Para pakar menertawakan isu yang meyebutkan tank Armata akan dilengkapi dengan peluru nuklir.
Maksim Blinov/RIA NovostiSalah satu alasan utama mengapa Rusia tidak membuat peluru nuklir untuk tank T-14 Armata terbarunya adalah karena pendeknya jangkauan meriam tank itu sendiri.
“Jangkauan maksimum tembakan meriam tank itu hanya empat kilometer. Menggunakan senjata nuklir pada jarak itu sama saja dengan bunuh diri,” kata Sergey Kuznetsov, pemandu acara militer saluran televisi NTV, kepada RBTH.
Dmitry Litovkin, analis militer harian Izvestia, juga setuju dengan Kuznetsov.
“Bayangkan apa yang akan terjadi di medan perang jika tank menembakkan peluru nuklir dalam jarak satu kilometer dari orang-orang dan dari mereka sendiri, sementara angin akan membawa awan radioaktif bermil-mil jauhnya,” tanyanya.
Menurut Kuznetsov, alih-alih menggunakan peluru nuklir, akan lebih mudah bagi meriam tank untuk mendapatkan daya tembus maksimum proyektil dengan menggunakan peluru uranium terdeplesi (uranium yang mempunyai kadar isotop U235 yang lebih rendah dari uranium alam -red.).
Dokumentasi ekslusif tank Armata melakukan penembakan. Sumber: Телеканал ЗВЕЗДА / YouTube
Tank Armata T-14 pertama kali dipamerkan ke publik selama Parade Hari Kemenangan di Moskow pada 2015 lalu. Turet tak berawak menjadi salah satu fitur utama tank canggih itu.
Selain itu, jenis mesin militer lainnya bisa dibangun dengan dasar platform yang sama. Pendekatan ini kini banyak digunakan di industri otomotif.
Platform Armata dapat digunakan untuk kendaraan tempur infanteri, artileri gerak otomatis (self-propelled), kendaraan perbaikan dan pemulihan, dan kendaraan tempur pendukung serangan.
Pengembangan peluru artileri nuklir, sebagai bagian dari persenjataan nuklir taktis negara, dimulai di Uni Soviet pada 1950-an.
Pada 1960-an, Tentara Soviet menggunakan berbagai amunisi taktis, termasuk peluru artileri untuk meriam kaliber 152 mm sampai 406 mm.
“Pada masa Uni Soviet bahkan ada ranjau darat nuklir,” kata Litovkin. “Oleh karena itu, baik bom udara nuklir maupun peluru artileri dan tank benar-benar diproduksi dan ditimbun secara massal. Namun, penerapan senjata jenis ini ternyata tidak praktis.”
Terlepas dari senjata artileri yang digunakan Tentara Rusia saat ini, howitzer 2S19 Msta dan artileri gerak otomatis 2S3 Akatsiya dan 2S5 Giatsint-S secara teori dapat menggunakan peluru nuklir 3BV3 152 mm. Namun, menurut Kolonel (Purn.) Viktor Murakhovski, peluru semacam itu tidak pernah digunakan sekalipun memang sempat dirancang. Kuznetsov menambahkan bahwa militer Rusia tidak akan pernah mengonfirmasi apakah peluru buatan Soviet masih digunakan atau tidak.
“Untuk keperluan militer, akan lebih bijaksana jika hulu ledak nuklir digunakan pada rudal balistik yang mampu terbang ratusan mil, seperti rudal taktis Iskander-M yang bisa mengenai target pada jarak 500 kilometer,” kata Litovkin menambahkan.
Sebagai bagian dari Operasi Upshot-Knothole, AS mencoba melepaskan tembakan peluru artileri berkekuatan 15 kiloton dari meriam 280 mm pada tahun 1953. Sumber: Pemerintah Federal Amerika Serikat
Media Rusia mengambil berita dari The Diplomat yang menulis bahwa pabrik pertahanan Uralvagonzavod “tidak hanya akan meningkatkan kemampuan versi teranyar T-14 dengan meriam 2A83 152 mm yang baru, tapi juga mengembangkan peluru nuklir untuk keperluan taktis di medan perang.” Padahal, The Diplomat pun diketahui mengutip laporan media yang belum terkonfirmasi.
Para ahli mengatakan kepada RBTH bahwa laporan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai “berita palsu”.
Sebuah investigasi singkat membantu RBTH melacak sumber informasi tersebut ke sebuah artikel di situs Defense One. Di situs itu, Kepala Capacity Institute Phillip Karber mengatakan bahwa Rusia mungkin berencana untuk melengkapi tank T-14 Armata dengan senjata nuklir.
“Mereka telah mengumumkan bahwa versi terbaru tank Armata akan memiliki meriam 152 mm peluncur misil. Mereka bilang, tank itu akan memiliki kemampuan nuklir. Sejenak Anda akan terdiam dan berpikir, ‘Maksud Anda, mereka membangun sebuah tank nuklir — tank yang menembakkan nuklir?’ Ya, itulah implikasinya,” kata Karber kepada Defense One.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda