlah kekurangan. Pertama-tama, kendaraan ini hampir tidak punya kemampuan manuver sehingga menjadi sasaran tembak yang jelas di medan perang. Kedua, biaya produksi dan perawatannya sangat mahal. Ini adalah alasan utama pemerintah Soviet memutuskan untuk meninggalkan proyek ini.

Saat ini, hanya ada satu prototipe "Objek 279" yang dapat ditemui di Museum Tank Kubinka, di pinggiran kota Moskow.

Kelima pesawat militer Soviet ini menandai tonggak sejarah dalam dunia penerbangan. Pesawat-pesawat ini mendorong menembus batas hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil dan memecahkan banyak rekor.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki