Moskow Pernah Dilanda Banjir, Bagaimana Pemerintah Mengatasinya di Masa Lalu? 

Public domain
Sebagaimana yang bisa diingat oleh kebanyakan orang, banjir selalu menjadi masalah utama Sankt Peterburg — terlebih Sungai Neva yang sering meluap. Namun, masalah di Moskow juga tidak jauh berbeda, sama-sama sering diterjang banjir. Lalu, bagaimana cara pemerintah Rusia mengatasinya dulu?

Saat sedang meluap, Sungai Moskow dan Yauza mampu merobohkan jembatan dan membanjiri jalanan dan alun-alun… bahkan, kadang-kadang Kremlin pun tak luput dari amukan alam!

‘Banjir Besar’ 

Bencana banjir yang pernah terjadi di Moskow pertama kali tercatat dalam manuskrip abad ke-15. Kenaikan permukaan air secara tiba-tiba dideskripsikan oleh orang Rusia dengan istilah kuno, yaitu ‘velikaya povod’ – atau diartikan sebagai ‘banjir besar’.

Para ‘jurnalis’ zaman dahulu menulis tentang banjir itu dengan kata-kata kuno yang hampir tidak dapat dimengerti oleh penutur Bahasa Rusia modern.

Tapi, secara harfiah dapat diartikan sebagai berikut: ‘Yakozhe i ne byvala inta takova’ (‘ini belum pernah terjadi sebelumnya, namun, ini kembali terjadi). 

Supaya banjir yang biasa menerjang saat musim semi tidak lagi menjadi ancaman bagi Moskow, maka diputuskanlah untuk membangun sistem drainase air.

Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat saluran air di Neglinka — yang sekarang membentang dari Menara Borovitskaya ke Sungai Moskow; kemudian dilanjutkan dengan pembangunan kolam dan bendungan buatan. 

Meski demikian, langkah-langkah tersebut tidak selalu berguna. Sebab, curah hujan yang tinggi pada abad ke-16 sering kali mengubah Moskow seolah bak Kota Venesia di Prancis.

Pada musim gugur tahun 1551 — ketika salju telah turun dan sungai-sungai mulai membeku, setelah semuanya mencair maka permukaan air dapat naik hingga mencapai ketinggian mata air. 

Pada awal musim dingin tahun 1564, hujan badai berkepanjangan yang mengguyur Moskow hingga Natal bahkan membuat warga berpergian dengan menggunakan perahu!

Banjir Saat Paskah

Pada musim semi 1655, alih-alih bersuka cita menyambut Paskah, warga Moskow justru sibuk menyelamatkan harta benda mereka yang terendam genangan air.

Banjir saat itu benar-benar membuat arus sungai mengalir sangat deras dan menghanyutkan setiap penghalang yang dilaluinya. Rumah-rumah warga yang terbuat dari kayu hancur diporak-porandakan banjir seperti mainan, sementara pohon-pohon di sekitarnya tumbang.

Genangan air bahkan mencapai Kremlin — yang masih mampu menjulang tinggi sebelum tembok-tembok batunya perlahan rapuh dan retak. 

Distrik Nemetskaya Sloboda (sekarang menjadi stasiun kereta bawah tanah Baumanskaya) hampir seluruhnya tenggelam pada 1702. Suhu udara yang mendadak hangat mengakibatkan semua es dan salju mencair hanya dalam semalam.

Lagi-lagi, warga Moskow saat itu harus bepergian dengan perahu atau kuda. Namun, opsi terakhir ini membutuhkan kehati-hatian ekstra — karena ketinggian air naik lebih dari satu meter, sehingga kaki para penunggang kuda pun sering terendam air!

Banjir dapat beberapa kali menerjang Moskow dalam satu tahun, sehingga menimbulkan kerusakan besar pada infrastruktur kota. Jembatan Bolshoy Kamenny yang membentang di Sungai Moskow dekat Kremlin — yang saat itu menjadi tempat kios-kios kecil dan kedai minuman misalnya, sering menjadi korban amukan alam.

Tiga lengkungan jembatan sempat benar-benar hilang akibat kenaikan permukaan air pada 1783 dan 11 kios ambruk hingga jatuh ke sungai. Puing-puing kios yang jatuh menewaskan dua perempuan yang sedang mencuci pakaian di tepi sungai, seorang nelayan, serta pejalan kaki. 

Bencana yang berulang kali terjadi di Moskow ini pun memaksa pemerintah untuk mencari solusi teknis soal bagaimana cara menyedot air dan melindungi masyarakat. Dari situlah Moskow memiliki saluran air Vodootvodny, yang mampu melindungi jalan Ostozhenka dan Yakimanka dari banjir. 

‘Taman’ bawah air

Pada saat yang sama, Sungai Moskow terus memberikan ‘kejutan-kejutan’ yang tidak menyenangkan. Pada 1823, selama dua hari berturut-turut, ketinggian permukaan air mencapai hampir 8,5 meter hingga membanjiri Taman Kremlevsky (sekarang Aleksandrovsky) akibat Sungai Moskow yang meluap.

Basemen dan lantai dasar bangunan-bangunan di dekatnya berubah menjadi ‘akuarium’. Sementara kereta kuda — lagi-lagi, tidak dapat digunakan dan digantikan oleh perahu dayung. 

Warga ibu kota menyaksikan banjir paling parah pada 1908, ketika Sungai Moskow meluap ke permukaan dengan ketinggian hingga 8,9 meter. Surat kabar ‘Russkoe Slovo’ kemudian memberitakan:

‘Seluruh alun-alun di antara [sungai] dan saluran Vodootvodny menyuguhkan pemandangan yang menarik, penuh dengan keindahan yang luar biasa. Yang paling indah adalah pemandangan di antara jembatan Moskvoretsky dan Kamenny. Di satu sisi, Anda bisa melihat sekilas tembok Kremlin yang terendam, disinari cahaya terang dari lampu di kedua jembatan, sementara di sisi lain air memantulkan bayangan bangunan-bangunan dan rumah-rumah mewah di Tanggul Sofiyskaya yang indah’. 

Saat itu, ketinggian air yang merendam tembok Kremlin tetap berada pada 2,3 meter — dengan air merendam seluruh permukaan Pulau Bolotny, serta sebagian besar wilayah Zamoskvorechye, Dorogomilovo, dan Luzhniki. 

Seluruh area pusat kota berubah menjadi lautan dan bangunan-bangunan kecil terendam air. Tali-tali yang semula diikat di tiang-tiang jembatan diturunkan untuk mengangkat orang-orang yang tercebur ke sungai supaya bisa naik ke tempat aman.

Banjir mengakibatkan layanan kereta berhenti beroperasi sepenuhnya gara-gara pemadaman listrik berkala sudah menjadi hal biasa. Moskow yangsaat itu terendam juga diselimuti kegelapan. 

Banjir di masa sekarang

Pada abad ke-20, Moskow beberapa kali dilanda banjir. Pada 1926 — lagi-lagi saat Paskah, Distrik Zamoskvorechye dan Khamovniki kembali terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 7,3 meter selama beberapa hari berturut-turut.

Banjir dalam skala sebesar itu terakhir kali terjadi pada 1913. Untungnya, sejak saat itu, keadaan telah terkendali dan banjir serupa tak terulang lagi.

Lantas, seperti apa Moskow pada abad ke-20? Simaklah selengkapnya di sini!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki