14 dari 87 unit pesawat penumpang sipil Rusia SSJ100 ditarik dari layanan karena mengalami cacat produksi.
Artem Zhitenev/RIA NovostiBadan Transportasi Udara Federal Rusia memerintahkan seluruh maskapai pengguna pesawat Sukhoi SuperJet 100 (SSJ100) di Rusia untuk memeriksa sambungan stabilisator di bagian ekor pesawat pada Desember lalu, demikian dikabarkan surat kabar bisnis Vedomosti pada Rabu, (11/01).
Sebelumnya, kerusakan pada sambungan stabilisator ditemukan pada 14 unit pesawat. Pesawat-pesawat itu kemudian ditarik kembali untuk diperbaiki. Saat ini, tercatat 87 unit pesawat SSJ100 yang beroperasi di seluruh dunia.
"Penyebab cacat tidak terletak pada konstruksi pesawat, melainkan pada proses manufaktur," tutur perwakilan Perusahaan Pesawat Sipil Rusia Sukhoi (SCAC) kepada Vedomosti.
Masalah yang sama juga ditemukan pada pesawat Sukhoi SuperJet yang dimiliki maskapai asal Meksiko Interjet. Setengah dari jumlah pesawat, yaitu 11 dari total 22 unit, diketahui memiliki cacat produksi. Namun demikian, enam di antaranya sudah berhasil diperbaiki, tulis Reuters. Pihak produsen juga menekankan bahwa tidak ditemukan kerusakan pada unit pesawat lainnya yang dikirim ke luar negeri.
"Tidak ada ancaman keamanan akibat cacat tersebut," tutur Direktur Eksekutif Lembaga Layanan Analitis ‘Aviaport’ Oleg Panteleev. Menurut Panteleev, seluruh unit yang diketahui mengalami cacat produksi kini tengah dalam perbaikan dan pengerjaannya akan selesai pada akhir bulan ini.
SSJ100 mulai beroperasi pada April 2011 dan menjadi pesawat penumpang pertama yang dirancang dan dikeluarkan sejak runtuhnya Uni Soviet
Klik untuk memperbesar infografis.
Pada Mei 2012, pesawat SSJ100 menabrak Gunung Salak di Pulau Jawa. Kecelakaan nahas ini mengakibatkan tewasnya 45 penumpang dan kru pesawat. Berdasarkan hasil investigasi, minimnya pengetahuan awak pesawat terhadap medan di sepanjang rute penerbangan, pengaturan radar bandara yang tidak tepat, serta adanya perbincangan yang mengalihkan konsentrasi awak pesawat disebut sebagai penyebab kecelakaan.
"Tidak ada hubungan antara kedua peristiwa ini (antara cacat produksi yang ditemukan pada Desember 2016 dengan kecelakaan 2012 silam -red.)," kata Oleg Panteleyev. Menurutnya, sebelum terjadinya kecelakaan di Gunung Salak, pesawat itu merupakan pesawat yang beroperasi dengan baik dan tidak pernah memiliki masalah dengan struktur pesawat ataupun mengalami kegagalan sistem.
Pesawat SSJ100 lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk melakukan demonstrasi penerbangan pada 9 Mei 2012. Tak lama setelah lepas landas, pesawat menghilang dari layar radar pada ketinggian 1.900 meter. Tanggal 10 Mei 2012, serpihan Sukhoi Superjet 100, terlihat di tebing di Gunung Salak. Pesawat kemudian diketahui menabrak tebing batu di Gunung Salak. Saat kecelakaan itu terjadi, kondisi cuaca dilaporkan berawan.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda