Salah satu isu yang mendesak ialah perbaikan kapal ‘warisan Soviet’ dan modernisasi mereka.
Yuri Smityuk/TASSPada 2011 – 2012, Rusia menginvestasikan 5 triliun rubel (78 miliar dolar AS atau lebih dari satu kuadriliun rupiah) untuk pembangunan kapal dan kapal selam baru bagi angkatan laut.
Saat ini, pembangunan enam kapal fregat Laksamana Grigorovich dari Proyek 11356 tengah berjalan. AL Rusia akan menerima kapal ketiga dari proyek ini.
Selain itu, industri pertahanan Rusia telah membangun enam kapal selam diesel-elektrik Varshavyanka dari Proyek 636.3 untuk Armada Laut Hitam. Kapal selam tersebut dilengkapi dengan misil Caliber-PL baru bersayap yang bisa menyerang target dengan jangkauan hingga 2.500 kilometer.
“Kapasitas kapal selam baru pertama kali dipamerkan pada akhir tahun ketika kapal selam Rostov-na-Donu meluncurkan Caliber-nya untuk menghancurkan beberapa objek teroris di Suriah,” terang mantan Wakil Komandan Tertinggi AL Rusia sekaligus mantan Komandan Armada Laut Hitam Igor Kasatonov.
Peluncuran Caliber dari kapal selam Rostov-na-Donu 636.6. Sumber: Минобороны России / YouTube
Menurut Kasatonov, industri pertahanan akan membangun enam kapal selam serupa untuk Armada Pasifik.
“Industri ini juga membangun sejumlah kapal selam rudal jelajah strategis dari Proyek 955 Borei,” lanjut sang mantan komandan. AL Rusia telah menerima tiga kapal selam tersebut dan akan mendapatkan tambahan lima lainnya hingga 2020.
Sumber daya utama Kemenhan Rusia kini diinvestasikan dalam peremajaan markas kapal selam di Timur Jauh, kota Vilyuchinsk, Wilayah Kamchatka (2.730 kilometer di timur laut Jepang) dan di Novorossiysk pada pesisir Laut Hitam (1.510 kilometer selatan Moskow). Empat kapal dari Proyek 995 Borei akan dikirim ke markas Kamchatka dan empat lainnya akan dikirim ke dok Armada Utara.
Saat ini, tiga kapal selam diesel Varshavyanka 636.6 dengan misil Caliber bersayap telah beroperasi di Novorossiysk, Laut Hitam, dan dalam tiga tahun, setelah pembangunan infrastruktur angkatan laut selesai, markas tersebut akan menerima tiga kapal selam tambahan.
Para pakar menyebutkan program baru ini disusun dengan mempertimbangkan kesalahan yang dibuat Uni Soviet pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, ketika kapal induk raksasa Krechet dari Proyek 1143 diperkenalkan pada angkatan laut. Armada tersebut menerima kapal selam, tapi tak ada infrastruktur pendukungnya, sehingga mereka terpaksa diam di dok sepanjang waktu, memproduksi listrik dengan mesin disel mereka dan membakar sumber daya mereka, hal yang membuat mereka akhirnya dipensiunkan dini. Kini, serangkaian infrakstruktur pesisir dibangun untuk tiap kapal dan kapal selam.
“Kini AL Rusia membutuhkan pengangkut helikopter, untuk mengirim kargo militer dan kelompok aviasi ke area tempur. Bagi Rusia, ini untuk mendukung operasi di Suriah saat ini,” terang pengamat militer di surat kabar Izvestia Dmitri Safonov.
Menurutnya, kapal induk pengangkut helikopter dapat menggantikan seluruh markas, serupa dengan yang ada di Hmeimim, pangkalan udara Rusia di Suriah.
“Rusia kini tengah mengerjakan proyek pembangunan kapal pengangkut helikopter raksasa Priboi. Ia akan selesai pada 2025 bersamaan dengan penghancur nuklir Leader dan kapal induk pengangkut pesawat baru Shtorm, yang proyeknya diumumkan pada pertengahan 2015 lalu,” tambah Safonov.
Para pakar menyebutkan saat ini Rusia hanya punya satu markas militer di wilayah asing yang jauh, yakni Suriah.
“Rusia tak bermaksud berkompetisi dengan AS dalam konteks kuantitas kapal, markas, dan keberadaan di samudra dunia,” terang Safonov. Namun, ia menilai kapal induk pengangkut pesawat dan helikopter akan membantu mendukung Moskow menunjukkan kekuatannya, seperti Washington, di muka Bumi.
Salah satu masalah kunci yang dihadapi armada Rusia saat ini adalah ketiadaan mesin dan suku cadang pengganti yang sebelumnya dibuat perusahaan Ukraina.
Di antara kontrak ‘hilang’ terbesar ialah kesepakatan dengan perusahaan Zorya-Mashproekt yang terletak di kota Nikolaev, Ukraina. Kesepakatan tersebut terkait dengan pasokan enam mesin turbin untuk kapal patroli dari proyek 11356.
“Sebelum krisis hubungan dengan Ukraina, Rusia baru menerima tiga dari enam mesin. Akibatnya, tiga kapal dari Proyek 11356 terpaksa tak diaktifkan hingga 2018, yang saat itu Rusia sudah bisa memproduksi mesin itu sendiri,” tutur Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva Victor Murakhovsky pada RBTH.
Kini, menurut Murakhovsky, salah satu isu yang mendesak ialah perbaikan kapal ‘warisan Soviet’ dan modernisasi mereka. “Kita memiliki sejumlah kapal rudal jelajah dan kapal penghancur dari era Soviet,” kata Murakhovsky. Sejumlah kapal tak mampu melakukan misi tempur, namun mereka masih belum dinonaktifkan dari armada.
Untuk memperbaiki kapal-kapal tersebut, Rusia perlu membangun galangan kapal baru dan memperbesar yang sudah ada. Proyek ini membutuhkan investasi keuangan dalam jumlah besar serta kerja jangka panjang yang progresif, kata Murakhovsky menyimpulkan.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda