Rusia sedang dalam proses menciptakan rudal balistik berbahan bakar padat untuk angkatan lautnya di masa mendatang. Sumber: PhotoXPress
Kapal selam strategis kelas ‘Delfin’ di Armada Utara akan dipersenjatai dengan rudal ‘Layner’. Hal itu memungkinkan barisan APL (Atomnykh Podvodnykh Lodok, kapal selam nuklir) menjaga kesiapan tempur Rusia setidaknya hingga tahun 2025 sampai 2030.
Program uji rudal balistik ‘Layner’ selesai pada Oktober 2011. Peluncuran uji rudal dilakukan dua kali dan keduanya dianggap sukses. Rudal balistik ‘Layner’ yang baru ini diharapkan akan digunakan bersama rudal balistik ‘Sinyeva’ yang telah dimodernisasi sebagai bagian dari sistem persenjataan kapal selam kelas ‘Delfin’.
Rudal ‘Layner’ sendiri merupakan modifikasi dari ‘Sinyeva’. Rudal ‘Layner’ memiliki karakteristik terbang yang sama dengan ‘Sinyeva’, tetapi sistem supresi pertahanan rudalnya lebih modern untuk PRO (Protovo-Raketnaya Oborona) dan memiliki jarak lebih jauh. Rudal ini dapat dipasang hulu ledak gabungan. ‘Layner’ dapat membawa hulu ledak berkapasitas kecil (low yield) sebanyak 9 - 12 buah, yang membuatnya lebih unggul daripada rudal ‘Bulava’. Dalam hal rasio kemampuan muatan berbanding beratnya, rudal ini lebih unggul dibanding semua rudal strategis berbahan bakar padat yang digunakan Inggris, Cina, Rusia, Amerika Serikat dan Prancis. Selain itu, hulu ledaknya dapat dipasang paralel bersama dengan sistem supresi pertahanan rudalnya.
Menurut sumber terbuka, R-29RMU2.1 ‘Layner’ memiliki panjang sekitar 15 meter, diameter 1,9 meter dan berat luncur lebih dari 40 ton metrik. Sistem rudal ‘Layner’ memungkinkan tembakan serentak atau tembakan tunggal ketika bergerak pada kedalaman hingga 55 meter dan kecepatan hingga tujuh knot.
Menurut seorang perwakilan armada, penggunaan ‘Layner’ memang dibutuhkan, sambil menunggu kapal selam proyek 955 generasi baru kelas ‘Borey’ dengan rudal ‘Bulava’ selesai dan bisa digunakan. “Angkatan laut strategis Rusia terus mengikuti perkembangan zaman. Dua kapal selam kelas ‘Borey’ telah mulai digunakan dan yang ketiga masih diuji negara, sementara yang keempat baru dibangun,” kata sang perwakilan armada tersebut.
Ia menambahkan, meski beberapa personel militer, misalnya mantan Kepala RVSN (Raketnye Voyska Stategicheskogo Naznacheniya/Pusat Kekuatan Roket Strategis Vladimir Yesin) berpendapat bahwa ‘Layner’ bersaing langsung dengan ‘Bulava’, anggapan itu tidak tepat. “Sungguh keliru menyamakan keduanya, karena pada dasarnya dua rudal itu dirancang berbeda. ‘Sinyeva’ dan ‘Layner’ adalah roket berbahan bakar cair, sementara ‘Bulava’ menggunakan bahan bakar padat. Selain itu, rudal-rudal ini masuk ke kategori berat yang berbeda. ‘Sinyeva’ lebih berat, setidaknya selisih 4 ton metric dan lebih besar, setidaknya selisih 3 meter,” terang perwakilan armada.
Menurut informasi dari berbagai sumber militer, tidak ada rencana untuk mengembangkan rudal ‘Layner’ ini lebih lanjut, meski memiliki berbagai keunggulan dibanding ‘Bulava’. Rusia sedang dalam proses menciptakan rudal balistik berbahan bakar padat untuk angkatan lautnya di masa mendatang. Meski rudal dimetil hidrazin asimetrik (bahan bakar cair) lebih kuat daripada rudal berbahan bakar padat, rudal tersebut lebih bahaya digunakan, khususnya bagi angkatan laut itu sendiri.
Berdasarkan bahan materi dari RIA Novosti, ITAR-TASS, dan Interfax.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda