Marsekal-marsekal Uni Soviet (dari kanan ke kiri) Konstantin Rokossovsky, Matvey Zakharov, Kliment Voroshilov, Georgy Zhukov, dan Kepala Angkatan Udara Marsekal Konstantin Vershinin, 1965.
SputnikLima orang Komandan Tentara Merah; Semyon Budyonny, Kliment Voroshilov, Alexander Yegorov, Mikhail Tukhachevsky, dan Vasily Blyukher menerima anugerah Marsekal Soviet - pangkat militer tertinggi untuk pertama kalinya dalam sejarah Soviet pada 20 November 1935.
Semuanya menjadi Marsekal pada saat yang sama. Namun di mata publik, Kliment Voroshilov dianggap sebagai yang pertama. "Marsekal pertama akan memimpin kita ke medan perang!" demikian bunyi sebuah lagu populer Soviet tentangnya.
Voroshilov memiliki pengaruh yang jauh lebih kuat daripada komandan militer lainnya. Ia tak hanya menduduki posisi Komisaris Rakyat (Menteri) Pertahanan, tapi juga merupakan teman dekat Stalin sejak masa Perang Saudara Rusia. Pemimpin Soviet ini sangat menghargai ketekunan dan kesetiaan pribadi Kliment.
Pada saat memperoleh pangkat militer tertinggi, Mikhail Tukhachevsky yang berusia 42 tahun, membuatnya menjadi Marsekal termuda di Uni Soviet.
Secara formal, ada beberapa Marsekal yang lebih muda. Alexander Golovanov menjadi Marsekal Angkatan Udara pada usia 39 tahun, sementara Ivan Peresypkin menjadi Marsekal Korps Sinyal pada usia yang sama. Namun, para Marsekal dari pelbagai cabang angkatan darat atau pasukan khusus ini memiliki pangkat gabungan Jenderal Angkatan Darat.
Kopral Rodion Malinovsky berakhir di Prancis pada musim semi tahun 1916. Ia tiba di sana sebagai bagian dari Korps Ekspedisi Rusia yang dikirim oleh Kaisar Nikolay II untuk membantu sekutunya. Setelah peristiwa revolusioner tahun 1917, korps ini dibubarkan.
Malinovsky terus berjuang melawan Jerman di Front Barat dalam barisan 'Legion Kehormatan Rusia'. Formasi ini adalah bagian dari Divisi Maroko 1 yang menjadi bagian dari 'Tentara Afrika' Prancis. Biasa ditugaskan di Aljazair, Maroko, dan Tunisia, divisi ini terlibat dalam aksi militer di Eropa.
Calon Marsekal ini menunjukan kehebatannya ketika ia menerobos 'Garis Hindenburg' pada Musim Gugur 1918, di mana ia dianugerahi Croix de Guerre Prancis dengan bintang perak. Setelah perang berakhir, dia kembali ke Rusia.
Pada 1918 saat Rusia mengalami penderitaan akibat Perang Saudara, Leonid Govorov tinggal di kota kecil Yelabuga, tak jauh dari Kazan. Dia pernah belajar di Sekolah Artileri dan sempat berdinas singkat di Tentara Kekaisaran Rusia. Dari kedinasan terakhir ini, ia dinonaktifkan dengan pangkat militer 'praporshchik' (bintara). Pada September, Govorov bergabung dengan Garda Putih, yang menduduki kota itu. Leonid sendiri kemudian mengklaim bahwa ia dimobilisasi oleh mereka.
Selama hampir satu tahun, calon Marsekal itu bertempur di Divisi Senapan Kama ke-8 Tentara Pemisah Barat, di mana dia memimpin sebuah baterai artileri. Melalui sebuah Dekret tanggal 13 Juli 1919, Panglima Tertinggi Laksamana Alexander Kolchak mempromosikannya ke pangkat 'podporuchik' (letnan dua).
Namun, pada sekitar bulan November-Desember 1919, pasukan Garda Putih mengalami kekalahan besar di bagian timur negeri dan mulai terdesak ke luar Pegunungan Ural, Govorov memutuskan untuk berpindah haluan dan bergabung dengan Tentara Merah.
"Saya adalah Marsekal Uni Soviet yang paling tidak bahagia. Di Rusia, saya dianggap sebagai orang Polandia, di Polandia dianggap orang Rusia," keluh Konstantin Rokossovsky, putra seorang pekerja Polandia dan guru Rusia, yang menjadi salah satu komandan militer terbaik pada Perang Dunia II.
Setelah Kemenangan, Marsekal ini memimpin Kelompok Utara pasukan Soviet, yang ditempatkan di wilayah Polandia. Pada Oktober 1949, atas permintaan Presiden Republik Rakyat Polandia, Bolesław Bieru dan dengan izin pemerintah Uni Soviet, Rokossovsky menjabat sebagai Menteri Pertahanan Nasional. Pada tahun yang sama, ia dianugerahi pangkat Marsekal Polandia.
Pada 1945, Marsekal Uni Soviet Semyon Timoshenko menentang keras pernikahan putrinya, Yekaterina, dengan putra Joseph Stalin, Vasily. Ia yakin bahwa aliansi semacam itu hanya akan membawa masalah. Vasily dikenal sering minum-minum dan menjalani kehidupan yang tak bermoral, dan bahkan belum bercerai dengan istri pertamanya pada saat itu. Meskipun demikian, putri sang Marsekal mengabaikan larangannya melanggar semua formalitas, dan menikahi kekasihnya.
Joseph Stalin menyetujui pilihan putranya, tetapi, dugaan Timoshenko pada akhirnya benar. Kehidupan pasangan ini berubah menjadi mimpi buruk, penuh dengan perselingkuhan, minum- minum, perkelahian, dan kekerasan. Setelah hanya beberapa tahun, Vasily dan Yekaterina berpisah.
Semyon Budyonny adalah salah satu pahlawan utama Perang Saudara Rusia. Sebagai seorang prajurit kavaleri yang pemberani, ia memimpin Tentara Kavaleri Pertama - unit militer paling kuat dan terkenal di Angkatan Bersenjata Republik Soviet yang masih berusia muda.
Kata 'budyonnovets' diasosiasikan dengan keberanian dan keperkasaan; ia merupakan jenis topi musim dingin militer berbentuk helm prajurit Rusia kuno dan dijuluki 'budyonovka'.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Budyonny menduduki posisi Wakil Menteri Pertanian Uni Soviet di bidang peternakan kuda dan menulis lebih dari 70 karya di bidang ini. Di bawah kepemimpinannya, ia menerbitkan sebuah karya monumental berisi lima jilid berjudul 'Sejarah Kuda'.
Pada tahun 1948, sebuah ras kuda berhasil diciptakan di Uni Soviet dan diberi nama 'Kuda Budyonny' untuk menghormati sang Marsekal.
Pada pagi hari tanggal 2 Mei 1945, sisa-sisa garnisun Berlin menyerah kepada pasukan Front Byelorusia Pertama yang dipimpin oleh Marsekal Georgy Zhukov.
Pertempuran keras dan berdarah untuk merebut ibu kota Reich Ketiga telah berakhir dengan kemenangan Uni Soviet. Namun, untuk merebut ‘sarang binatang Fasis" sama sekali buka berarti perang langsung berakhir.
Komando yang mengambil alih Reich Ketiga setelah Hitler bunuh diri masih memiliki pasukan berkekuatan 900.000 orang di wilayah Cekoslowakia, yang berusaha menerobos ke arah barat dan menyerah kepada Sekutu.
Peran utama dalam menghabisi lawan dimainkan oleh pasukan Front Ukraina Pertama di bawah pimpinan Marsekal Ivan Konev. Selama serangan Praha (dari 6 Mei hingga 11 Mei), sisa-sisa Grup Tentara Pusat dan Grup Tentara Selatan disingkirkan untuk selamanya; hampir 806.000 tentara Jerman ditawan dan wilayah Cekoslowakia sepenuhnya dibebaskan.
Dalam memoarnya yang berjudul 'Forty Five', Konev menulis: "Ketika saya mengunjungi Pemakaman Olšany di Praha, tempat abu para prajurit dan perwira kami disemayamkan, yang gugur selama serangan Praha, saya membaca dengan sedih tanggal '9 Mei' di batu nisan yang dihiasi dengan bunga. Pada dasarnya, perang telah berakhir, tetapi orang-orang ini tewas di sini, di pinggiran Praha, ketika seluruh negara kita sudah merayakan kemenangan; mereka gugur dalam pertempuran terakhir dengan musuh, tanpa rasa takut menyelesaikan apa yang telah kita mulai.”
Partisipasi Marsekal Grigory Kulik dalam perang melawan Nazi Jerman berubah menjadi sebuah kegagalan besar. "Dengan kesedihan yang pahit, saya mengingat orang ini," tulis Marsekal Alexander Vasilevsky dalam memoarnya.
"Pada awal perang, ia tak berhasil memenuhi perintah Stavka di Barat, lalu ia sama buruknya saat memimpin salah satu pasukan di dekat Leningrad. Karena kualitas pribadinya yang negatif, ia tak mendapat respek dari para prajurit dan tak mampu mengarahkan tindakan mereka secara terorganisir."
Pada Musim Gugur 1941, Kulik dikirim ke Kerch dan Rostov-on-Don sebagai perwakilan Stavka dari Komando Tertinggi, dengan perintah untuk mempertahankan kedua kota itu dengan segala upaya. Namun, kedua kota itu kalah.
Akibatnya, pada 19 Februari 1942, Kulik diturunkan pangkatnya menjadi Mayor Jenderal. Secara terbatas, ia masih terlibat dalam operasi militer; namun, ia tidak dapat mencapai hasil yang terlihat. Sang komandan baru dikembalikan ke pangkat militernya sebagai Marsekal secara anumerta pada tahun 1957.
Merupakan suatu kehormatan besar untuk menjadi 'Pahlawan Uni Soviet' di Uni Soviet. Banyak orang yang menerima penghargaan ini dua kali, bahkan tiga kali, tetapi hanya dua orang yang berhasil menerimanya empat kali. Yang pertama adalah Marsekal Georgy Zhukov, yang dianggap sebagai komandan terbaik Tentara Merah pada Perang Dunia II. Orang kedua adalah pemimpin negara Leonid Brezhnev, yang menerima pangkat Marsekal pada 1976. Selain itu, Brezhnev menjadi Marsekal tertua di Uni Soviet saat menerima pangkat tersebut ia berusia 69 tahun.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda