Ratnik 2 akan mulai digunakan pada 2025. Foto: Photoshot/Vostock-Photo
Perlengkapan tempur Ratnik 1 saat ini tengah diuji oleh tentara Rusia. Pada Desember mendatang, senjata ini akan mulai digunakan oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Dengan kehadiran Ratnik 1, para prajurit memiliki semua peralatan yang diperlukan untuk bertahan hidup dan menjalani pertempuran dengan sukses, mulai dari rompi antipeluru, penyaring air, alat penglihatan untuk malam hari, hingga alat navigasi termutakhir.
Secara keseluruhan, perlengkapan tempur yang dimiliki militer Rusia berjumlah sekitar 40 alat. Namun, pertanyaan besar yang masih muncul adalah senapan mesin mana yang akan dipilih oleh para prajurit untuk melengkapi Ratnik: Kalashnikov dari kelompok AK-12 atau Degtyarev AEK-971? Kedua senapan mesin ini memiliki keunggulan sendiri. Kalash merupakan senjata sederhana yang dapat dioperasikan dengan praktis, sementara AEK Kovrovsky menawarkan akurasi yang lebih baik dan rekoil yang lebih sedikit.
Generasi Kedua Segera Datang
Pengembang senjata Rusia tidak berhenti di situ. Minggu lalu, Yayasan Kajian Tingkat Lanjut Andrei Grigoryev mengumumkan saat ini mereka tengah menjalankan sebuah proyek pengembangan senjata presisi tinggi mutakhir sebagai bagian dari perlengkapan tempur generasi kedua yang diberi nama Ratnik 2.
Rossiyskaya Gazeta memberitakan, sebuah senjata kecil baru tengah dikembangkan dengan peluru yang berkaliber lebih besar. Namun, menurut beberapa ahli militer, merilis informasi tentang Ratnik-2 adalah tindakan yang terlalu dini. Pemimpin Redaksi Natsionalnaya Oborona (Pertahanan Nasional) sekaligus pakar militer independen Igor Korotchenko menganggap pemberitaan mengenai senapan mesin yang berkaliber lebih besar untuk perlengkapan tempur Ratnik 2 masih terbilang prematur. “Saat ini kita hanya bisa berbicara mengenai senapan kaliber 5,45 dan 7,62 mm,” ujar Korotchenko.
Satu Peluru
Menurut narasumber militer yang akrab dengan situasi perang, faktor yang paling penting dalam pertempuran modern adalah jumlah amunisi yang dapat dibawa oleh seorang prajurit. Peningkatan kaliber akan mengakibatkan bertambahnya berat amunisi, sehingga memengaruhi mobilitas prajurit tersebut. Selain itu, mengubah amunisi dan sistem persenjataan kecil dari Ratnik cukup mahal dari sudut pandang ekonomi, dan membutuhkan setidaknya satu dekade untuk diwujudkan. “Banyak kaliber yang telah diuji coba, tapi semua senjata baru sudah terlanjur dikembangkan menggunakan kaliber peluru yang ada sekarang,” terang sang narasumber pada RBTH.
Berdasarkan data TSNIITOCHMASH, perusahaan pengembang Ratnik, volume tahunan pembelian peralatan militer mencapai 50 ribu unit per tahun.
Dalam Eurosatory International Exhibition di Paris pada Juni lalu, Direktur Jenderal TSNIITOCHMASH Dmitry Semizorov menyatakan bahwa senjata multikaliber tak akan dikembangkan untuk perlengkapan tempur Rusia yang baru. Artinya, untuk lima belas tahun mendatang tentara Rusia hanya akan memiliki amunisi satu kaliber saja. Namun belum dilaporkan kaliber berapa yang akan digunakan. Hal ini akan tetap menjadi misteri dan para perancang senjata yang akan memutuskan jawabannya.
Saat ini, Rusia sudah mengembangkan senapan mesin DB-12 kaliber berat yang menggunakan amunisi kaliber 12,7x55 mm seperti yang digunakan di sniper rifle Vykhlop (Katup Buang) kaliber besar, namun berbeda versi. Ada pula senapan mesin OTs-14 Groza (Badai) buatan Tula yang menggunakan peluru 9x39 mm.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda