Kisah hidup Sanchez bagaikan sebuah novel petualangan. Ia lahir di Toledo, Spanyol, pada 1895 dan, sejak kecil terbiasa untuk bekerja — pertama, di toko roti, kemudian di bengkel pengrajin besi. Ayahnya percaya bahwa anak laki-lakinya ini harus menjadi pengrajin sepatu, karena menurut dia, dengan profesi seperti itu, sang anak tidak akan tersesat. Tetapi, Sanchez memimpikan hal yang lain.
Dia mempelajari semuanya sendiri: dia tidak belajar melukis atau memahat dari orang lain, tetapi, sebaliknya, mencoba menuangkan semua yang dia lihat ke atas kertas. Setelah pindah dari Toledo dan menetap di Madrid, pada awal tahun 1920-an, ia bertemu dengan seniman legendaris Luis Bunuel dan Salvador Dali. Sanchez menciptakan skenografi untuk pertunjukan teater keliling Federico Garcia Lorca, ‘La Baracca’. Pengalaman pertama Sanchez tersebut tidak berhasil: skenografi yang dibuatnya begitu spektakuler sehingga, pada awalnya, mereka bahkan tidak ingin menggunakannya. Hal itu karena mereka takut skenografi tersebut akan mengaburkan fokus penonton terhadap para aktor.
Sanchez bersahabat dengan Lorca: ia nyaris menjadi orang terakhir yang melihat Lorca pada malam kepergiannya yang naas ke Granada. Pada Agustus 1936, Lorca tewas ditembak oleh kaum Francois.
Pada 1937, Sanchez menciptakan patung ‘Jalan Rakyat Spanyol Menuju Bintang’ sebagai hiasan untuk paviliun Spanyol di Pameran Internasional di Paris — patung setinggi 12 meter yang dipajang di depan pintu masuk.
Di dalam, pengunjung kemudian disambut oleh karya seniman besar Spanyol lainnya – ‘Guernica’ karya Pablo Picasso. Kedua seniman dengan cepat menemukan kesamaan: Picasso menyarankan kepada Sanchez untuk tidak mengecat patung tersebut, membiarkan warna aslinya. Namun Sanchez bersikeras dengan keputusannya — patung yang diwarnai itu mengingatkannya pada tongkat orang gipsi.
Pada akhir 1930-an, Spanyol diguncang oleh perang saudara. Terjadi pertempuran sengit di Madrid, serangan udara di kota ini merenggut nyawa penduduknya dan mengubah rumah-rumah penduduk menjadi reruntuhan.
Ketika salah satu serangan bom menghancurkan studio pengrajin patung di Madrid, Sanchez yang mengkhawatirkan keselamatannya pun memutuskan untuk meninggalkan Spanyol. Bersama istrinya, mereka harus memilih ke mana akan pergi: ke Inggris, di mana ia dapat mempelajari seni lukisan dinding, atau ke Uni Soviet, yang menerima orang-orang Spanyol yang melarikan diri dari kengerian perang.
Akhirnya, keputusan telah dibuat: keluarga Sanchez menuju Leningrad. Untuk pergi ke sana, mereka harus menaiki kapal uap yang berangkat dari Kota Le Havre, Prancis.
Setibanya di Uni Soviet, Sanchez mulai mengajar menggambar untuk anak-anak emigran Spanyol dan juga bekerja di teater. Dan, pada 1938, ia menulis naskah ‘Misteri’ untuk Teater Ragam dan Miniatur Moskow yang baru saja dibuka.
Cucu sang pemahat, Alberto Sanchez Gadaibura, mengatakan bahwa ia memperlakukan opera klasik dan balet dengan sedikit ironi, menyebutnya sebagai 'seni kotak bedak dan pom-pom', tapi ia semakin terinspirasi dengan produksi drama.
Sebuah pertunjukan bersama Teater Gipsi 'Romen' di Moskow terbukti menghasilkan karya yang sangat cemerlang. Sanchez juga menggarap lakon 'The Wonderful Slipper Lady' dan 'Blood Wedding', berdasarkan lakon-lakon Lorca, yang merupakan sahabatnya. Sementara itu, pertunjukan tersebut disutradarai oleh orang Spanyol lainnya, Angel Gutierrez. Untuk Teater Stanislavsky, Sanchez merancang sebuah pertunjukan yang didasarkan pada salah satu drama Lorca yang paling mengharukan, yaitu ‘Rumah Bernarda Alba’.
Selama Perang Patriotik Raya, keluarga Sanchez, bersama dengan orang-orang Spanyol lainnya (karena bukan warga negara Uni Soviet, mereka tak ikut wajib militer) dievakuasi ke Desa Kushnarenkovo di Bashkriya. Bahkan selama masa-masa perang yang berat, mereka menemukan cara untuk saling menguatkan dan mengingatkan mereka akan tanah air mereka. Misalnya, mereka mengadakan adu banteng dadakan: peran banteng ‘dimainkan’ oleh gerobak, sementara sang pematung sendiri berubah menjadi ‘alcalde’ (hakim kota tradisional Spanyol, yang memiliki fungsi yudisial dan administratif, yang memberi tanda dimulainya adu banteng).
Selama tinggal di Uni Soviet, Sanchez tidak kehilangan kontak dengan teman-temannya dari Spanyol dan Prancis. Dia sering kedatangan tamu dari teman-temannya seperti Pablo Neruda, Dolores Ibarruri dan Louis Aragon. Ia juga berteman dengan seniman Rusia Peter Konchalovsky, yang berbicara Bahasa Spanyol dan mengajari Sanchez cara berkarya dengan cat minyak.
Dalam karya-karya Sanchez di periode Soviet — lanskap, patung — nuansa Spanyol sangat terasa. Sutradara Grigory Kozintsev, yang bekerja sama dengan Sanchez di lokasi syuting film ‘Don Quixote’, mengatakan ia melihat sosok pahlawan Cervantes dalam diri seniman tersebut.
“Dia [Sanchez] telah tinggal di Uni Soviet selama bertahun-tahun, tetapi, tetap saja, jika dia menggambar lanskap pinggiran kota Moskow — dia mendapatkan Kastilia. Suatu pandangan mendalam tentang nasionalisme yang luar biasa,” demikian ungkap Kozintsev.
Meskipun Sanchez menghabiskan separuh hidupnya di Uni Soviet, ia selalu menganggap dirinya sebagai seniman Spanyol. Kini, karya-karyanya dapat dilihat di Pusat Seni Ratu Sofia, yang berdekatan dengan karya-karya Picasso, dan di museum-museum Rusia.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda