Kapal selam Warshavyanka memperlihatkan proses perluasan kehadiran armada Laut Hitam Rusia di Mediterania. Foto: ITAR-TASS
Warshavyanka merupakan kapal selam bertenaga diesel-elektrik yang memiliki tingkat kebisingan terendah di kelasnya. Kapal ini dapat mengincar sasaran yang berjarak tiga kali lebih besar dari jarak pantau kapal selam musuh. Tak heran, proyek ini mendapatkan julukan “lubang hitam” dari para spesialis NATO.
Perusahaan pembuat kapal selam Warshavyanka, Admiralteiskiye Verfi, mengumumkan bahwa unit kapal selam tipe B-261 Novorossiisk dan B-237 Rostov-na-Donu akan memperkuat armada Laut Hitam Rusia mulai 2014, sementara kapal selam ketiga bertipe B-262 Stariy Oskol akan diuji coba pada akhir tahun.
Kontrak pengiriman enam unit kapal selam diesel-elektrik ini ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Rusia dan United Shipbuilding Corporation pada 2011 lalu. Kapal selam tersebut diperuntukkan bagi armada Laut Hitam yang saat ini belum memiliki unit kapal selam yang memadai. Kapalbaru ini akan memperkuat barisan pertahanan di Laut Hitam dalam beberapa tahun mendatang.
Persenjataan proyek kapal selam 636.3 terdiri dari enam peluncur torpedo kaliber 533 mm. Dua kompartemen di bagian atas kapal selam dapat digunakan sebagai sistem peluncur roket Kalibr-PL. Kapal selam ini dapat mengangkut hingga 18 torpedo atau roket.
Kontrak tersebut berada di bawah proyek 636.3, proyek modernisasi kapal selam dengan penambahan sistem navigasi terbaru serta sistem pengendalian dan informatika otomatis termuktahir saat ini. Tujuan utama proyek kapal selam diesel-elektrik 636.3 adalah pengawasan perairan Laut Hitam milik Rusia. Bersama rudal jelajah bawah laut (Kalibr), Warshavyanka menjadi senjata yang menggentarkan musuh.
Lubang Hitam di Pesisir Pantai
Meski memiliki banyak keunggulan, kapal bertenaga diesel-elektrik masih kalah dibanding kapal selam tenaga nuklir dalam hal ketahanan suplai tenaga penggerak dan kapasitas senjata yang bisa dipasang. Sebagai contoh, AS sudah lama meninggalkan kapal selam tenaga diesel-elektrik dan beralih ke kapal selam tenaga nuklir yang lebih besar.
Kapal selam tenaga non-nuklir memiliki ukuran yang kecil sehingga lebih sulit terdeteksi radar dan sangat efektif untuk zona pesisir pantai. Pakar Ahli Militer Independen Prokhor Tebin menilai kapal tersebut sangat cocok dengan kebutuhan Rusia. “AS memiliki situasi yang jauh berbeda dengan kami. Penjagaan zona pesisir pantai menggunakan kapal selam bukanlah prioritas mereka, karena tugas utama Angkatan Laut AS adalah menjaga garis pantai jauh,” tutur Tebin.
Menurut Tebin, kapal selam tenaga non-nuklir masa kini dengan tenaga penggerak tanpa oksigen (anaerob) dan persenjataan berat seperti rudal jelajah bawah laut, rudal anti-kapal, dan lain-lain, dapat menjalankan berbagai fungsi militer. Dari segi efektivitas, kapal selam non-nuklir dan kapal selam nuklir hanya berbeda sedikit. Sedangkan dari segi harga, satu kapal selam tenaga nuklir setara dengan harga 6-8 kapal selam tenaga non-nuklir.
Saat ini Warshavyanka sudah digunakan oleh Angkatan Laut Aljazair, Vietnam, India, Iran, dan Tiongkok.
Tebin menilai proyek kapal selam Warshavyanka memperlihatkan proses perluasan kehadiran armada Laut Hitam Rusia di Mediterania. Sebelumnya, Komandan Utama Angkatan Laut Rusia Viktor Chirkov menyatakan bahwa enam kapal selam diesel-elektrik dapat dioperasikan bersamaan dengan kapal perang laut. Operasi sinergi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan misi tidak hanya di Laut Hitam, tetapi juga di Laut Mediterania. Namun para pakar menganggap penggunaan kapal selam diesel-elektrik di kawasan Mediterania tidak terlalu dibutuhkan, karena semua operasi militer dapat dilaksanakan oleh kapal selam nuklir armada Laut Utara dan kapal selam non-nuklir dari Baltik.
Kelemahan Kapal Selam Diesel-Elektrik
Kapal selam diesel-elektrik harus harus naik ke permukaan secara berkala untuk mengisi ulang baterai akumulatornya. Saat pengisian, kapal selam tersebut praktis tanpa pertahanan. Untuk meningkatkan penyamaran, mesin penggerak dapat diganti dengan mesin yang tidak menggunakan oksigen (anaerob), namun kapal selam diesel-elektrik Rusia saat ini belum menemukan solusi yang tepat.
Komandan Utama Angkatan Laut Rusia Viktor Chirkov mengatakan saat ini mereka sedang merencanakan pembuatan kapal selam non-nuklir generasi kelima yang dilengkapi mesin penggerak tanpa pembakaran oksigen. Proyek bernama Kalina tersebut akan dibuat pada 2017.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda