Penjara terapung mewakili beberapa peristiwa tergelap dalam sejarah Perang Saudara Rusia. Penjara tersebut adalah tongkang kargo tempat ratusan orang dijejalkan bersama di ruang yang sangat padat, menderita kondisi yang tidak sehat, penyakit, dan diperlakukan kasar oleh penjaga. Bukan tanpa alasan bahwa kapal penjara yang penuh sesak ini, bolak-balik di sepanjang sungai Rusia, dikenal sebagai “tongkang kematian”.
Baik Merah maupun lawannya, Putih, menggunakan tongkang yang diubah menjadi penjara bagi penjahat dan tawanan perang. Jauh lebih sulit untuk melarikan diri dari tongkang ini daripada dari penjara di tanah yang kering. Selain itu, penjara ini hanya membutuhkan sedikit orang untuk mengawasi para tawanan.
Masing-masing dari kedua belah pihak secara terang-terangan menuduh musuh mereka membawa kapal tawanan perang ke laut (atau ke tengah sungai) dan dengan sengaja menenggelamkannya. Namun, tidak ada bukti dokumenter bahwa eksekusi massal tersebut terjadi. Meski demikian, bahkan tanpa penenggelaman tersebut, 'tongkang maut' itu benar-benar menjadi tempat yang sangat mengerikan.
Beginilah cara dokter Kononov, yang berada di tongkang Volkhov yang digunakan oleh pihak Putih, menjelaskan apa yang ia lihat di sana: “Semua narapidana dijejalkan ke dalam ruang yang sangat terbatas dan palka (ruangan di bawah lantai kapal yang berguna sebagai tempat penyimpanan muatan kapal) — satu-satunya sumber udara dan cahaya. Ruangan itu dipaku hingga tertutup dan tidak dibuka selama berhari-hari. Para tahanan tidak pernah menerima makanan apa pun selain sepotong roti… Seluruh penduduk tongkang menderita tifus dan disentri. Orang sakit akan buang air besar di tempat mereka berbaring dan kotoran mereka akan mengalir ke orang-orang di bawah mereka. Orang mati terbaring bersama dengan yang hidup selama beberapa hari sekaligus… Luka bernanah dari mereka yang masih hidup serta hidung dan telinga orang mati dipenuhi belatung. Bau busuk yang tak tertahankan menyebar ke semua orang yang mendekati palka: Orang-orang akan terkurung di sana selama berminggu-minggu…”
Potongan-potongan roti yang diterima para tahanan sering kali ditutupi jamur dengan berbagai warna. Pada musim panas, situasi dengan cepat berubah menjadi kekacauan yang lebih parah. Selalu ada kekurangan air bersih dan orang-orang mengambil "air dari laut", yang pada gilirannya berkontribusi pada penyebaran infeksi usus.
Dalam beberapa kasus, seorang tahanan “mungkin” akan mendapatkan makanan dari para penjaga, jika tahanan tersebut memiliki sesuatu yang berharga yang dapat diberikan kepada penjaga. Terkadang, orang akan memberikan satu-satunya sepatu bot atau celana panjang mereka untuk sebuah roti basi.
Pada saat yang sama, para penjaga yang bertanggung jawab tidak melakukan apa pun dalam menjaga para tahanan, mereka bahkan menggunakan kekuatan fisik di setiap kesempatan. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan bisa membunuh para tahanan. Mayat orang malang yang ditembak atau ditusuk dengan bayonet dibuang begitu saja ke laut.
Terlepas dari kenyataan bahwa hampir tidak mungkin untuk melarikan diri dari 'tongkang maut', para tawanan terus berupaya untuk kabur. Misalnya, pada hari yang panas di bulan Juli 1919, para tawanan yang ditahan di tongkang Volkhov yang disebutkan di atas, menyusuri Sungai Tura dekat kota Tyumen, melakukan upaya berani untuk melarikan diri.
Tongkang itu menampung 160 penjahat dan 900 tawanan perang Tentara Merah pada saat itu, termasuk sekitar 400 orang Hongaria, yang berperang di pihak Bolshevik. Keputusan untuk melarikan diri dipicu oleh rumor bahwa Los Blancos bermaksud menenggelamkan tongkang bersama dengan semua penumpangnya yang naas.
Ketika kedua palka dibuka dan para tahanan mulai digiring ke lantai kapal untuk pergi ke toilet, seseorang berteriak "hore", yang merupakan sinyal yang telah diatur sebelumnya. Di ujung buritan (bagian ujung kapan), mereka berhasil melucuti senjata dan membunuh beberapa penjaga. Namun, upaya tersebut gagal pada tawanan di palka kedua.
Menyadari bahwa mereka tidak dapat mengatasi para penjaga, para tahanan mulai melompat ke dalam air dengan peluru yang menghujani para wananan dari atas. Hanya beberapa dari mereka yang berhasil mencapai pantai. Setelah para tahanan yang keluar di lantai kapal didorong kembali ke palka dan para penjaga dapat mengendalikan situasi — para penjaga menembak puluhan orang sebagai hukuman dan seluruh tawanan tidak menerima makanan selama tiga hari.
Para tawanan di atas tongkang Tentara Putih di pemukiman Golyany (tidak jauh dari kota Sarapul) memiliki keberuntungan yang jauh lebih baik. Mengetahui bahwa sekitar 400 tentara Tentara Merah yang ditawan berada di kapal, Komandan Armada Volga Fyodor Raskolnikov memutuskan untuk mencoba melakukan tipuan yang berani.
Pada 16 Oktober 1918, kapal perusak 'Prytky' menuju posisi musuh dengan berpura-pura menjadi kapal tentara Putih. Pelaut Soviet yang menyamar memberi sambutan dari tongkang, menginformasikan bahwa mereka telah tiba untuk memindahkan tawanan ke lokasi lain. Pada akhirnya, kepercayaan diri yang mereka gunakan untuk bertindaklah yang membantu Tentara Merah melaksanakan rencana tersebut.
Ketika tongkang telah ditarik cukup jauh dari Golyany, kaum Bolshevik menyerang para penjaga dan dengan cepat melucuti senjata mereka. “Palka mulai terbuka. Semuanya mundur…” ingat tawanan perang, Vikenty Karmanov. “Seorang pelaut melihat melalui palka dan bertanya: ‘Anak-anak, apakah kamu masih hidup di sana?’ dan melemparkan sepotong roti. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan apa yang terjadi setelah itu! Orang-orang mulai berteriak 'Hore!', bertepuk tangan dan banyak yang masih tidak percaya bahwa pihak mereka sendiri telah datang untuk menyelamatkan mereka”.
Sementara itu, Yevgeny Freyberg, anggota kru 'Prytky', mengingat bahwa “melihat orang-orang yang kurus dan kelelahan ini adalah pemandangan yang menakutkan. Mereka tampak seolah-olah telah keluar dari kuburan mereka… ”.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda