Rogatina Rusia, Senjata Panjang yang Mematikan dari Masa Lalu

"Tri Bogatyrya" (Tiga Pahlawan) karya Viktor Vasnetsov (1898), Galeri Nasional Tretyakov, Moskow.

"Tri Bogatyrya" (Tiga Pahlawan) karya Viktor Vasnetsov (1898), Galeri Nasional Tretyakov, Moskow.

RIA Nóvosti
Rogatina diciptakan untuk melawan musuh di tengah hutan, dan merupakan senjata utama di awal era Slavia. Senjata ini terbukti efektif untuk memenangkan pertempuran dan rancangannya tak berubah selama lima abad, dan senjata ini digunakan oleh militer hingga akhir 1600-an.

Menyerupai tombak namun memberi pukulan yang lebih mematikan, rogatina merupakan salah satu senjata pertama yang paling ditakuti milik para ksatria Slavia kuno.

Senjata ini mudah dikenali, namun karakternya memiliki kelasnya sendiri, dan hanya bisa disandingkan dengan persenjataan tetangga-tetangga Slavia serta musuh bebuyutannya, Viking.

Perbedaan senjata ini dengan tombak Eropa adalah ukuran dan bobotnya. Kebanyakan kepala tombak berbobot tak lebih dari 400 gram, sementara senjata Rusia yang terbuat dari besi keras dapat mencapai satu kilogram dengan panjang setengah meter. Dua pertiga senjata ini merupakan pisau bermata dua yang berbentuk seperti daun salam dan memiliki tebal setengah centimeter. Sebuah persilangan kecil digunakan sebagai gagang, dan senjata tersebut terlihat seperti belati perkasa yang dipasang pada tiang yang lebih tinggi daripada orang, mampu menebas dan menusuk, serta meninggalkan luka menganga pada orang atau binatang buas.

Senjata Berburu Menjadi Senjata Tempur

Senjata ini awalnya dirancang untuk menaklukkan beruang, sang penguasa hutan. Rogatina dapat memberi pukulan mematikan pada penyerang, yang saat terluka akan menjatuhkan diri, membuat pisau tersebut menusuk dalam akibat bobotnya.

Salah satu pertemuan sang tsar dengan beruang pernah disaksikan oleh pejabat Prusia Otto von Bismarck saat bertugas sebagai Duta Besar untuk Rusia. Penulis tersohor Leo Tolstoy juga merasakan 'kematian atau kejayaan' berburu dengan rogatina, meski ia hampir terbunuh saat jatuh dalam cengkeraman beruang yang geram.

Namun, efek tempurnya tak lebih mematikan, dan tentara Rusia yang menggunakan rogatina telah dideskripsikan sejak awal abad ke-12. Seabad kemudian, invasi Mongol-Tatar menandai babak baru dalam pengembangan senjata canggih Rusia, tapi desain senjata itu sangat sukses sehingga tak berubah selama lima abad, terutama digunakan di pertempuran infanteri tanpa kavaleri.

Namun, efektivitasnya bergantung pada ujung tombak yang melekat erat pada tangkai, dan pasukan yang tak berperang bisa mencopotnya agar mudah dibawa dan disimpan. Pada 1377, rogatina kehilangan kesempatan untuk bersinar dengan menyelamatkan Pangeran Nizhny Novgorod Ivan Dmitrievich dari kekalahan atas suku Tatar di Pyana River. Tak siap dengan serangan mendadak, banyak ksatria pangeran yang mabuk tak bisa memasang kepala rogatina tepat waktu untuk menangkis serangan. Sebaliknya, pasukan bersenjata Rusia dengan senjata ini berhasil memukul mundur Tatar dari Ryazan pada 1444.

Mainan Aristrokat

Rogatina digunakan dalam pertempuran hingga akhir abad ke-17. Namun, meski tampak sebagai senjata prajurit infanteri, senjata ini juga dikenal di kalangan papan atas. Salah satu mahakarya rogatina ditempa pada awal abad ke-15, rogatina milik Pangeran Boris dari Tver. Selain kualitas pisau yang luar biasa, gagang panjang yang cocok dengan tangkai kayu dan dihiasi dengan ukiran perak yang menampilkan aksi heroik dan kematian tragis pemilik sebelumnya, Pangeran Mikhail, dalam pertempuran dengan suku Tatar.

Arsip Senjata Kremlin juga mendeskripsikan edisi seremonial yang dirancang untuk Tsar Ivan yang Mengerikan dan Boris Godunov sebagai bagian dari regalia seremonial untuk peristiwa khusus.

Di bawah reformasi militer, Tsar Peter yang Agung pada awal 1700-an memperkenalkan bayonet sebagai senjata canggih dasar bagi infanteri, sementara rogatina tak lagi digunakan. Namun, ia tetap digunakan untuk berburu dan masih menjadi senjata pilihan masyarakat awam Rusia hingga awal abad ke-20. Ia juga masih memiliki daya tarik bagi anggota keluarga penguasa, seperti Tsar Alexander II (1818-1881) yang gemar berburu.

Salah satu pertemuan sang tsar dengan beruang pernah disaksikan oleh pejabat Prusia Otto von Bismarck saat bertugas sebagai Duta Besar untuk Rusia. Penulis tersohor Leo Tolstoy juga merasakan 'kematian atau kejayaan' berburu dengan rogatina, meski ia hampir terbunuh saat jatuh dalam cengkeraman beruang yang geram.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki