Mengapa Nikolai I Dijuluki Sebagai 'Gendarme Eropa'?

Russia Beyond (Photo: SSPL/Getty Images; Sotheby's, London/Public Domain)
Seorang otokrat yang tak kenal menyerah; "algojo", yang mengeksekusi para revolusioner; bapak birokrasi Rusia, begitulah julukan Tsar Nikolai I di negara asalnya. Di luar negeri, ia mendapat julukan yang berbeda yaitu "gendarme of Europe" alias "polisi paramiliter Eropa" , dan dengan julukan itu, ia tercatat dalam sejarah. Mari kita lihat mengapa mereka memanggilnya demikian.

Berbicara tentang periode pemerintahan Nikolai I, kita bisa menggambarkannya sebagai berikut: rumit dan kontradiktif. Sang tsar sendiri juga memiliki kualitas-kualitas ini. Namun, ia tercatat dalam sejarah Rusia dan Eropa terutama dengan konotasi negatif.

Bagaimana Nikolai naik takhta?

Nikolai Pavlovich adalah putra ketiga Kaisar Paul I dan yang terakhir dalam urutan ahli waris. Jadi, dia belum siap untuk naik takhta. Dia hampir tak pernah terlibat dalam urusan kenegaraan dalam keluarganya. Sebagaimana Pangeran Agung lainnya, ia menerima pendidikan militer yang luar biasa, dan sebelum naik takhta, ia mengepalai beberapa resimen pengawal serta merupakan insinyur utama tentara Rusia.

Namun, takdir berkata lain. Pada 1825, kakak laki-lakinya, Aleksander I (kaisar yang berkuasa saat itu), tiba-tiba meninggal dunia. Kakak laki-lakinya yang tengah, Konstantin, saat itu sedang berada di Warsawa dan dengan tegas menolak untuk menduduki takhta atau secara resmi menyerahkannya. Sementara Konstantin ragu-ragu, tentara di ibu kota dan bahkan Nikolai Pavlovich sendiri, bersedia untuk bersumpah setia kepadanya. Hal itu juga memberikan waktu bagi para pendukung kedua "pewaris" untuk mengumpulkan kekuatan.

Potret Adipati Agung Nikolai Pavlovich, 1847, Egor Botman.

Pada akhirnya, di bawah tekanan dari keluarganya dan para elit, Nikolai Pavlovich memutuskan untuk mengambil tindakan: Ia memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar dan menjadwalkan hari sumpah setia pada 14 Desember. Pada hari itu, kaum revolusioner membawa beberapa tentara dari barak mereka ke Lapangan Senat di depan Istana Musim Dingin; diduga untuk melindungi hak-hak Konstantin, yang diambil tahtanya oleh Nikolai. Namun, rencana kaum revolusioner (yang kemudian disebut 'kaum Desemberis') tidak berhasil: tentara tidak mendukung kaum revolusioner dan pemberontakan berhasil ditumpas. Nikolai memerintahkan lima pemimpin pemberontakan untuk dihukum gantung. Pemerintahannya dimulai dengan peristiwa berdarah ini.

Penguasa seperti apa dia?

Nikolai I sangat yakin bahwa monarki adalah satu-satunya bentuk pemerintahan yang cocok untuk Rusia. Oleh karena itu, setiap perubahan yang bernuansa liberal dianggapnya sebagai sesuatu yang fatal. Ia adalah seorang konservatif; kebijakan negaranya dijelaskan dalam tiga postulat: Otokrasi, Ortodoksi, dan Kebangsaan (sebuah parafrase dari slogan militer yang dibentuk pada awal abad ke-19): "Demi Iman, Tsar, dan Tanah Air").

"Nikolai menetapkan untuk tidak mengubah apa pun, tidak memperkenalkan sesuatu yang baru secara fundamental, tetapi hanya mempertahankan tatanan yang sudah ada, mengisi kekosongan di dalamnya," sejarawan Vasily Klyuchevsky menggambarkan kebijakan Nikolai.

Ia memusatkan pemerintahan negara di tangannya, serta para menterinya, yang harus mematuhinya (jumlah mereka bertambah banyak); partisipasi masyarakat dalam proses ini dikesampingkan. Untuk mengetahui dengan pasti bagaimana masyarakat ini hidup dan untuk mengendalikannya, ia mendirikan sebuah badan pemerintahan baru, Kanselir Kaisar sendiri. Langkah ketiga dijuluki sebagai "polisi rahasia"; badan ini mengawasi "orang-orang yang tidak dapat dipercaya", melakukan sensor terhadap literatur, wartawan, dan mengirimkan laporan rutin kepada kaisar.

Pemberontakan di Lapangan Senat pada 14 Desember 1825, Karl Kollmann, 1830-an.

Pemberontakan kaum Desemberis meninggalkan jejak yang sangat besar pada seluruh pemerintahannya. "Ia percaya bahwa apa yang telah terjadi adalah Penyelenggaraan Ilahi dan meyakini bahwa ia ditugaskan oleh Tuhan untuk memerangi penyakit revolusioner, tidak hanya di negaranya, tapi juga diseluruh Eropa. Ia menganggap pemberontakan kaum Desemberis sebagai bagian dari pemberontakan Eropa secara keseluruhan," ujar sejarawan Leonid Lyashenko. Keyakinan akan ancaman revolusioner ini menentukan kebijakan luar negerinya.

Mengapa ia dijuluki sebagai 'gendarme'?

Nikolai I naik takhta Rusia dengan keyakinan bahwa Kekaisaran Rusia terancam revolusi dan revolusi itu akan datang dari Barat. Ia percaya bahwa perdamaian dan kekuatan yang kokoh di negara-negara Eropa adalah kepentingan Rusia. Oleh karena itu, ketika revolusi lain mengguncang Eropa, tsar Rusia berpikir bahwa itu adalah tugas suci untuk memeranginya dan bereaksi dengan cepat.

Nikolay I mengumumkan pemberontakan di Polandia, 1830, Georg Benedikt Wunder.

Sebagai contoh, pada tahun 1830, tentara Rusia dengan keras menindas pemberontakan Polandia terhadap pemerintahan Rusia. Angin revolusi berikutnya berhembus dari Prancis pada tahun 1848, ketika Raja Louis Philippe I digulingkan dan Republik Kedua diproklamasikan. Sentimen revolusioner dari Prancis menyebar ke negara lain seperti Italia dan Austria.

Seminggu setelah pemberontakan Prancis, Franz Joseph, kepala rumah kekaisaran Austria, meminta bantuan Tsar Rusia untuk melawan pemberontakan di Hungaria yang dapat menyebabkan disintegrasi Kekaisaran Austro-Hungaria dan pembentukan koalisi melawan Rusia. Nikolai I merasa ngeri dengan situasi ini, sehingga pada tahun 1849, ia mengirim 170.000 tentara dan perwira Rusia untuk membantu Wina. Intervensi militer ini memainkan peran utama dalam kekalahan Hungaria dan perjuangan mereka untuk merdeka.

Saat itulah pers Eropa mulai menggunakan frasa "gendarme Eropa" dalam konteks Rusia dan tsar-nya. Kemudian, dalam historiografi Soviet, frasa ini akan dikaitkan dengan kutipan Vladimir Lenin, yang, dalam sebuah artikel tahun 1908 berjudul "Peristiwa di Balkan dan Persia", juga mencatat bahwa, pada 1849, Rusia harus memainkan peran sebagai gendarme Eropa terhadap beberapa negara Eropa.

Potret Kaisar Nikolay I, 1835, Franz Krüger.

Bagaimanapun juga, revolusi saat itu tidak bisa melewati perbatasan Kekaisaran Rusia. Rezim Nikolai I terguncang karena terlalu melebih-lebihkan kekuatannya sendiri dalam perang lain dengan Kekaisaran Ottoman pada 1853-1856. Di sana, Nikolai melakukan beberapa kesalahan perhitungan yang sangat besar dan, akibatnya, menderita kekalahan, merusak kepercayaan terhadap rezimnya bahkan di antara orang-orang yang setia pada kaum konservatif di Rusia.

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki